Ilusrasi/ANT
Ilusrasi/ANT

16 Tahun Gugurnya Munir: Sejarah Kelam Tetap Belum Tersingkap

Medcom • 07 September 2020 13:36
Jakarta: Munir Said Thalib lahir di Malang, Jawa Timur, 8 Desember 1965. Munir merupakan aktivis hak asasi manusia (HAM) yang namanya tak pernah hilang dari perbincangan di Tanah Air.
 
Munir memereteli ketidakadilan skala kecil hingga besar. Mulai kasus Araujo yang dituduh pemberontak melawan pemerintahan Indonesia untuk memerdekakan Timor Timur dari Indonesia pada 1992; kasus aktvis buruh Marsinah yang dibunuh oleh militer pada tahun 1994; hingga bergabung dengan Tim advokasi SMPN 56 yang digusur oleh Pemda, pada 2004.
 
Nama Munir menghebohkan jagat ketika meregang nyawa di pesawat GA-974 tujuan Amsterdam, 7 September 2004. Munir sempat dilaporkan sakit dan bolak-balik toilet pesawat sepanjang perjalanan.
 
Pertolongan sempat diberikan ketika Munir berpindah tempat duduk di samping dokter. Munir diketahui meninggal dua jam sebelum mendarat di Bandara Schipol Amsterdam.
 
Lulusan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya itu diracun menggunakan arsenik. Dugaan pembunuhan dikuatkan bukti ditemukannya senyawa arsenik setelah autopsi oleh polisi Belanda. Hasil itu dikonfirmasi Polri.
 

Berkali-kali Ingin Dibunuh

Dalam catatan Medcom.id, Munir sebagai pembela HAM tentu banyak mengganggu mereka yang melanggar. Eks Ketua Tim Pencari Fakta (TPF) Kematian Munir Brigjen Marshudi Hanafi, Sang Pembela HAM setidaknya tiga kali mengalami percobaan pembunuhan.
 
Mulai dari racun di kantornya, ditabrak di jalan, dan pemberian arsenik di pesawat. "Arsenik ini beda dengan racun lain. Karena yang terkena arsenik ini seperti muntaber. Tapi penanganannya, jauh berbeda dari muntaber. Terlebih kenanya di atas pesawat yang alat kesehatannya tidak memadai," ujar Marshudi di Jakarta, Selasa, 25 Oktober 2016.
 
 
Halaman Selanjutnya
Sepak terjang Munir memang tak…
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan