Polri Diminta Waspadai Aksi Teror Jelang Natal dan Tahun Baru
Siti Yona Hukmana • 12 Desember 2022 12:03
Jakarta: Polri diminta mewaspadai terorisme di gereja-gereja seluruh Indonesia menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru). Agar bom malam Natal Tahun 2000 tak terulang.
"Beberapa teroris, terutama para pendukung Jamaah Ansharut Daulah (JAD), masih melihat gereja sebagai sasaran empuk dan strategis. Apalagi jika pengamanannya longgar," kata pengamat terorisme Zaki Mubarak kepada Medcom.id, Senin, 12 Desember 2022.
Zaki mengatakan polisi yang bertugas juga harus ekstra waspada. Menurut dia, sejak 2010 hingga saat ini, teroris lebih banyak mengincar polisi.
"Sudah puluhan anggota polisi yang tewas akibat serangan teroris, jangan sampai bertambah lagi. Kapolri tidak boleh lengah. Harus memberikan atensi lebih kuat dalam memproteksi anggotanya terutama yang bertugas pada saat Nataru," ungkap Zaki.
Zaki memandang teroris terus berusaha mencari titik lengah dalam melakukan aksi teror. Para kelompok radikal itu juga disebut makin sulit terdeteksi, karena beroperasi dalam kelompok yang lebih kecil. Bahkan, hanya satu atau dua orang saja.
Zaki melihat model pengamanan Nataru oleh Polri sudah lebih baik dibanding sebelumnya. Polisi juga tidak ingin kecolongan. Beberapa tahun belakangan, kata dia, momen Nataru relatif aman dan stabil.
"Tapi ya itu, jangan sampai lengah. Sebab bagi teroris, serangan pada saat Nataru sangat sexy dalam arti akan mendapatkan ekspose pemberitaan yang luas. Mereka sangat menyukai itu, untuk menunjukkan ke dunia internasional bahwa mereka masih eksis," tutur Zaki.
Jakarta: Polri diminta mewaspadai terorisme di gereja-gereja seluruh Indonesia menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru). Agar bom malam Natal Tahun 2000 tak terulang.
"Beberapa teroris, terutama para pendukung Jamaah Ansharut Daulah (JAD), masih melihat gereja sebagai sasaran empuk dan strategis. Apalagi jika pengamanannya longgar," kata pengamat terorisme Zaki Mubarak kepada Medcom.id, Senin, 12 Desember 2022.
Zaki mengatakan polisi yang bertugas juga harus ekstra waspada. Menurut dia, sejak 2010 hingga saat ini, teroris lebih banyak mengincar polisi.
"Sudah puluhan anggota polisi yang tewas akibat serangan teroris, jangan sampai bertambah lagi. Kapolri tidak boleh lengah. Harus memberikan atensi lebih kuat dalam memproteksi anggotanya terutama yang bertugas pada saat Nataru," ungkap Zaki.
Zaki memandang teroris terus berusaha mencari titik lengah dalam melakukan aksi teror. Para kelompok radikal itu juga disebut makin sulit terdeteksi, karena beroperasi dalam kelompok yang lebih kecil. Bahkan, hanya satu atau dua orang saja.
Zaki melihat model pengamanan Nataru oleh Polri sudah lebih baik dibanding sebelumnya. Polisi juga tidak ingin kecolongan. Beberapa tahun belakangan, kata dia, momen Nataru relatif aman dan stabil.
"Tapi ya itu, jangan sampai lengah. Sebab bagi teroris, serangan pada saat Nataru sangat sexy dalam arti akan mendapatkan ekspose pemberitaan yang luas. Mereka sangat menyukai itu, untuk menunjukkan ke dunia internasional bahwa mereka masih eksis," tutur Zaki. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)