medcom.id Jakarta: Sebagian pemilik apotek di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) rutin turun ke lapangan. Pengawasan ketat terhadap aktivitas di Pasar Pramuka diyakini bisa memulihkan kepercayaan konsumen.
"Menurut saya, ya salah satu solusinya BPOM bisa mengawasi apotek di sini. Minimal seminggu atau dua pekan sekali," ujar Rudi, pemilik apotek di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, Jumat (16/9/2016).
PD Pasar Jaya rencananya memberikan ruang kantor untuk perwakilan petugas BPOM DKI Jakarta. Letaknya di lantai tiga. Hal tersebut untuk mengembalikan nama baik Pasar Pramuka. "Kalau ada pengawasan, pelanggan juga percaya kalau obat yang dijual di sini itu aman," katanya
Suasana di Pasar Pramuka--Metrotvnews.com/Ilham Wibowo
Rudi mengatakan, per hari, biasanya ada 15 atau 20 orang yang belanja ke tokonya. Namun, kini payah. Konsumen yang datang ke apoteknya kurang dari 10 orang.
"Penurunan ini tidak lepas dari dampak kasus temuan obat palsu, dan kedarluwarsa pada Kamis tanggal 1 September 2016 lalu," katanya.
Tak cuma pemilik toko, petugas parkir di Pasar Pramuka, pun terdampak akibat razia pekan kemarin. Fajar, 29, misalnya, mengatakan, jumlah pengunjung berkendaraan bermotor merosot. "Semenjak ada sidak waktu itu," katanya.
Baca: Kepala PD Pasar Pramuka tak Berani Jamin 100 Persen Obat Aman
Sebelumnya, Kepala PD Pasar Pramuka Ajie Ruslan mengatakan omzet penjual obat di Pasar Pramuka rata-rata anjlok 20 hingga 30 persen.
Ke depan, PD Pasar Pramuka akan lebih ketat dan selektif terhadap pelaku bisnis obat-obatan. Pembinaan, penyuluhan, dan penindakan juga akan lebih intensif. PD Pasar Pramuka akan menggandeng BPOM DKI Jakarta, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, serta Kepolisian.
Ajie tak berani menjamin 100 persen yang diperjual-belikan di Pasar Pramuka, aman. Dia masih menunggu rekomendasi BPOM dan hasil penyelidikan polisi.
Suasana di Pasar Pramuka--Metrotvnews.com/Riyan Ferdianto
Pada 13 September, BPOM menggeledah enam Apotek Rakyat di Pasar Pramuka, Matraman, Jakarta Timur. Petugas memeriksa data obat di enam apotek yang sebelumnya sempat ditutup, karena bermasalah.
Petugas BPOM didampingi petugas PD Pasar Jaya memeriksa dokumen pembelian obat di apotek tersebut. Tak hanya itu, petugas juga memeriksa tanggal kadaluarsa obat di apotek tersebut.
Sebelumnya, Rabu 7 September, ke enam apotek itu ditutup setelah digeledah BPOM dan Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya. Dalam penggerebekan itu ditemukan sejumlah obat kadaluarsa dan tanpa izin edar.
Enam Apotek Rakyat itu sudah resmi ditutup dan tidak diperkenankan berjualan kembali di Pasar Pramuka. Jika dalam pengecekan obat tersebut ditemukan ada obat bermasalah maka akan dimusnahkan.
Kepala Seksi Pemeriksaan BPOM DKI Jakarta, Wydia Safitri, mengatakan sesuai instruksi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama keenam apotek itu ditutup permanen per 7 September.
Catatan BPOM, keenam apotek punya riwayat buram. Mereka menjual obat kadaluarsa dan obat tanpa izin edar sepanjang 2010 hingga 2015.
medcom.id Jakarta: Sebagian pemilik apotek di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) rutin turun ke lapangan. Pengawasan ketat terhadap aktivitas di Pasar Pramuka diyakini bisa memulihkan kepercayaan konsumen.
"Menurut saya, ya salah satu solusinya BPOM bisa mengawasi apotek di sini. Minimal seminggu atau dua pekan sekali," ujar Rudi, pemilik apotek di Pasar Pramuka, Jakarta Timur, Jumat (16/9/2016).
PD Pasar Jaya rencananya memberikan ruang kantor untuk perwakilan petugas BPOM DKI Jakarta. Letaknya di lantai tiga. Hal tersebut untuk mengembalikan nama baik Pasar Pramuka. "Kalau ada pengawasan, pelanggan juga percaya kalau obat yang dijual di sini itu aman," katanya
Suasana di Pasar Pramuka--Metrotvnews.com/Ilham Wibowo
Rudi mengatakan, per hari, biasanya ada 15 atau 20 orang yang belanja ke tokonya. Namun, kini payah. Konsumen yang datang ke apoteknya kurang dari 10 orang.
"Penurunan ini tidak lepas dari dampak kasus temuan obat palsu, dan kedarluwarsa pada Kamis tanggal 1 September 2016 lalu," katanya.
Tak cuma pemilik toko, petugas parkir di Pasar Pramuka, pun terdampak akibat razia pekan kemarin. Fajar, 29, misalnya, mengatakan, jumlah pengunjung berkendaraan bermotor merosot. "Semenjak ada sidak waktu itu," katanya.
Baca: Kepala PD Pasar Pramuka tak Berani Jamin 100 Persen Obat Aman
Sebelumnya, Kepala PD Pasar Pramuka Ajie Ruslan mengatakan omzet penjual obat di Pasar Pramuka rata-rata anjlok 20 hingga 30 persen.
Ke depan, PD Pasar Pramuka akan lebih ketat dan selektif terhadap pelaku bisnis obat-obatan. Pembinaan, penyuluhan, dan penindakan juga akan lebih intensif. PD Pasar Pramuka akan menggandeng BPOM DKI Jakarta, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, serta Kepolisian.
Ajie tak berani menjamin 100 persen yang diperjual-belikan di Pasar Pramuka, aman. Dia masih menunggu rekomendasi BPOM dan hasil penyelidikan polisi.
Suasana di Pasar Pramuka--Metrotvnews.com/Riyan Ferdianto
Pada 13 September, BPOM menggeledah enam Apotek Rakyat di Pasar Pramuka, Matraman, Jakarta Timur. Petugas memeriksa data obat di enam apotek yang sebelumnya sempat ditutup, karena bermasalah.
Petugas BPOM didampingi petugas PD Pasar Jaya memeriksa dokumen pembelian obat di apotek tersebut. Tak hanya itu, petugas juga memeriksa tanggal kadaluarsa obat di apotek tersebut.
Sebelumnya, Rabu 7 September, ke enam apotek itu ditutup setelah digeledah BPOM dan Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya. Dalam penggerebekan itu ditemukan sejumlah obat kadaluarsa dan tanpa izin edar.
Enam Apotek Rakyat itu sudah resmi ditutup dan tidak diperkenankan berjualan kembali di Pasar Pramuka. Jika dalam pengecekan obat tersebut ditemukan ada obat bermasalah maka akan dimusnahkan.
Kepala Seksi Pemeriksaan BPOM DKI Jakarta, Wydia Safitri, mengatakan sesuai instruksi Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama keenam apotek itu ditutup permanen per 7 September.
Catatan BPOM, keenam apotek punya riwayat buram. Mereka menjual obat kadaluarsa dan obat tanpa izin edar sepanjang 2010 hingga 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)