medcom.id, Jakarta: Manajemen Rumah Sakit Harapan Bunda di Jakarta Timur merasa jadi korban dokter I dan suster berinisial sama. Keduanya diduga bersekongkol memasukkan vaksin palsu ke Rumah Sakit Harapan Bunda.
Manajemen Rumah Sakit Harapan Bunda akhirnya bersedia menemui ratusan orangtua yang menunggu sejak pukul 08.00 WIB. Manajemen Rumah Sakit Harapan Bunda diwakili Ketua Komite Dokter Rumah Sakit Harapan Bunda dr. Seto Hanggoro Setiadi dan dokter spesialis anak dr. Harmon Mawardi.
(Klik: Daftar Rumah Sakit & Klinik yang Pakai Vaksin Palsu)
Mediasi orangtua korban dan manajemen dijadwalkan pukul 13.00, namun, mundur selama satu jam.
"Saya terus terang prihatin atas adanya indikasi vaksin palsu di Rumah Sakit Harapan Bunda. Kami juga korban kejadian ini," kata Seto di depan para orangtua di Rumah Sakit Harapan Bunda, Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (15/7/2016).
Mendengar pernyataan Seto, sejumlah orangtua yang anaknya divaksin di Rumah Sakit Harapan Bunda berteriak. Pengelola rumah sakit dinilai melempar tanggung jawab. "Kami yang korban, bukan Anda. Anda hanya menikmati uangnya saja," teriak seorang pria.
Seto berani menjamin, selama ini Rumah Sakit Harapan Bunda membeli vaksin dari distributor resmi. Namun, pada periode Maret hingga Juni persediaan vaksin sempat kosong. Hal itu dimanfaatkan oknum perawat untuk bisnis vaksin palsu.
"Perawat menawarkan vaksin itu ke dokter anak yang praktik di sini. Pihak rumah sakit tidak tahu," jelas Seto.
Para orangtua korban tak percaya dengan pernyataan Setno bahwa vaksin palsu hanya beredar pada periode Maret-Juni di rumah sakit tersebut. "Bohong itu."
Pertemuan pihak rumah sakit dengan para orangtua diwarnai teriakan-teriakan ketidakpuasan. Para orangtua menuntut jaminan pihak rumah sakit atas keselamatan anak mereka yang pernah vaksin di Rumah Sakit Harapan Bunda.
Sedangkan Harmon mengklaim, vaksin palsu tidak ada efek samping. "Saya jamin tidak ada efek samping. Kalau ada gangguan kesehatan, itu cuma karena alergi saja," ujar Harmon.
Jawaban itu kembali menyulut emosi para orangtua. "Apa jaminannya? Siapa yang bisa menjamin keselamatan anak saya untuk ke depannya?" teriak salah seorang warga.
Berikut empat poin pernyataan manajemen Rumah Sakit Harapan Bunda:
Pertama, Rumah Sakit Harapan Bunda menjamin pasien yang divaksin di luar periode Maret sampai Juni 2016, membayar vaksin langsung ke kasir, bukan ke dokter atau perawat asisten dokter, menerima vaksin asli.
Kedua, dokter Harapan Bunda akan memeriksa pasien yang terindikasi mendapat vaksin palsu. "Apakah perlu divaksin ulang atau tidak, tergantung pemeriksaan dokter," jelas Seto.
Poin ketiga, pasien Rumah Sakit Harapan Bunda yang terindikasi mendapat vaksin palsu, jika ingin vaksin ulang di luar Rumah Sakit Harapan Bunda, bisa mengajukan reimbursment ke Rumah Sakit Harapan Bunda dengan menunjukan kuitansi.
"Pelayanan reimbursment pada hari kerja pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB," imbuh Seto.
Terakhir, pihak Rumah Sakit Harapan Bunda akan mendirikan posko yang memberikan data pasien yang divaksin di Rumah Sakit Harapan Bunda periode Maret-Juni 2016.
Surat pernyataan bernomor 630/Eks-Dir/RSHB/VII/2016 ditandatangani dr. Seto Hanggorodan dr. Cecil selaku Wakil Direktur Medis Rumah Sakit Harapan Bunda.
Setelah Seto membacakan isi surat pernyataan, kembali terdengar teriakan orangtua. Menurut orangtua tersebut, pihak rumah sakit tidak punya hak menyebut vaksin palsu hanya ada pada periode Maret-Juni.
Sebab, ia mendapat informasi bahwa vaksin palsu beredar sejak 2003. "Yang bisa menyatakan itu (vaksin) asli atau tidak itu dari independen atau satuan tugas," katanya.
(Klik: Orangtua Curiga Saat Bayar Vaksin ke Suster)
medcom.id, Jakarta: Manajemen Rumah Sakit Harapan Bunda di Jakarta Timur merasa jadi korban dokter I dan suster berinisial sama. Keduanya diduga bersekongkol memasukkan vaksin palsu ke Rumah Sakit Harapan Bunda.
Manajemen Rumah Sakit Harapan Bunda akhirnya bersedia menemui ratusan orangtua yang menunggu sejak pukul 08.00 WIB. Manajemen Rumah Sakit Harapan Bunda diwakili Ketua Komite Dokter Rumah Sakit Harapan Bunda dr. Seto Hanggoro Setiadi dan dokter spesialis anak dr. Harmon Mawardi.
(
Klik: Daftar Rumah Sakit & Klinik yang Pakai Vaksin Palsu)
Mediasi orangtua korban dan manajemen dijadwalkan pukul 13.00, namun, mundur selama satu jam.
"Saya terus terang prihatin atas adanya indikasi vaksin palsu di Rumah Sakit Harapan Bunda. Kami juga korban kejadian ini," kata Seto di depan para orangtua di Rumah Sakit Harapan Bunda, Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (15/7/2016).
Mendengar pernyataan Seto, sejumlah orangtua yang anaknya divaksin di Rumah Sakit Harapan Bunda berteriak. Pengelola rumah sakit dinilai melempar tanggung jawab. "Kami yang korban, bukan Anda. Anda hanya menikmati uangnya saja," teriak seorang pria.
Seto berani menjamin, selama ini Rumah Sakit Harapan Bunda membeli vaksin dari distributor resmi. Namun, pada periode Maret hingga Juni persediaan vaksin sempat kosong. Hal itu dimanfaatkan oknum perawat untuk bisnis vaksin palsu.
"Perawat menawarkan vaksin itu ke dokter anak yang praktik di sini. Pihak rumah sakit tidak tahu," jelas Seto.
Para orangtua korban tak percaya dengan pernyataan Setno bahwa vaksin palsu hanya beredar pada periode Maret-Juni di rumah sakit tersebut. "Bohong itu."
Pertemuan pihak rumah sakit dengan para orangtua diwarnai teriakan-teriakan ketidakpuasan. Para orangtua menuntut jaminan pihak rumah sakit atas keselamatan anak mereka yang pernah vaksin di Rumah Sakit Harapan Bunda.
Sedangkan Harmon mengklaim, vaksin palsu tidak ada efek samping. "Saya jamin tidak ada efek samping. Kalau ada gangguan kesehatan, itu cuma karena alergi saja," ujar Harmon.
Jawaban itu kembali menyulut emosi para orangtua. "Apa jaminannya? Siapa yang bisa menjamin keselamatan anak saya untuk ke depannya?" teriak salah seorang warga.
Berikut empat poin pernyataan manajemen Rumah Sakit Harapan Bunda:
Pertama, Rumah Sakit Harapan Bunda menjamin pasien yang divaksin di luar periode Maret sampai Juni 2016, membayar vaksin langsung ke kasir, bukan ke dokter atau perawat asisten dokter, menerima vaksin asli.
Kedua, dokter Harapan Bunda akan memeriksa pasien yang terindikasi mendapat vaksin palsu. "Apakah perlu divaksin ulang atau tidak, tergantung pemeriksaan dokter," jelas Seto.
Poin ketiga, pasien Rumah Sakit Harapan Bunda yang terindikasi mendapat vaksin palsu, jika ingin vaksin ulang di luar Rumah Sakit Harapan Bunda, bisa mengajukan reimbursment ke Rumah Sakit Harapan Bunda dengan menunjukan kuitansi.
"Pelayanan reimbursment pada hari kerja pukul 08.00 WIB hingga 16.00 WIB," imbuh Seto.
Terakhir, pihak Rumah Sakit Harapan Bunda akan mendirikan posko yang memberikan data pasien yang divaksin di Rumah Sakit Harapan Bunda periode Maret-Juni 2016.
Surat pernyataan bernomor 630/Eks-Dir/RSHB/VII/2016 ditandatangani dr. Seto Hanggorodan dr. Cecil selaku Wakil Direktur Medis Rumah Sakit Harapan Bunda.
Setelah Seto membacakan isi surat pernyataan, kembali terdengar teriakan orangtua. Menurut orangtua tersebut, pihak rumah sakit tidak punya hak menyebut vaksin palsu hanya ada pada periode Maret-Juni.
Sebab, ia mendapat informasi bahwa vaksin palsu beredar sejak 2003. "Yang bisa menyatakan itu (vaksin) asli atau tidak itu dari independen atau satuan tugas," katanya.
(
Klik: Orangtua Curiga Saat Bayar Vaksin ke Suster)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)