Jakarta: Ahli Psikologi Forensik, Reni Kusumowardhani, Reni Kusumowardhani, mengungkapkan hasil pemeriksaan dugaan kekerasan seksual yang dialami istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi. Dari serangkaian pemeriksaan, keterangan Putri menunjukkan hasil yang kredibel.
Hal itu disampaikan Reni saat bersaksi dalam kasus pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Reni merupakan saksi ahli yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum (JPU).
"Di dalam laporan kami ada satu kesimpulan yang berbunyi bahwa keterangan Ibu Putri Candrawathi terkait dengan peristiwa kekerasan seksual yang dialaminya di Magelang, yang menurutnya dialaminya di Magelang, itu bersesuaian dengan indikator keterangan yang kredibel,” kata Reni saat persidangan, Jakarta, Senin, 26 Desember 2022.
Keterangan yang kredibel tersebut, terang dia, harus ada detail informasi yang cukup, seperti tentang apa yang terjadi. Reni mengatakan Putri Candrawathi juga sempat menangis saat menceritakan kasus dugaan pelecehan seksual yang dialaminya. Kemudian, ada verifiability of detail.
"Kemudian juga ada verifiability of detail, akurasinya ini bisa bersesuaian, karena ada situasi-situasi yang mendukung yang kemudian juga diinformasikan oleh pihak yang lain,” kata Reni.
Sementara itu, pakar Psikologi Forensik Universitas Indonesia, Nathanael Sumampouw, menjelaskan tentang multimethod dan multitools dalam menangani sebuah peristiwa pelecehan seperti yang dialami Putri Candrawathi.
Menurut dia, penjelasan Reni soal dugaan peristiwa kekerasan seksual terhadap Putri Candrawathi merupakan hasil observasi. "Itu kan hasil obeservasi ketika yang bersangkutan menceritakan mengenai seuatu peristiwa disertai tangisan, itukan salah satu indikator saja yang kemudian perlu untuk diuji dengan indikator lain," kata dia.
Sehingga, lanjut dia, ahli psikologis forensik bertindak sebagai peneliti dalam mengungkap sebuah kasus. Namun, itu semua hatus harus didukung dengan alat bukti yang dikumpulkan, dan dianalisis secara komprehensif.
"Secara khusus mengenai obeservasi itu pun menjadi salah satu bagian dari yang kami sebut pemeriksaan status mental, di situ kita melihat apakah misalnya ada salah satu kekerasan antara konten yang disampaikkan dan dengan ekspresi yang menyertainya. Namun juga harus dilihat secara komprehensif tidak sekadar seperti screenshot saja," kata dia.
Terkait keterangan saksi ahli psikologi forensik yang mengatakan keterangan Putri Candrawathi kredibel, Nathanael menilai hal itu perlu dievaluasi. Sebab, kasus kekerasan seksual yang dialami Putri Candrawathi ada kompleksitas dalam pembuktian.
Dia menjelaskan banyak kasus pelecehan seksual yang tidak diperkuat dengan alat bukti forensik yang memadai. Kasus itu umumnya terjadi di ruang privat.
"Kemudian hasil visum pun sering kali inkonklusif. Nah pengakuan tersangka pun tidak ada, ditambah lagi kalau kita punya pemahaman ada reaksi tertentu, kita mengharapkan korban, "dia sedih dan sebagainya", tapi kita pahami sikologi itu sangat kompleks, sehingga seorang korban bisa menampilkan reaksi yang berbagai macam," ujar dia.
Sehingga, kata dia, dengan berbagai macam perbedaan tersebut, salah satu yang perlu dievaluasi dan diuji adalah keterangan secara verbal yang disampaikan oleh korban.
Jakarta: Ahli Psikologi Forensik, Reni Kusumowardhani, Reni Kusumowardhani, mengungkapkan hasil pemeriksaan dugaan kekerasan seksual yang dialami istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi. Dari serangkaian pemeriksaan, keterangan Putri menunjukkan hasil yang kredibel.
Hal itu disampaikan Reni saat bersaksi dalam kasus pembunuhan berencana
Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J) di
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Reni merupakan saksi ahli yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum (JPU).
"Di dalam laporan kami ada satu kesimpulan yang berbunyi bahwa keterangan Ibu Putri Candrawathi terkait dengan peristiwa kekerasan seksual yang dialaminya di Magelang, yang menurutnya dialaminya di Magelang, itu bersesuaian dengan indikator keterangan yang kredibel,” kata Reni saat persidangan, Jakarta, Senin, 26 Desember 2022.
Keterangan yang kredibel tersebut, terang dia, harus ada detail informasi yang cukup, seperti tentang apa yang terjadi. Reni mengatakan Putri Candrawathi juga sempat menangis saat menceritakan kasus dugaan pelecehan seksual yang dialaminya. Kemudian, ada
verifiability of detail.
"Kemudian juga ada
verifiability of detail, akurasinya ini bisa bersesuaian, karena ada situasi-situasi yang mendukung yang kemudian juga diinformasikan oleh pihak yang lain,” kata Reni.
Sementara itu, pakar Psikologi Forensik Universitas Indonesia, Nathanael Sumampouw, menjelaskan tentang
multimethod dan
multitools dalam menangani sebuah peristiwa pelecehan seperti yang dialami
Putri Candrawathi.
Menurut dia, penjelasan Reni soal dugaan peristiwa kekerasan seksual terhadap Putri Candrawathi merupakan hasil observasi. "Itu kan hasil obeservasi ketika yang bersangkutan menceritakan mengenai seuatu peristiwa disertai tangisan, itukan salah satu indikator saja yang kemudian perlu untuk diuji dengan indikator lain," kata dia.
Sehingga, lanjut dia, ahli psikologis forensik bertindak sebagai peneliti dalam mengungkap sebuah kasus. Namun, itu semua hatus harus didukung dengan alat bukti yang dikumpulkan, dan dianalisis secara komprehensif.
"Secara khusus mengenai obeservasi itu pun menjadi salah satu bagian dari yang kami sebut pemeriksaan status mental, di situ kita melihat apakah misalnya ada salah satu kekerasan antara konten yang disampaikkan dan dengan ekspresi yang menyertainya. Namun juga harus dilihat secara komprehensif tidak sekadar seperti
screenshot saja," kata dia.
Terkait keterangan saksi ahli psikologi forensik yang mengatakan keterangan Putri Candrawathi kredibel, Nathanael menilai hal itu perlu dievaluasi. Sebab, kasus kekerasan seksual yang dialami Putri Candrawathi ada kompleksitas dalam pembuktian.
Dia menjelaskan banyak kasus pelecehan seksual yang tidak diperkuat dengan alat bukti forensik yang memadai. Kasus itu umumnya terjadi di ruang privat.
"Kemudian hasil visum pun sering kali inkonklusif. Nah pengakuan tersangka pun tidak ada, ditambah lagi kalau kita punya pemahaman ada reaksi tertentu, kita mengharapkan korban, "dia sedih dan sebagainya", tapi kita pahami sikologi itu sangat kompleks, sehingga seorang korban bisa menampilkan reaksi yang berbagai macam," ujar dia.
Sehingga, kata dia, dengan berbagai macam perbedaan tersebut, salah satu yang perlu dievaluasi dan diuji adalah keterangan secara verbal yang disampaikan oleh korban.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)