Jakarta: Polisi saat ini melakukan pemetaan kembali terkait jaringan teroris di Indonesia. Densus 88 juga memelototi eks narapidana teroris.
"(Termasuk) deportan dari Suriah yang sudah masuk ke Indonesia termasuk para daftar pencari orang (DPO)," ujar Karopenmas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo, di Gedung Divisi Humas Polri, Jakarta Selatan, Selasa, 23 Juli 2019.
Baca Juga: Terduga Teroris JAD Berencana Melakukan Aksi pada 17 Agustus
Langkah itu dipicu penangkapan teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Lampung Novendri. Dari pemeriksaan, diketahui Novendri menjembatani komunikasi JAD Indonesia dan JAD di Khorasan, Afganistan. Dari pemeriksaan pula diketahui Novendri hanya pion.
"N (Novendri) ini ada pengendalinya, mastermind-nya saat ini atas nama Saefullah alias Daniel alias Chaniago. Yang bersangkutan sudah diterbitkan DPO oleh Densus 88 sebagai mastermind," imbuh Dedi.
Bedasarkan informasi yang didapat, Saefulah berada di Khorasan, Afganistan. Menurut Dedi, pengendali Novendri ini sengaja menempati Khorasan, karena daerah perbatasan itu tak bisa dikontrol pemerintah setempat.
Dedi menyebut, Saefulah juga mengatur perjalanan Muhammad Aulia dan kawan-kawanya yang dideportasi di Bangkok pada 13 Juni lalu dalam perjalanan menuju Khorasan. Akhirnya mereka ditangkap oleh Densus 88 Anti-teror di Bandara Kuala Namu, Medan.
Saat ini Polisi juga masih memburu Abu Saidah, pria suruhan Saefulah guna bertemu dengan Novendri di Mal Botani Bogor pada September 2018, untuk memberikan Rp18 juta. Lantas sebagian duit itu Novendri serahkan ke pemimpin JAD Bekasi yakni Bondan untuk pembuatan bom.
Bondan dan kawanannya berencana melakukan aksi teror pada demonstrasi 21-22 Mei lalu, tapi dalam kurun waktu 8-14 Mei mereka diringkus polisi. Saefulah juga menyuruh Novendri memberikan dana ke Mujahidin Indonesia Timur (MIT) untuk keberlangsungan kelompok yang berada di Poso itu
Sebabnya Polri intens berkoordinasi dengan sejumlah negara sahabat untuk menangkap Saefulah. Kerja sama dilakukan dengan Polisi Diraja Malaysia, Filipina hingga Afganistan
"Jaringan komunikasi polisi Indonesia kita aktifkan dengan kepolisian Filipina, Malaysia, Afghanistan. Ini untuk mencegah aksi terorisme terstruktur oleh JAD," tutur Dedi.
Jakarta: Polisi saat ini melakukan pemetaan kembali terkait jaringan teroris di Indonesia. Densus 88 juga memelototi eks narapidana teroris.
"(Termasuk) deportan dari Suriah yang sudah masuk ke Indonesia termasuk para daftar pencari orang (DPO)," ujar Karopenmas Mabes Polri Brigjen Dedi Prasetyo, di Gedung Divisi Humas Polri, Jakarta Selatan, Selasa, 23 Juli 2019.
Baca Juga:
Terduga Teroris JAD Berencana Melakukan Aksi pada 17 Agustus
Langkah itu dipicu penangkapan teroris jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Lampung Novendri. Dari pemeriksaan, diketahui Novendri menjembatani komunikasi JAD Indonesia dan JAD di Khorasan, Afganistan. Dari pemeriksaan pula diketahui Novendri hanya pion.
"N (Novendri) ini ada pengendalinya, mastermind-nya saat ini atas nama Saefullah alias Daniel alias Chaniago. Yang bersangkutan sudah diterbitkan DPO oleh Densus 88 sebagai mastermind," imbuh Dedi.
Bedasarkan informasi yang didapat, Saefulah berada di Khorasan, Afganistan. Menurut Dedi, pengendali Novendri ini sengaja menempati Khorasan, karena daerah perbatasan itu tak bisa dikontrol pemerintah setempat.
Dedi menyebut, Saefulah juga mengatur perjalanan Muhammad Aulia dan kawan-kawanya yang dideportasi di Bangkok pada 13 Juni lalu dalam perjalanan menuju Khorasan. Akhirnya mereka ditangkap oleh Densus 88 Anti-teror di Bandara Kuala Namu, Medan.
Saat ini Polisi juga masih memburu Abu Saidah, pria suruhan Saefulah guna bertemu dengan Novendri di Mal Botani Bogor pada September 2018, untuk memberikan Rp18 juta. Lantas sebagian duit itu Novendri serahkan ke pemimpin JAD Bekasi yakni Bondan untuk pembuatan bom.
Bondan dan kawanannya berencana melakukan aksi teror pada demonstrasi 21-22 Mei lalu, tapi dalam kurun waktu 8-14 Mei mereka diringkus polisi. Saefulah juga menyuruh Novendri memberikan dana ke Mujahidin Indonesia Timur (MIT) untuk keberlangsungan kelompok yang berada di Poso itu
Sebabnya Polri intens berkoordinasi dengan sejumlah negara sahabat untuk menangkap Saefulah. Kerja sama dilakukan dengan Polisi Diraja Malaysia, Filipina hingga Afganistan
"Jaringan komunikasi polisi Indonesia kita aktifkan dengan kepolisian Filipina, Malaysia, Afghanistan. Ini untuk mencegah aksi terorisme terstruktur oleh JAD," tutur Dedi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)