Jakarta: Seorang bocah berinisial NFB (10) tewas usai memakan sate yang ditaburi racun Sianida di Bantul, Yogyakarta. Sayang, bocah tersebut merupakan korban salah sasaran pelaku perempuan berinisial NA.
Tersangka diketahui semula hendak meracuni berinisial T, seorang anggota Polresta Yogyakarta. Pembunuhan itu bahkan sudah direncanakan tiga bulan lalu, akibat sakit hati NA kepada T.
Cinta NA kepada T bertepuk sebelah tangan usai anggota kepolisian itu menikah dengan orang lain. NA pun gelap mata dan hendak meracuni T, namun justru orang lain yang menjadi korban.
"Sudah direncanakan tiga bulan sebelumnya. Namun, ada faktor penghalang karena makanan itu tak diterima langsung oleh target dan diterima oleh orang lain yang ada di dalam rumah itu," kata Kapolres Bantul, AKP Wachyu Tri Budi Sulistyono, Senin 3 Mei 2021.
Lalu, apa yang membuat racun Sianida sangat mematikan? Melansir dari Halodoc, Sianida merujuk pada bahan kimia yang memiliki ikatan dengan karbon monoksida dan nitrogen molekuler atau CN. Ada bentuk sianida yang mematikan seperti Natrium Sianida (NaCN), Potasium Sianida (KCN), Hidrogen Sianida (HCN), dan Cyanogen Klorida (CNCl).
Dahulu, Hidrogen Sianida banyak dimanfaatkan sebagai bahan senjata. Beberapa senyawa yang mengandung sianida digunakan sebagai bahan pembuat pestisida, fumigan, plastik, pelapis logam, hingga penambangan. Beberapa proses industri, seperti produksi besi, baja, industri kimia, dan pengolahan air limbah juga menghasilkan senyawa ini.
Cara kerja racun Sianida di dalam tubuh
Setelah tubuh terpapar atau sianida masuk ke dalam tubuh, senyawa ini dengan cepat memasuki aliran darah. Tubuh memang menangani racun ini dalam jumlah kecil dengan mengubahnya menjadi tiosianat yang kemudian dikeluarkan melalui urine. Senyawa ini bisa bergabung dengan bahan kimia lain membentuk vitamin B12 yang membantu menjaga kesehatan sel saraf dan sel darah merah.
Namun, dalam jumlah besar, sianida mencegah sel menggunakan oksigen dan menyebabkan kematian sel. Organ-organ yang rentan terhadap serangan sianida adalah jantung, sistem pernapasan, dan sistem saraf pusat.
Segera setelah terpapar, tubuh akan lemah, mual, sakit kepala, hingga kesulitan bernapas. Pada kondisi akut, gejala yang muncul adalah hilang kesadaran hingga mengalami gagal jantung. Sementara pada tingkatan kronis, gejala yang terjadi seperti napas pendek, denyut nadi lemah tetapi cepat, bibir dan wajah menjadi biru yang disertai dengan ekstremitas, koma, hingga kematian.
Jakarta: Seorang bocah berinisial NFB (10) tewas usai memakan sate yang ditaburi racun
Sianida di Bantul, Yogyakarta. Sayang, bocah tersebut merupakan korban salah sasaran pelaku perempuan berinisial NA.
Tersangka diketahui semula hendak meracuni berinisial T, seorang anggota Polresta Yogyakarta.
Pembunuhan itu bahkan sudah direncanakan tiga bulan lalu, akibat sakit hati NA kepada T.
Cinta NA kepada T bertepuk sebelah tangan usai anggota kepolisian itu menikah dengan orang lain. NA pun gelap mata dan hendak meracuni T, namun justru orang lain yang menjadi korban.
"Sudah direncanakan tiga bulan sebelumnya. Namun, ada faktor penghalang karena makanan itu tak diterima langsung oleh target dan diterima oleh orang lain yang ada di dalam rumah itu," kata Kapolres Bantul, AKP Wachyu Tri Budi Sulistyono, Senin 3 Mei 2021.
Lalu, apa yang membuat racun Sianida sangat mematikan? Melansir dari Halodoc, Sianida merujuk pada bahan kimia yang memiliki ikatan dengan karbon monoksida dan nitrogen molekuler atau CN. Ada bentuk sianida yang mematikan seperti Natrium Sianida (NaCN), Potasium Sianida (KCN), Hidrogen Sianida (HCN), dan Cyanogen Klorida (CNCl).
Dahulu, Hidrogen Sianida banyak dimanfaatkan sebagai bahan senjata. Beberapa senyawa yang mengandung sianida digunakan sebagai bahan pembuat pestisida, fumigan, plastik, pelapis logam, hingga penambangan. Beberapa proses industri, seperti produksi besi, baja, industri kimia, dan pengolahan air limbah juga menghasilkan senyawa ini.
Cara kerja racun Sianida di dalam tubuh
Setelah tubuh terpapar atau sianida masuk ke dalam tubuh, senyawa ini dengan cepat memasuki aliran darah. Tubuh memang menangani racun ini dalam jumlah kecil dengan mengubahnya menjadi tiosianat yang kemudian dikeluarkan melalui urine. Senyawa ini bisa bergabung dengan bahan kimia lain membentuk vitamin B12 yang membantu menjaga kesehatan sel saraf dan sel darah merah.
Namun, dalam jumlah besar, sianida mencegah sel menggunakan oksigen dan menyebabkan kematian sel. Organ-organ yang rentan terhadap serangan sianida adalah jantung, sistem pernapasan, dan sistem saraf pusat.
Segera setelah terpapar, tubuh akan lemah, mual, sakit kepala, hingga kesulitan bernapas. Pada kondisi akut, gejala yang muncul adalah hilang kesadaran hingga mengalami gagal jantung. Sementara pada tingkatan kronis, gejala yang terjadi seperti napas pendek, denyut nadi lemah tetapi cepat, bibir dan wajah menjadi biru yang disertai dengan ekstremitas, koma, hingga kematian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)