Jakarta: Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) membahas masalah keamanan global di Sochi, Rusia. Dalam pemaparan di KTT itu, Wiranto memamerkan program deradikalisasi yang dilakukan Pemerintah Indonesia.
"Ada sekitar 600 eks narapidana teroris yang mengikuti program deradikalisasi. Dan hanya tiga dari jumlah tersebut yang kembali melakukan aksi terorisme," kata Wiranto di Sochi, Rusia, melalui keterangan yang diterima, Kamis, 26 April 2018.
Wiranto sadar dengan ancaman keamanan buat Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar dunia, sekitar 85 persen dari total penduduk sekitar 250 juta jiwa.
Baca: Wiranto Ajak Peserta KTT Rusia Kerja Sama Keamanan Global
Tercatat, hampir sebagian besar penduduk Indonesia menggunakan ponsel pintar dan terhubung dengan internet. Fakta ini membuat Indonesia cukup rentan disusupi paham radikal dan propaganda kelompok radikal.
Karena itu, pemerintah pun mengambil tindakan berbeda. Tak hanya menindak secara hukum, tapi juga merangkul pelaku teror dengan deradikalisasi. Hasilnya pun tak mengecewakan.
"Ada 124 eks narapidana teroris yang telah berubah menjadi agen perdamaian yang menyampaikan pesan damai kepada publik dan orang-orang rentan terkena virus radikal," jelas Wiranto.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga melakukan langkah kontra-narasi dengan mengajak 600 anak muda atau milenial untuk membantu pemerintah menyebarkan pesan perdamaian dan persatuan ke seluruh negeri. Langkah ini dinilai efektif karena melibatkan kreativitas generasi muda.
Pemerintah juga mencegah aksi terorisme di dunia siber. Selain itu, Wiranto juga menjelaskan komitmen pemerintah dalam mencegah rekrutmen pelaku teror melalui media sosial.
"Polri secara khusus menangani kejahatan siber dan multimedia, sementara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) telah membentuk Pusat Media Damai,” tegas Wiranto.
Jakarta: Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) membahas masalah keamanan global di Sochi, Rusia. Dalam pemaparan di KTT itu, Wiranto memamerkan program deradikalisasi yang dilakukan Pemerintah Indonesia.
"Ada sekitar 600 eks narapidana teroris yang mengikuti program deradikalisasi. Dan hanya tiga dari jumlah tersebut yang kembali melakukan aksi terorisme," kata Wiranto di Sochi, Rusia, melalui keterangan yang diterima, Kamis, 26 April 2018.
Wiranto sadar dengan ancaman keamanan buat Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk muslim terbesar dunia, sekitar 85 persen dari total penduduk sekitar 250 juta jiwa.
Baca: Wiranto Ajak Peserta KTT Rusia Kerja Sama Keamanan Global
Tercatat, hampir sebagian besar penduduk Indonesia menggunakan ponsel pintar dan terhubung dengan internet. Fakta ini membuat Indonesia cukup rentan disusupi paham radikal dan propaganda kelompok radikal.
Karena itu, pemerintah pun mengambil tindakan berbeda. Tak hanya menindak secara hukum, tapi juga merangkul pelaku teror dengan deradikalisasi. Hasilnya pun tak mengecewakan.
"Ada 124 eks narapidana teroris yang telah berubah menjadi agen perdamaian yang menyampaikan pesan damai kepada publik dan orang-orang rentan terkena virus radikal," jelas Wiranto.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga melakukan langkah kontra-narasi dengan mengajak 600 anak muda atau milenial untuk membantu pemerintah menyebarkan pesan perdamaian dan persatuan ke seluruh negeri. Langkah ini dinilai efektif karena melibatkan kreativitas generasi muda.
Pemerintah juga mencegah aksi terorisme di dunia siber. Selain itu, Wiranto juga menjelaskan komitmen pemerintah dalam mencegah rekrutmen pelaku teror melalui media sosial.
"Polri secara khusus menangani kejahatan siber dan multimedia, sementara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) telah membentuk Pusat Media Damai,” tegas Wiranto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(YDH)