Polisi Kesulitan Tangkap Bjorka, Pengamat: Salah Metode Investigasi
Siti Yona Hukmana • 22 September 2022 10:29
Jakarta: Tim khusus (Timsus) Polri tak kunjung bisa menangkap hacker Bjorka. Pengamat menilai timsus kesulitan karena salah metode investigasi.
"Kemungkinan besar metode investigasi yang dilakukan tidak tepat, sehingga Timsus kesulitan mengungkap Bjorka," kata ahli digital forensik Indonesia Ruby Alamsyah kepada Medcom.id, Kamis, 22 September 2022.
Timsus bentukan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD itu baru menangkap seorang pemuda asal Madiun, Jawa Timur, Muhammad Agung Hidayatullah (MAH), 21, dalam pengejaran Bjorka. Menurut Ruby, yang dilakukan Timsus malah salah tangkap.
"Kalau melihat apa yang dilakukan dan terjadinya salah penangkapan terhadap MAH," ujar Ruby.
Pelatih sekuriti tekonologi informasi (TI) itu memandang perlu peran ilmu forensik digital dalam menginvestigasi kasus peretasan tersebut. Guna mengidentifikasi sosok peretas Bjorka dan keberadaannya.
"Sehingga, dapat dilakukan proses penangkapan kepada orang yang benar, serta hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara sah juga di mata hukum," ungkap Ruby.
Ruby meyakini proses scientific investigation dan forensik digital sajalah yang dapat memenuhi dua unsur ilmiah dan hukum. Maka itu, dia mendorong timsus, khususnya Polri, menggunakan dua metode tersebut.
Ada usulan terhadap Polri menggandeng mantan peretas Jim Geovedi untuk menangkap Bjorka. Jim pernah geser satelit Tiongkok, serta dipakai Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan berhasil mengungkap pembobol data pemilu. Namun, Ruby menilai Jim tak akan mau bekerja sama.
"Saya yakin Jim enggak mau, karena sudah tidak dalam bidang ini dan tidak mau masuk ke bidang ini lagi," kata Ruby.
Bjorka adalah pemilik akun Twitter yang mengeklaim telah meretas data-data terkait kependudukan Indonesia, termasuk surat menyurat milik Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan surat Badan Intelijen Negara (BIN). Kini timsus yang terdiri atas Polri, BIN, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) masih terus memburu Bjorka.
Jakarta: Tim khusus (Timsus) Polri tak kunjung bisa menangkap hacker Bjorka. Pengamat menilai timsus kesulitan karena salah metode investigasi.
"Kemungkinan besar metode investigasi yang dilakukan tidak tepat, sehingga Timsus kesulitan mengungkap Bjorka," kata ahli digital forensik Indonesia Ruby Alamsyah kepada Medcom.id, Kamis, 22 September 2022.
Timsus bentukan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD itu baru menangkap seorang pemuda asal Madiun, Jawa Timur, Muhammad Agung Hidayatullah (MAH), 21, dalam pengejaran Bjorka. Menurut Ruby, yang dilakukan Timsus malah salah tangkap.
"Kalau melihat apa yang dilakukan dan terjadinya salah penangkapan terhadap MAH," ujar Ruby.
Pelatih sekuriti tekonologi informasi (TI) itu memandang perlu peran ilmu forensik digital dalam menginvestigasi kasus peretasan tersebut. Guna mengidentifikasi sosok peretas Bjorka dan keberadaannya.
"Sehingga, dapat dilakukan proses penangkapan kepada orang yang benar, serta hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara sah juga di mata hukum," ungkap Ruby.
Ruby meyakini proses scientific investigation dan forensik digital sajalah yang dapat memenuhi dua unsur ilmiah dan hukum. Maka itu, dia mendorong timsus, khususnya Polri, menggunakan dua metode tersebut.
Ada usulan terhadap Polri menggandeng mantan peretas Jim Geovedi untuk menangkap Bjorka. Jim pernah geser satelit Tiongkok, serta dipakai Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan berhasil mengungkap pembobol data pemilu. Namun, Ruby menilai Jim tak akan mau bekerja sama.
"Saya yakin Jim enggak mau, karena sudah tidak dalam bidang ini dan tidak mau masuk ke bidang ini lagi," kata Ruby.
Bjorka adalah pemilik akun Twitter yang mengeklaim telah meretas data-data terkait kependudukan Indonesia, termasuk surat menyurat milik Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan surat Badan Intelijen Negara (BIN). Kini timsus yang terdiri atas Polri, BIN, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) masih terus memburu Bjorka. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)