Jakarta: Sejumlah aksi anggota Polri yang viral di media sosial dinilai tidak bisa dijadikan penilaian buruk bagi Korps Bhayangkara secara keseluruhan. Sebab, masih terdapat kinerja positif dari polisi.
"Apa yang dibunyikan media sosial itu kan persentase dengan institusi Polri secara keseluruhan, jauh sekali sebetulnya. Coba saja bandingkan dari segi jumlah, satu kasus dibandingkan ratusan kasus yang ditangani," kata anggota Komisi III Habiburokhman dalam program Crosscheck #FromHome by Medcom.id bertajuk 'Ekor Tak Bersih, Kepala Dipotong', Minggu, 31 Oktober 2021.
Menurut dia, penilaian warganet di media sosial kepada Polri tidak adil. Masyarakat mesti melihat kinerja Polri lainnya.
Misalnya, upaya Polri dalam penanganan covid-19 dan vaksinasi. Anggota polisi disebut banyak yang berjuang di garis depan dalam pengendalian virus korona.
"Peran Polri yang maksimal menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, berjuang di garis depan melawan covid-19. Kita ini hutang nyawa masyarakat, karena kecepatan Polri, kita selamat dari krisis yang lebih besar," ujar politikus Partai Gerindra itu.
Baca: Bawahan Kapolri Dinilai Sami'na Wa Atho'na
Peneliti Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto menuturkan rapor polisi tidak ditentukan dengan situasi di media sosial. Menurut dia, keluhan masyarakat di media sosial bentuk ketidakpuasan terhadap sejumlah pelayanan kepolisian.
"Media sosial ini adalah cermin dari masyarakat kita saat ini. Ketika kepuasan masyarakat terhadap pelayanan Polri ini minim, meledak lah viral beberapa hari ini terjadi," kata Bambang.
Hal itu diperparah dengan kondisi defensif dari anggota Polri. Khususnya, terkait kritik-kritik yang disampaikan masyarakat.
"Akhirnya ini akan semakin parah dan semakin membuka luka masyarakat, yang sebenarnya sudah sejak lama tidak merasa bahwa pelayanan kepolisian ini sangat sangat kurang," ucap Bambang.
Jakarta: Sejumlah aksi anggota
Polri yang viral di
media sosial dinilai tidak bisa dijadikan penilaian buruk bagi Korps Bhayangkara secara keseluruhan. Sebab, masih terdapat kinerja positif dari polisi.
"Apa yang dibunyikan media sosial itu kan persentase dengan institusi Polri secara keseluruhan, jauh sekali sebetulnya. Coba saja bandingkan dari segi jumlah, satu kasus dibandingkan ratusan kasus yang ditangani," kata anggota
Komisi III Habiburokhman dalam program
Crosscheck #FromHome by Medcom.id bertajuk 'Ekor Tak Bersih, Kepala Dipotong', Minggu, 31 Oktober 2021.
Menurut dia, penilaian warganet di media sosial kepada Polri tidak adil. Masyarakat mesti melihat kinerja Polri lainnya.
Misalnya, upaya Polri dalam penanganan covid-19 dan vaksinasi. Anggota polisi disebut banyak yang berjuang di garis depan dalam pengendalian virus korona.
"Peran Polri yang maksimal menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat, berjuang di garis depan melawan
covid-19. Kita ini hutang nyawa masyarakat, karena kecepatan Polri, kita selamat dari krisis yang lebih besar," ujar politikus Partai Gerindra itu.
Baca:
Bawahan Kapolri Dinilai Sami'na Wa Atho'na
Peneliti Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto menuturkan rapor polisi tidak ditentukan dengan situasi di media sosial. Menurut dia, keluhan masyarakat di media sosial bentuk ketidakpuasan terhadap sejumlah pelayanan kepolisian.
"Media sosial ini adalah cermin dari masyarakat kita saat ini. Ketika kepuasan masyarakat terhadap pelayanan Polri ini minim, meledak lah viral beberapa hari ini terjadi," kata Bambang.
Hal itu diperparah dengan kondisi defensif dari anggota Polri. Khususnya, terkait kritik-kritik yang disampaikan masyarakat.
"Akhirnya ini akan semakin parah dan semakin membuka luka masyarakat, yang sebenarnya sudah sejak lama tidak merasa bahwa pelayanan kepolisian ini sangat sangat kurang," ucap Bambang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)