Jakarta: Direktorat Jenderal (Dirjen) Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Karliansyah menilai rencana hujan buatan untuk mengurangi polusi udara tidak terlalu membantu. Namun, hujan buatan tetap didukung meski tidak menghilangkan polusi.
"Kami tentu sangat mendukung hujan buatan. Minimal kan dapat mengurangi partikel debu," kata Karliansyah kepada Medcom.id, Kamis, 4 Juli 2019.
Hujan buatan tidak akan bisa tuntas menghilangkan polusi sebab sumber polusi tidak dihilangkan. Langkah itu hanyalah langkah darurat untuk menurunkan partikel debu dalam polusi.
Karliansyah menyarankan pemerintah memulai mencari bahan bakar alternatif lain yang lebih ramah lingkungan untuk mengurangi polusi. Bahan bakar alternatif nantinya harus digunakan untuk angkutan umum guna memaksimalkan metode ini.
Selain itu, masyarakat diminta beralih ke angkutan umum ketimbang kendaraan pribadi. Pemerintah juga harus memastikan angkutan umum laik dan memadai.
DKI akan melakukan hujan buatan untuk menangani polusi udara. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) menyiapkan tiga skenario mengatasi pencemaran udara.
Baca: Pembatasan Kendaraan Pribadi Diminta Diintensifkan
Skenario pertama, BBTMC akan menyemai awan potensial dengan garam natrium klorida (NaCL). Tujuannya agar hujan yang terjadi mampu menyapu polutan yang ada di atmosfer Jakarta.
Metode kedua, jika tidak ada awan potensial, lapisan inversi akan dihilangkan. Penghilang lapisan ini menggunakan es kering agar lapisan menjadi tidak stabil.
Opsi ketiga mennggunakan metode penyemprotan air dari darat menggunakan alat pemecah kabut asap. Nantinya, alat tersebut akan ditempatkan di 10 lokasi di daerah yang melawan angin.
Jakarta: Direktorat Jenderal (Dirjen) Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Karliansyah menilai rencana hujan buatan untuk mengurangi polusi udara tidak terlalu membantu. Namun, hujan buatan tetap didukung meski tidak menghilangkan polusi.
"Kami tentu sangat mendukung hujan buatan. Minimal kan dapat mengurangi partikel debu," kata Karliansyah kepada
Medcom.id, Kamis, 4 Juli 2019.
Hujan buatan tidak akan bisa tuntas menghilangkan polusi sebab sumber polusi tidak dihilangkan. Langkah itu hanyalah langkah darurat untuk menurunkan partikel debu dalam polusi.
Karliansyah menyarankan pemerintah memulai mencari bahan bakar alternatif lain yang lebih ramah lingkungan untuk mengurangi polusi. Bahan bakar alternatif nantinya harus digunakan untuk angkutan umum guna memaksimalkan metode ini.
Selain itu, masyarakat diminta beralih ke angkutan umum ketimbang kendaraan pribadi. Pemerintah juga harus memastikan angkutan umum laik dan memadai.
DKI akan melakukan hujan buatan untuk menangani polusi udara. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) menyiapkan tiga skenario mengatasi pencemaran udara.
Baca: Pembatasan Kendaraan Pribadi Diminta Diintensifkan
Skenario pertama, BBTMC akan menyemai awan potensial dengan garam natrium klorida (NaCL). Tujuannya agar hujan yang terjadi mampu menyapu polutan yang ada di atmosfer Jakarta.
Metode kedua, jika tidak ada awan potensial, lapisan inversi akan dihilangkan. Penghilang lapisan ini menggunakan es kering agar lapisan menjadi tidak stabil.
Opsi ketiga mennggunakan metode penyemprotan air dari darat menggunakan alat pemecah kabut asap. Nantinya, alat tersebut akan ditempatkan di 10 lokasi di daerah yang melawan angin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)