Jakarta: Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah terjaring operasi tangkap tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Sabtu 27 Februari 2021 dini hari.
Nurdin diduga terlibat kasus suap. Ia diciduk KPK bersama lima orang lainnya yang juga merupakan pejabat di lingkungan Pemprov Sulsel dan beberapa orang dari pihak swasta.
Sebelum ditangkap KPK, sosok Nurdin bisa dikategorikan sukses dalam karir politiknya. Nurdin Abdullah lahir di Parepare Sulawesi Selatan pada tanggal 7 Februari 1963.
Ia menempuh pendidikan di Universitas Hasanudin Makasar. Di bidang akademik, Nurdin bahkan menempuh S3 Doctor of Agriculture Kyushu Universitas Jepang pada 1994. Kemudian menjadi guru besar di Fakultas Kehutanan Universitas Hasanudin.
Karir politik sang Profesor bidang agrikultur itu mulai bersinar ketika ia terpilih jadi Bupati Bantaeng, Sulsel.
Nurdin menjabat Bupati Bantaeng selama dua periode yakni periode 2008-2013 dan 2013-2018. Keberhasilannya memimpin Kabupaten Bantaeng membuat Nurdin nyaman melenggang naik menjadi Gubernur Sulawesi Selatan menggantikan Syahrul Yasin Limpo.
Segudang prestasi selama menjabat Gubernur Sulsel
Tak perlu waktu lama bagi Nurdin Abdullah untuk menunjukkan kualitasnya sebagai Gubernur. Baru dua bulan bekerja sebagai gubernur, Nurdin langsung menyabet empat penghargaan.
"Salah satu penghargaan terbaik, yakni Laporan Keuangan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)," tulis laman sulselprov.go.id seperti dikutip Medcom.id, Sabtu, 27 Februari 2021.
Melalui tangan dingin Nurdin, Sulsel meraih Top 40 Inovasi Pelayanan Publik melalui Inovasi Sejuta Ikan. Sulsel juga meraih penghargaan kelembagaan berkinerja utama dalam menguatkan Sistem Inovasi Daerah (SIDA) 2018.
Nurdin juga membawa Sulsel meraih penghargaan sebagai Trend Setter Pembangunan dan Inovasi Daerah pada 2019. Predikat tersebut diraih dalam penghargaan Indonesia Maju 2018-2019.
Di bidang kesetaraan dan keadilan gender, Sulsel meraih Anugerah Parahita Ekapraya (APE) 2019. Pada tahun yang sama, Sulsel dinobatkan sebagai pemerintah dengan tata kelola pelayanan dan penanganan kasus terbaik di Indonesia dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
"Juga sebagai Provinsi dengan Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Terbaik," tulis laman web Pemprov Sulsel tersebut.
Nurdin dianggap mampu mengembangkan sektor pariwisata Sulsel dengan baik. Sulsel meraih penghargaan sebagai daerah wisata unggulan dari Kementerian Pariwisata (Kemenpar) pada 2019.
Pada ajang penganugerahan Kepala Daerah dan BUMD Terbaik 2019, Sulsel memboyong tiga penghargaan sekaligus. Yakni, provinsi dengan tingkat perekonomian terbaik, provinsi terbaik kedua untuk kondisi keuangan terbaik, dan peringkat ketiga untuk provinsi terbaik.
Provinsi Sulsel juga berhasil menduduki peringkat satu Budhipura Provinsi Anugerah Iptek dan Inovasi 2019. Penghargaan diterima langsung oleh Nurdin di Denpasar Bali pada 28 Agustus 2020.
Nurdin juga pernah mendapat Anugerah Paramakarya 2019. Penghargaan diserahkan langsung Wakil Presiden, Ma'ruf Amin, pada 28 November 2019.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi juga ikut mengganjar kinerja Nurdin. Pemprov Sulsel berhasil meraih penghargaan 40 besar pengelola layanan publik SP4N-LAPOR.
Sayangnya, Nurdin kemungkinan besar tidak bisa memperpanjang rentetan prestasinya. Sebab, dia terjaring operasi tangkap tangan (OTT) KPK.
Wakil Ketua KPK Lili Pintauli Siregar membenarkan penangkapan terhadap Nurdin. Operasi senyap itu dilakukan pada Sabtu dini hari, 27 Februari 2021.
"Iya benar (menangkap Gubernur Sulsel)," ujar Wakil Ketua KPK Lili Pintauli Siregar kepada Medcom.id.
Jakarta: Gubernur Sulawesi Selatan
Nurdin Abdullah terjaring operasi tangkap tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) pada Sabtu 27 Februari 2021 dini hari.
Nurdin diduga terlibat kasus suap. Ia diciduk KPK bersama lima orang lainnya yang juga merupakan pejabat di lingkungan Pemprov Sulsel dan beberapa orang dari pihak swasta.
Sebelum ditangkap KPK, sosok Nurdin bisa dikategorikan sukses dalam karir politiknya. Nurdin Abdullah lahir di Parepare Sulawesi Selatan pada tanggal 7 Februari 1963.
Ia menempuh pendidikan di Universitas Hasanudin Makasar. Di bidang akademik, Nurdin bahkan menempuh S3 Doctor of Agriculture Kyushu Universitas Jepang pada 1994. Kemudian menjadi guru besar di Fakultas Kehutanan Universitas Hasanudin.
Karir politik sang Profesor bidang agrikultur itu mulai bersinar ketika ia terpilih jadi Bupati Bantaeng, Sulsel.
Nurdin menjabat Bupati Bantaeng selama dua periode yakni periode 2008-2013 dan 2013-2018. Keberhasilannya memimpin Kabupaten Bantaeng membuat Nurdin nyaman melenggang naik menjadi Gubernur Sulawesi Selatan menggantikan Syahrul Yasin Limpo.