Ilustrasi. Foto: MI/Panca
Ilustrasi. Foto: MI/Panca

Pertumbuhan Ekonomi di Jakarta tak Merata

Husen Miftahudin • 26 Juli 2017 19:21
medcom.id, Jakarta: Pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta disebut tidak merata. Pertumbuhan ekonomi sebagian besar ditopang oleh pengusaha-pengusaha kelas kakap. Akibatnya, kemiskinan tetap meningkat.
 
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, angka kemiskinan di Jakarta meningkat dari 384.300 orang di Maret 2016 menjadi 389.690 orang di Maret 2017.
 
Kepala BPS DKI Jakarta, Thoman Pardosi, mengatakan, program pengentasan kemiskinan tak diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Banyak warga Jakarta yang masih menganggur karena perusahaan tak mampu menyerap tenaga kerja secara massal.
 
Baca: Jumlah Penduduk Miskin Jakarta Bertambah
 
"Sisi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas itu masih belum tercapai. Siapa yang kebagian dari kue pertumbuhan ekonomi," kata Thoman saat dihubungi Metrotvnews.com, Rabu 26 Juli 2017.
 
Thoman mengatakan, program pengentasan kemiskinan sebenarnya sudah menyentuh lapisan bawah. Masyarakat Ibu Kota tak perlu mengeluarkan uang pendidikan, kesehatan hingga beras sebagai kebutuhan pokok sehari-hari.
 
"Kalau sakit mau berobat itu sudah dibiayai, enggak perlu nyari duit lagi untuk berobat, sudah ditanggung. Termasuk pendidikan gratis sampai SMA," katanya.
 
Pertumbuhan ekonomi Jakarta juga cukup baik. Pada Triwulan I-2017, pertumbuhan ekonomi Ibu Kota sebesar 6,48 persen. Membaik dibandingkan kuartal I-2016 yang hanya 5,74 persen.
Tapi, kata Thoman, pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati golongan atas. Pertumbuhan ekonomi sebagian besar ditopang oleh pengusaha-pengusaha kelas kakap.
 
Baca: Cara Djarot Mengatasi Kemiskinan di DKI Jakarta

"Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas harusnya tumbuh secara merata, orang kaya dan miskin sama-sama tumbuh. Kalau ada pertumbuhan, dia harusnya juga naik upahnya. Jadi yang menikmati (pertumbuhan ekonomi) hanya golongan atas," ujarnya.
 
Selain itu, membengkaknya inflasi membuat masyarakat miskin Jakarta kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari karena kenaikan harga bahan pangan. Ditambah ketimpangan yang semakin melebar.
 
"Bergeraknya sedikit-sedikit. Tapi ketimpangan gini ratio Maret 2017 dibanding September 2016 itu naik. Dari 0,40 (September 2016) jadi 0,41 (Maret 2017)," kata Thoman.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan