Jakarta: Sopir yang tergabung dalam Paguyuban Bajaj Kemandoran, Grogol, Jakarta Barat, mengeluh ke Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi. Mereka mengaku pemasukannya seret belakangan ini.
Jumadi, salah seorang pengemudi bajaj, mengaku kini semakin sulit mendapatkan penghasilan. Padahal, ia kini telah memiliki bajaj sendiri dan tidak perlu memberikan setoran.
“Sudah susah sekarang. Susahnya ya lagi mangkal, tiba-tiba diusir. Jadi, kita keliling lagi. Enggak semua orang mau naik bajaj kan,” tutur Jumadi di Jakarta, Sabtu, 16 Fabruari 2019.
Penghasilan Jumadi hanya berkisar Rp80 hingga Rp90 ribu per hari. Sementara itu, dia berangkat dengan bajajnya selepas subuh dan kembali ke rumah selepas magrib.
Menteri Budi mendengarkan seksama keluhan para sopir bajaj. Salah satu fokusnya adalah minimnya tempat mangkal bajaj di jalan raya.
“Saya sudah menampung semua masukan dan keluhan mereka. Utamanya memang permasalahan utama adalah tempat mangkal mereka di jalan raya, tidak memadai,” jelas Budi.
Baca: 5 Ribu Sopir Bajaj Ancam Berdemo di Balai Kota
Usai menampung sejumlah keluhan dari para pengemudi bajaj ini, Budi berjanji akan membicarakan dengan instansi terkait terutama di DKI Jakarta dan Tangerang. Dia menilai bajaj masih diperlukan di Ibu Kota.
“Bajaj ini kan moda transportasi yang selalu kita gunakan, terutama di perkampungan,” ungkap dia lagi.
Selain itu, Budi juga akan meningkatkan kenyamanan bagi pengemudi bajaj, khususnya di DKI Jakarta. “Nanti kita diskusikan,” ujar dia.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/RkjZLowk" frameborder="0" scrolling="no" allowfullscreen></iframe>
Jakarta: Sopir yang tergabung dalam Paguyuban Bajaj Kemandoran, Grogol, Jakarta Barat, mengeluh ke Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi. Mereka mengaku pemasukannya seret belakangan ini.
Jumadi, salah seorang pengemudi bajaj, mengaku kini semakin sulit mendapatkan penghasilan. Padahal, ia kini telah memiliki bajaj sendiri dan tidak perlu memberikan setoran.
“Sudah susah sekarang. Susahnya ya lagi mangkal, tiba-tiba diusir. Jadi, kita keliling lagi. Enggak semua orang mau naik bajaj kan,” tutur Jumadi di Jakarta, Sabtu, 16 Fabruari 2019.
Penghasilan Jumadi hanya berkisar Rp80 hingga Rp90 ribu per hari. Sementara itu, dia berangkat dengan bajajnya selepas subuh dan kembali ke rumah selepas magrib.
Menteri Budi mendengarkan seksama keluhan para sopir bajaj. Salah satu fokusnya adalah minimnya tempat mangkal bajaj di jalan raya.
“Saya sudah menampung semua masukan dan keluhan mereka. Utamanya memang permasalahan utama adalah tempat mangkal mereka di jalan raya, tidak memadai,” jelas Budi.
Baca: 5 Ribu Sopir Bajaj Ancam Berdemo di Balai Kota
Usai menampung sejumlah keluhan dari para pengemudi bajaj ini, Budi berjanji akan membicarakan dengan instansi terkait terutama di DKI Jakarta dan Tangerang. Dia menilai bajaj masih diperlukan di Ibu Kota.
“Bajaj ini kan moda transportasi yang selalu kita gunakan, terutama di perkampungan,” ungkap dia lagi.
Selain itu, Budi juga akan meningkatkan kenyamanan bagi pengemudi bajaj, khususnya di DKI Jakarta. “Nanti kita diskusikan,” ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)