Jakarta: Isu penggunaan sistem proporsional tertutup pada Pemilu 2024 terus berkembang usai cuitan Denny Indrayana di media sosial. Padahal sampai saat ini Mahkamah Konstitusi (MK) belum mengeluarkan putusan mengenai sistem pemilu yang akan digunakan.
Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2003-2008 Jimly Asshiddiqie mengatakan untuk tidak mempercayai isu tersebut. Selain karena belum adanya putusan, ia meyakini segala keputusan MK bersifat rahasia.
Jimly pun mempertanyakan sumber informasi milik Denny Indrayana. Ia pun menyayangkan sikap Denny sebagai seorang pengacara yang melangkahi MK sebagai penguji dan pemberi putusan.
"Masa barang rahasia diungkap-ungkap keluar. Maka dia nanti bisa kena (hukum) juga. Terlebih dari persoalan itu semua, ternyata keputusan yang dimaksud itu belum ada," ujar Jimly saat wawancara via daring, Senin, 29 Mei 2023.
Lebih lanjut, ia mengatakan proses uji materi masih menunggu para pihak penguji menyampaikan konklusi dan masuk dalam Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH). Sehingga terlalu cepat untuk menyimpulkan putusan apa yang telah ditetapkan oleh 9 hakim konstitusi.
Mantan Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) ini pun menyebut tindakan yang dilakukan Denny sangat berbahaya dalam membentuk perspektif publik terhadap MK. Apalagi cuitan mantan Wakil Menteri Hukum dan HAM era SBY ini, dinilai Jimly, berhasil memengaruhi Presiden ke-6 RI.
Hal inilah yang membuat tingkat kepercayaan publik terhadap Mahkamah Konstitusi semakin turun. Tak tanggung-tanggung, Jimly menyebut angka ketidakpercayaan publik pada MK kini dibawah Mahkamah Agung yang saat ini sedang terpuruk karena para petingginya terseret kasus.
"Itukan tambah rusak nama baik MK. Sehingga banyak di medsos yang mengusulkan untuk bubarkan saja MK," tuturnya.
Jimly pun menghimbau untuk tetap menghargai proses yang sedang berlangsung di MK mengenai putusan sistem pemilu yang akan digunakan di 2024 nanti. Ia pun meminta agar jangan ada spekulasi yang berlebihan serta mempercayai rumor-rumor yang tidak diketahui kebenarannya. (Bernardin Mario)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Jakarta: Isu penggunaan
sistem proporsional tertutup pada Pemilu 2024 terus berkembang usai cuitan Denny Indrayana di media sosial. Padahal sampai saat ini
Mahkamah Konstitusi (MK) belum mengeluarkan putusan mengenai sistem pemilu yang akan digunakan.
Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2003-2008 Jimly Asshiddiqie mengatakan untuk tidak mempercayai isu tersebut. Selain karena belum adanya putusan, ia meyakini segala keputusan MK bersifat rahasia.
Jimly pun mempertanyakan sumber informasi milik Denny Indrayana. Ia pun menyayangkan sikap Denny sebagai seorang pengacara yang melangkahi MK sebagai penguji dan pemberi putusan.
"Masa barang rahasia diungkap-ungkap keluar. Maka dia nanti bisa kena (hukum) juga. Terlebih dari persoalan itu semua, ternyata keputusan yang dimaksud itu belum ada," ujar Jimly saat wawancara via daring, Senin, 29 Mei 2023.
Lebih lanjut, ia mengatakan proses uji materi masih menunggu para pihak penguji menyampaikan konklusi dan masuk dalam Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH). Sehingga terlalu cepat untuk menyimpulkan putusan apa yang telah ditetapkan oleh 9 hakim konstitusi.
Mantan Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) ini pun menyebut tindakan yang dilakukan Denny sangat berbahaya dalam membentuk perspektif publik terhadap MK. Apalagi cuitan mantan Wakil Menteri Hukum dan HAM era SBY ini, dinilai Jimly, berhasil memengaruhi Presiden ke-6 RI.
Hal inilah yang membuat tingkat kepercayaan publik terhadap Mahkamah Konstitusi semakin turun. Tak tanggung-tanggung, Jimly menyebut angka ketidakpercayaan publik pada MK kini dibawah Mahkamah Agung yang saat ini sedang terpuruk karena para petingginya terseret kasus.
"Itukan tambah rusak nama baik MK. Sehingga banyak di medsos yang mengusulkan untuk bubarkan saja MK," tuturnya.
Jimly pun menghimbau untuk tetap menghargai proses yang sedang berlangsung di MK mengenai putusan sistem pemilu yang akan digunakan di 2024 nanti. Ia pun meminta agar jangan ada spekulasi yang berlebihan serta mempercayai rumor-rumor yang tidak diketahui kebenarannya. (
Bernardin Mario)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(END)