Jakarta: Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Kurnia Ramadhana menilai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2019-2024 adalah periode terburuk, karena banyak pimpinan yang terjerat kasus. Dia menyebut ada dua nama komisioner KPK yang ikut kembali mendaftarkan diri sebagai calon pimpinan (Capim) KPK.
Menurut Kurnia, hal tersebut tidak pantas, karena pada periode sebelumnya mereka sudah gagal. Kurnia menilai kedua orang tersebut tidak memiliki prestasi, hanya membuat kontroversi bahkan melanggar kode etik.
"Ada beberapa nama internal yang maju lagi, Ada Pak Gufron, Ada Pak Tanak, satu asas yang penting adalah asas kepantasan, menurut saya tentu tidak pantas," ucap Saut dalam tayangan Panggung Demokrasi Metro TV, yang dikutip Selasa, 30 Juli 2024.
Kurnia melanjutkan, “Prestasinya gak ada, ramai kontroversi, berulang kali melanggar kode etik, kok pede maju lagi sebagai pimpinan.”
Selain itu, kurnia juga menyoroti mantan Ketua KPK Firli Bahuri yang memiliki rekam jejak buruk, tetapi tetap lolos bahkan terpilih menjadi ketua KPK. Menurut dia ini bukan hanya kesalahan Pansel, karena semua pihak didalamnya juga terlibat dalam penentuan tersebut.
“Setelah nama diserahkan oleh Pansel bola berpindah ke Presiden dan Presiden menyerahkan beberapa nama, 10 nama saat itu Presiden juga menyerahkan nama Firli Bahuri nama Lili Pintauli ke DPR, sayang ya DPR justru bulat suaranya memilih Firli,“ jelas Kurnia.
Kurnia menjelaskan sebelumnya berbagai upaya telah dilakukan untuk menunjukan rekam jejak Firli yang dinilai kurang baik. Tapi, menurut dia sama saja, hal tersebut tidak berpengaruh apa-apa terhadap proses seleksi.
“Sebelum proses masuk ke DPR Pak Saut sebagai komisioner KPK bersama dengan penasehat KPK menggelar konferensi pers dan mengatakan Firly Bahuri melanggar pelanggaran etik berat, tapi apa yang didapatkan? Tudingan politik didapatkan,” ungkap Kurnia.
Kurnia menerangkan Firli merupakan Ketua KPK terburuk sepanjang KPK berdiri. Hal ini juga didukung berbagi survei, salah satunya yang diberitakan oleh Kompas bahwa 61 persen masyarakat mengatakan pimpinan KPK era Firli adalah yang terburuk.
Jakarta: Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Kurnia Ramadhana menilai
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) periode 2019-2024 adalah periode terburuk, karena banyak pimpinan yang terjerat kasus. Dia menyebut ada dua nama komisioner KPK yang ikut kembali mendaftarkan diri sebagai calon pimpinan (
Capim) KPK.
Menurut Kurnia, hal tersebut tidak pantas, karena pada periode sebelumnya mereka sudah gagal. Kurnia menilai kedua orang tersebut tidak memiliki prestasi, hanya membuat kontroversi bahkan melanggar kode etik.
"Ada beberapa nama internal yang maju lagi, Ada Pak Gufron, Ada Pak Tanak, satu asas yang penting adalah asas kepantasan, menurut saya tentu tidak pantas," ucap Saut dalam tayangan Panggung Demokrasi
Metro TV, yang dikutip Selasa, 30 Juli 2024.
Kurnia melanjutkan, “Prestasinya gak ada, ramai kontroversi, berulang kali melanggar kode etik, kok pede maju lagi sebagai pimpinan.”
Selain itu, kurnia juga menyoroti mantan Ketua KPK Firli Bahuri yang memiliki rekam jejak buruk, tetapi tetap lolos bahkan terpilih menjadi ketua KPK. Menurut dia ini bukan hanya kesalahan Pansel, karena semua pihak didalamnya juga terlibat dalam penentuan tersebut.
“Setelah nama diserahkan oleh Pansel bola berpindah ke Presiden dan Presiden menyerahkan beberapa nama, 10 nama saat itu Presiden juga menyerahkan nama Firli Bahuri nama Lili Pintauli ke DPR, sayang ya DPR justru bulat suaranya memilih Firli,“ jelas Kurnia.
Kurnia menjelaskan sebelumnya berbagai upaya telah dilakukan untuk menunjukan rekam jejak Firli yang dinilai kurang baik. Tapi, menurut dia sama saja, hal tersebut tidak berpengaruh apa-apa terhadap proses seleksi.
“Sebelum proses masuk ke DPR Pak Saut sebagai komisioner KPK bersama dengan penasehat KPK menggelar konferensi pers dan mengatakan Firly Bahuri melanggar pelanggaran etik berat, tapi apa yang didapatkan? Tudingan politik didapatkan,” ungkap Kurnia.
Kurnia menerangkan Firli merupakan Ketua KPK terburuk sepanjang KPK berdiri. Hal ini juga didukung berbagi survei, salah satunya yang diberitakan oleh Kompas bahwa 61 persen masyarakat mengatakan pimpinan KPK era Firli adalah yang terburuk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)