Jakarta: Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebut beberapa anak yang terlibat aksi 22 Mei berpotensi menjadi pelaku. Namun, dugaan itu masih didalami lebih lanjut oleh polisi, KPAI bersama Kementerian Sosial.
Saat ini, sebanyak 52 anak diduga terlibat kericuhan menjalani rehabilitasi sosial. Rehabilitasi dilakukan di Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK).
"Masih proses, tapi ada yang berpotensi menjadi pelaku. Sebenarnya sudah di BAP, hanya masih dipendalaman lebih dalam. Jadi dicocokan dengan hasil rehabilitasi sosial BRSAMPK," kata Wakil Ketua KPAI Rita Pranawati di Gedung KPAI, Jakarta Pusat, Senin, 27 Mei 2019.
Menurut Rita, pendalaman terus dilakukan karena pihaknya harus memastikan dugaan keterlibatan anak tersebut. Mengingat, ada beberapa anak yang mengaku terjebak di tengah-tengah kericuhan.
(Baca: Polri Gandeng Lembaga Independen Usut Kerusuhan 22 Mei)
"Karena kan diajak teman begitu, jadi ikut. Ini karena masa remaja, penasaran, mencari eksistensi," kata dia.
Dia berharap semua orang tua untuk lebih memperhatikan dan menjaga anaknya agar tidak terlibat aksi yang serupa. Apalagi, libur Lebaran segera dimulai dan demo diperkirakan masih akan terjadi.
"Itu yang kita berharap orang tua mengajak berdialog kepada anak-anak supaya yang terjadi dan risiko yang mengancam ketika mereka terlibat. Meskipun mereka punya hak politik tapi usianya masih anak," pungkasnya.
Jakarta: Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebut beberapa anak yang terlibat aksi 22 Mei berpotensi menjadi pelaku. Namun, dugaan itu masih didalami lebih lanjut oleh polisi, KPAI bersama Kementerian Sosial.
Saat ini, sebanyak 52 anak diduga terlibat kericuhan menjalani rehabilitasi sosial. Rehabilitasi dilakukan di Balai Rehabilitasi Sosial Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK).
"Masih proses, tapi ada yang berpotensi menjadi pelaku. Sebenarnya sudah di BAP, hanya masih dipendalaman lebih dalam. Jadi dicocokan dengan hasil rehabilitasi sosial BRSAMPK," kata Wakil Ketua KPAI Rita Pranawati di Gedung KPAI, Jakarta Pusat, Senin, 27 Mei 2019.
Menurut Rita, pendalaman terus dilakukan karena pihaknya harus memastikan dugaan keterlibatan anak tersebut. Mengingat, ada beberapa anak yang mengaku terjebak di tengah-tengah kericuhan.
(
Baca: Polri Gandeng Lembaga Independen Usut Kerusuhan 22 Mei)
"Karena kan diajak teman begitu, jadi ikut. Ini karena masa remaja, penasaran, mencari eksistensi," kata dia.
Dia berharap semua orang tua untuk lebih memperhatikan dan menjaga anaknya agar tidak terlibat aksi yang serupa. Apalagi, libur Lebaran segera dimulai dan demo diperkirakan masih akan terjadi.
"Itu yang kita berharap orang tua mengajak berdialog kepada anak-anak supaya yang terjadi dan risiko yang mengancam ketika mereka terlibat. Meskipun mereka punya hak politik tapi usianya masih anak," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)