Bekasi: Sebanyak 25 narapidana dari Lapas Kelas IIA Bekasi, Jawa Barat, mengikuti pelatihan manajemen masjid dan khotib. Pelatihan ini sebagai upaya menghidupkan masjid di dalam penjara.
“Kita seharusnya menghidupkan masjid, bukan mencari hidup di masjid. Maka, kita perlu belajar bagaimana manajemen masjid yang benar agar dapat menghidupkan masjid,” kata Badeng Suputra, salah satu pemateri, saat memberikan pelatihan di Masjid At-Taubah Lapas Kelas IIA Bekasi, seperti dalam keterangan tertulis, Minggu, 11 Maret 2018.
Pelatihan bertajuk 'Manajemen Masjid, Khotib, dan Pemulasaran Jenazah' ini diselenggarakan atas kerja sama Bina Santri Lapas (BSL) Dompet Dhuafa dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dewan Masjid Indonesia (DMI), dan Lembaga Pemasyarakatan Bulakapal. Pelatihan dilaksanakan dua kali, yakni pada 3 Maret dan 10 Maret.
Pemateri lain, Ahmad Syamsuri, yang merupakan perwakilan dari MUI, menyatakan penting bagi warga binaan lapas untuk mengasah kemampuan menjadi khotib.
"Agar setelah keluar dari penjara, ilmu yang didapat bisa mereka terapkan di lingkungan sekitar sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat,” katanya.
Baca: Dompet Dhuafa ajak Anak Sekolah Sisihkan Uang Jajan untuk Rohingya
Salah satu warga binaan lapas yang mengikuti acara ini mengaku senang dengan pelatihan ini. Ansyori, salah satu warga binaan, berjanji akan menerapkan pelatihan ini saat dia bebas dari hukuman. "Agar bisa menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat untuk masyarakat," ucap lelaki yang sudah menjalani masa tahanan selama satu tahun itu.
Memberi pertolongan pasien gangguan jiwa
Bantu keluarga Dhuafa
Di tempat terpisah, Dompet Dhuafa juga membantu mengevekuasi keluarga dhuafa yang mengalami ganguan jiwa. Bantuan ditujukan kepada Sana, 65, warga Desa Paku Alam, Kelurahan Paku Haji, Tangerang.
“Semenjak dua tahun lalu anak saya, Syaefudin, 30, menderita gangguan jiwa," kata Sana saat ditemui tim dari Lembaga Pelayan Masyarakat Dompet Dhuafa, di kediamannya.
Dompet Dhuafa memfasilitasi anak pertama Sana ini untuk mendapat pengobatan di Rumah Sakit Jiwa Dr Soeharto Heerdjan, Jalan Latumenten, Grogol, Jakarta Barat.
“Dengan menjalani pengobatan medis ini, semoga kondisi Syaefudin bisa lekas sembuh,” ucap Dendi, penanggung jawab aksi.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/1bVYdLnN" allowfullscreen></iframe>
Bekasi: Sebanyak 25 narapidana dari Lapas Kelas IIA Bekasi, Jawa Barat, mengikuti pelatihan manajemen masjid dan khotib. Pelatihan ini sebagai upaya menghidupkan masjid di dalam penjara.
“Kita seharusnya menghidupkan masjid, bukan mencari hidup di masjid. Maka, kita perlu belajar bagaimana manajemen masjid yang benar agar dapat menghidupkan masjid,” kata Badeng Suputra, salah satu pemateri, saat memberikan pelatihan di Masjid At-Taubah Lapas Kelas IIA Bekasi, seperti dalam keterangan tertulis, Minggu, 11 Maret 2018.
Pelatihan bertajuk 'Manajemen Masjid, Khotib, dan Pemulasaran Jenazah' ini diselenggarakan atas kerja sama Bina Santri Lapas (BSL) Dompet Dhuafa dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dewan Masjid Indonesia (DMI), dan Lembaga Pemasyarakatan Bulakapal. Pelatihan dilaksanakan dua kali, yakni pada 3 Maret dan 10 Maret.
Pemateri lain, Ahmad Syamsuri, yang merupakan perwakilan dari MUI, menyatakan penting bagi warga binaan lapas untuk mengasah kemampuan menjadi khotib.
"Agar setelah keluar dari penjara, ilmu yang didapat bisa mereka terapkan di lingkungan sekitar sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat,” katanya.
Baca:
Dompet Dhuafa ajak Anak Sekolah Sisihkan Uang Jajan untuk Rohingya
Salah satu warga binaan lapas yang mengikuti acara ini mengaku senang dengan pelatihan ini. Ansyori, salah satu warga binaan, berjanji akan menerapkan pelatihan ini saat dia bebas dari hukuman. "Agar bisa menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat untuk masyarakat," ucap lelaki yang sudah menjalani masa tahanan selama satu tahun itu.
Memberi pertolongan pasien gangguan jiwa
Bantu keluarga Dhuafa
Di tempat terpisah, Dompet Dhuafa juga membantu mengevekuasi keluarga dhuafa yang mengalami ganguan jiwa. Bantuan ditujukan kepada Sana, 65, warga Desa Paku Alam, Kelurahan Paku Haji, Tangerang.
“Semenjak dua tahun lalu anak saya, Syaefudin, 30, menderita gangguan jiwa," kata Sana saat ditemui tim dari Lembaga Pelayan Masyarakat Dompet Dhuafa, di kediamannya.
Dompet Dhuafa memfasilitasi anak pertama Sana ini untuk mendapat pengobatan di Rumah Sakit Jiwa Dr Soeharto Heerdjan, Jalan Latumenten, Grogol, Jakarta Barat.
“Dengan menjalani pengobatan medis ini, semoga kondisi Syaefudin bisa lekas sembuh,” ucap Dendi, penanggung jawab aksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)