medcom.id, Jakarta: Pengamat Tata Kota Yayat Supriatna menyebut keberadaan simpang susun semanggi dapat mengurangi kemacetan Ibu Kota sekitar 20-30 persen. Namun jika dikombinasikan dengan pemberlakuan sistem ganjil genap kendaraan di saat jam sibuk, pengurangan kepadatan lalu lintas bisa naik hingga 40-50 persen.
"Jadi memang tergantung kondisi dan situasionalnya. Kalau misalkan pada pagi hari, ada pengendalian genap ganjil akan memengaruhi tingkat kepadatan, tapi kalau di luar jam pengendalian mungkin akan ada perubahan," kata Yayat, dalam Selamat Pagi Indonesia, Jumat 18 Agustus 2017.
Baca juga: Jokowi Apresiasi Kinerja Ahok-Djarot
Yayat mengatakan harus diakui bahwa secara struktur ruang, simpang susun semanggi berada di kawasan padat zona perdagangan dan jasa yang mobilitasnya sangat tinggi. Tak pelak, kawasan ini menjadi pintu masuk segala jenis kendaraan yang membuat bangkitan lalu lintas begitu besar.
Jika dilihat, sepanjang jalan Gatot Subroto, MH Thamrin, hingga Sudirman terdapat enam persimpangan yang bisa menjadi faktor sumbatan. Belum lagi kendaraan yang datang dari Cawang, Pancoran, Kuningan, Slipi, dan Tomang, yang membuat kondisi lalu lintas semakin padat.
Baca juga: Presiden Meresmikan Simpang Susun Semanggi
Yayat mengatakan, beberapa persimpangan yang menjadi faktor sumbatan menunjukkan bahwa pola pergerakan kendaraan di sekitar jalur-jalur tersebut bisa ditebak. Sehingga dengan adanya tambahan simpang susun ini, mobilitas kendaraan bisa lebih cepat dan mudah.
"Penambahan ini juga diharapkan menjadi pilihan pengendara apakah akan menggunakan simpang susun yang baru atau jalan yang lama untuk mengurai kepadatan," jelasnya.
medcom.id, Jakarta: Pengamat Tata Kota Yayat Supriatna menyebut keberadaan simpang susun semanggi dapat mengurangi kemacetan Ibu Kota sekitar 20-30 persen. Namun jika dikombinasikan dengan pemberlakuan sistem ganjil genap kendaraan di saat jam sibuk, pengurangan kepadatan lalu lintas bisa naik hingga 40-50 persen.
"Jadi memang tergantung kondisi dan situasionalnya. Kalau misalkan pada pagi hari, ada pengendalian genap ganjil akan memengaruhi tingkat kepadatan, tapi kalau di luar jam pengendalian mungkin akan ada perubahan," kata Yayat, dalam
Selamat Pagi Indonesia, Jumat 18 Agustus 2017.
Baca juga: Jokowi Apresiasi Kinerja Ahok-Djarot
Yayat mengatakan harus diakui bahwa secara struktur ruang, simpang susun semanggi berada di kawasan padat zona perdagangan dan jasa yang mobilitasnya sangat tinggi. Tak pelak, kawasan ini menjadi pintu masuk segala jenis kendaraan yang membuat bangkitan lalu lintas begitu besar.
Jika dilihat, sepanjang jalan Gatot Subroto, MH Thamrin, hingga Sudirman terdapat enam persimpangan yang bisa menjadi faktor sumbatan. Belum lagi kendaraan yang datang dari Cawang, Pancoran, Kuningan, Slipi, dan Tomang, yang membuat kondisi lalu lintas semakin padat.
Baca juga: Presiden Meresmikan Simpang Susun Semanggi
Yayat mengatakan, beberapa persimpangan yang menjadi faktor sumbatan menunjukkan bahwa pola pergerakan kendaraan di sekitar jalur-jalur tersebut bisa ditebak. Sehingga dengan adanya tambahan simpang susun ini, mobilitas kendaraan bisa lebih cepat dan mudah.
"Penambahan ini juga diharapkan menjadi pilihan pengendara apakah akan menggunakan simpang susun yang baru atau jalan yang lama untuk mengurai kepadatan," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)