medcom.id, Jakarta: Mabes Polri menyayangkan kondisi Bandara Al Fashir, Sudan, jauh dari kata layak. Pasalnya, bandara tersebut tak dilengkapi dengan kamera pengintai (CCTV).
"Memang bukan seperti bandara yang kita bayangkan, kita asumsikan seperti Bandara Soekarno Hatta. Itu bandara yang biasa dan tidak ada CCTV," kata Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Martinus Sitompul di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (24/1/2017).
Menurut Martinus, di dalam koper yang diduga milik kontingen Indonesia itu terdapat 90 senjata api. Koper tersebut berada sekira 15 meter dari koper-koper milik kontigen Indonesia kala itu.
Pihak Polri dan Kementerian Luar Negeri sudah melaporkan kejadian tersebut ke Duta Besar untuk Indonesia di Sudan. UNIMAID diminta untuk turut menginvestigasi secara fakta.
"Yang ketiga mengirim personel untuk bantuan hukum di sana dan memastikan mereka kembali. Ada lima sampai enam orang yang akan dikirim besok," ujarnya.
Baca: Polri Tunggu Hasil Investigasi Otoritas Sudan
Polri berharap, investigasi berjalan baik dan bisa membuktikan bahwa para petugas perdamaian memang tidak bersalah, seperti yang disampaikan oleh Kasatgas FPU 8 AKBP Jhon Hutalhutajulu.
"Komandan mengatakan itu bukan, dan tentunya kita hormati sebagai informasi yang kita sampaikan ke publik," tandasnya.
Pasukan perdamaiam Indonesia di Dafur, Sudan, diduga menyeludupkan senjata beserta amunisi dan beberapa mineral berharga di Sudan. Informasi itu disebarkan oleh media Sudan, The Sudanese Media Center, Sabtu, 21 Januari lalu.
Pasukan perdamaian RI yang tergabug dalam misi penjaga perdamaian UNAMID ditunda kepulangannya di Bandara Al Fashir. Barang yang diseludupkan meliputi senjata api dan amunisi termasuk 29 senapan Kalashnikov, empat senjata, 6 GM3, dan 64 jenis pistol.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/zNPE7OEb" frameborder="0" scrolling="no" allowfullscreen></iframe>
medcom.id, Jakarta: Mabes Polri menyayangkan kondisi Bandara Al Fashir, Sudan, jauh dari kata layak. Pasalnya, bandara tersebut tak dilengkapi dengan kamera pengintai (CCTV).
"Memang bukan seperti bandara yang kita bayangkan, kita asumsikan seperti Bandara Soekarno Hatta. Itu bandara yang biasa dan tidak ada CCTV," kata Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Martinus Sitompul di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (24/1/2017).
Menurut Martinus, di dalam koper yang diduga milik kontingen Indonesia itu terdapat 90 senjata api. Koper tersebut berada sekira 15 meter dari koper-koper milik kontigen Indonesia kala itu.
Pihak Polri dan Kementerian Luar Negeri sudah melaporkan kejadian tersebut ke Duta Besar untuk Indonesia di Sudan. UNIMAID diminta untuk turut menginvestigasi secara fakta.
"Yang ketiga mengirim personel untuk bantuan hukum di sana dan memastikan mereka kembali. Ada lima sampai enam orang yang akan dikirim besok," ujarnya.
Baca: Polri Tunggu Hasil Investigasi Otoritas Sudan
Polri berharap, investigasi berjalan baik dan bisa membuktikan bahwa para petugas perdamaian memang tidak bersalah, seperti yang disampaikan oleh Kasatgas FPU 8 AKBP Jhon Hutalhutajulu.
"Komandan mengatakan itu bukan, dan tentunya kita hormati sebagai informasi yang kita sampaikan ke publik," tandasnya.
Pasukan perdamaiam Indonesia di Dafur, Sudan, diduga menyeludupkan senjata beserta amunisi dan beberapa mineral berharga di Sudan. Informasi itu disebarkan oleh media Sudan, The Sudanese Media Center, Sabtu, 21 Januari lalu.
Pasukan perdamaian RI yang tergabug dalam misi penjaga perdamaian UNAMID ditunda kepulangannya di Bandara Al Fashir. Barang yang diseludupkan meliputi senjata api dan amunisi termasuk 29 senapan Kalashnikov, empat senjata, 6 GM3, dan 64 jenis pistol.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)