Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa. Medcom.id/Siti Yona
Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa. Medcom.id/Siti Yona

Panglima Sebut Salaman Tak Cukup Cegah Bentrokan TNI-Polri

Siti Yona Hukmana • 03 Desember 2021 15:51
Jakarta: Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa akan menindak tegas prajurit yang terlibat bentrokan dengan anggota Polri. Dia menyebut salaman tak cukup mencegah terulangnya bentrokan anggota TNI-Polri.
 
"Kalau kembali lagi salaman, olahraga, hanya begitu-begitu saja, apakah iya mereka menyesali? Tapi akan lebih kena kalau konsekuensinya benaran," kata Andika dalam sambutannya pada Apel Kasatwil Polri Tahun Anggaran (TA) 2021 di Bali, Jumat, 3 Desember 2021.
 
Menurut Andika, tindakan tegas kepada bawahannya menjadi salah satu upaya untuk mencegah kejadian serupa. Prajurit yang diproses juga dapat didampingi pembela atau pendampingan hukum.

"Jadi, menurut saya tidak ada yang dirugikan dan tidak ada yang perlu dihindari," ujar jenderal TNI bintang empat itu.
 
Andika meminta kerja sama Polri dalam membangun ketegasan. Menurut dia, sekecil apa pun pertikaian kalau sudah terjadi harus diproses hukum.
 
"Kita harus sama-sama kompak untuk melakukan proses hukum," ungkap Andika.
 
Andika juga meminta Polri melaporkan kesalahan prajuritnya untuk mencegah bentrokan sedini mungkin. Menurut dia, laporan tidak perlu terlalu prosedural, cukup dalam bentuk informasi lewat pesan WhatsApp (WA) apabila informasi tersebut belum akurat.
 
Andika memastikan pimpinan TNI akan mengingatkan prajurit tersebut secara spesifik untuk tidak melakukan pelanggaran hukum. Dia meminta bantuan Polri untuk menjalankan tugas sesuai janji saat fit and proper test di Komisi I beberapa waktu lalu.
 
"Itu kan yang harus kita cegah sama-sama. Sehingga, kita bisa menghindari konflik-konflik yang mungkin akan terjadi apabila tindakan-tindakan tersebut terus berlangsung," kata dia.
 
Baca: TNI-Polri Berupaya Menjaga Sinergitas dan Soliditas di Akar Rumput
 
Menurut Andika, konsep sinergi bukan sesuatu yang baru di tubuh TNI-Polri. Namun, kata dia, sinergi itu bisa tergerus akibat bentrokan yang kerap terjadi di akar rumput.
 
Mantan KSAD itu meminta pimpinan Polri mau bersama-sama lebih tegas terhadap anggotanya yang terlibat masalah. Sehingga, ada efek jera untuk tidak mengulangi perbuatannya.
 
"Karena apa? institusi TNI dan Polri itu punya kewenangan penggunaan kekuatan, itu yang harus kita unjukan kepada masyarakat Indonesia bahwa kita itu matang, kita pemilik kewenangan menggunakan kekuataan itu matang pertimbangannya, dan enggak asal-asalanan," ujar dia.
 
Aparat TNI-Polri bentrok beberapa waktu lalu. Pertama, TNI-Polri adu jontos di depan pos lantas Mutiara Mardika Ambon, Maluku, sekitar pukul 16.00 WIB, Rabu, 24 November 2021.
 
Peristiwa itu dipicu prajurit tak terima anggota keluarganya ditilang polisi lalu lintas (Polantas) Polresta Ambon. Prajurit yang berasal dari Kodam Pattimura memukul anggota polantas hingga tersungkur. Kedua belah pihak disebut telah berdamai. Namun, pemberian sanksi disiplin tetap diproses.
 
Peristiwa kedua, TNI-Polri dari Satgas Nanggala Kopassus dan Satgas Amole terlibat bentrok di Mess Hall, Tembagapura, Mimika, Papua, pada Sabtu, 27 November 2021. Peristiwa itu dipicu komplain terkait harga rokok yang dijual enam anggota Satgas Amole.
 
Sebanyak 20 prajurit dari Satgas Nanggala mengeroyok enam anggota Polri. Akibatnya, anggota polisi mengalami luka-luka. Kedua belah pihak diklaim telah berdamai. Namun, anggota TNI-Polri yang terlibat bentrok dipastikan akan dikenakan sanksi disiplin.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan