Jakarta: Indonesia Corruption Watch (ICW) menilai kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menurun selama 2020. Penurunan dari sektor penindakan, penuntutan, dan eksekusi.
"Hanya ada 91 penyidikan, 75 tuntutan, dan 108 eksekusi yang dilakukan KPK pada 2020," kata peneliti ICW Kurnia Ramadhana di Jakarta, Kamis, 24 Desember 2020.
Kurnia mengungkapkan pada 2019 Lembaga Antikorupsi melaksanakan 145 penyidikan, 153 penuntutan, dan 136 eksekusi. ICW juga mencatat operasi senyap KPK menurun pada 2020.
KPK melakukan tujuh operasi tangkap tangan (OTT). Sementara itu, pada tahun-tahun sebelumnya lebih banyak.
"Teman-teman bisa bayangkan, di Tahun 2016 KPK melakukan tangkap tangan sebanyak 17 kali, 2017 sebanyak 19 kali, 2018 sebanyak 30 kali, dan pada 2019 sebanyak 21 kali," ujar Kurnia.
(Baca: Setahun Pimpin KPK, Safari Firli ke Kementerian Disorot)
Kritik juga datang dari Transparency International Indonesia (TII). Peneliti TII Alvin Nicola menilai Ketua KPK Firli Bahuri terlalu banyak bersinggungan dengan kegiatan politik. Hal ini dinilai berpotensi mengganggu independensi penegakan korupsi di Indonesia.
Pelaksana tugas (Plt) juru bicara KPK Ali Fikri mengatakan pihaknya menerima masukan masyarakat. Masukan itu bakal jadi bahan evaluasi.
Dia menyebut KPK telah bekerja maksimal selama 2020. Pencapaian itu bakal segera disampaikan ke publik.
"Pada akhir Tahun 2020 ini akan kami sampaikan secara utuh kinerja KPK selama setahun. Dan saat itu tentu akan disampaikan data terkait capaian hasil kerja KPK tersebut," ujar Ali.
Jakarta: Indonesia Corruption Watch (ICW) menilai kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (
KPK) menurun selama 2020. Penurunan dari sektor penindakan, penuntutan, dan eksekusi.
"Hanya ada 91 penyidikan, 75 tuntutan, dan 108 eksekusi yang dilakukan KPK pada 2020," kata peneliti ICW Kurnia Ramadhana di Jakarta, Kamis, 24 Desember 2020.
Kurnia mengungkapkan pada 2019 Lembaga Antikorupsi melaksanakan 145
penyidikan, 153 penuntutan, dan 136 eksekusi. ICW juga mencatat operasi senyap KPK menurun pada 2020.
KPK melakukan tujuh operasi tangkap tangan (OTT). Sementara itu, pada tahun-tahun sebelumnya lebih banyak.
"Teman-teman bisa bayangkan, di Tahun 2016 KPK melakukan tangkap tangan sebanyak 17 kali, 2017 sebanyak 19 kali, 2018 sebanyak 30 kali, dan pada 2019 sebanyak 21 kali," ujar Kurnia.
(Baca:
Setahun Pimpin KPK, Safari Firli ke Kementerian Disorot)
Kritik juga datang dari Transparency International Indonesia (TII). Peneliti TII Alvin Nicola menilai Ketua KPK Firli Bahuri terlalu banyak bersinggungan dengan kegiatan politik. Hal ini dinilai berpotensi mengganggu independensi penegakan korupsi di Indonesia.
Pelaksana tugas (Plt) juru bicara KPK Ali Fikri mengatakan pihaknya menerima masukan masyarakat. Masukan itu bakal jadi bahan evaluasi.
Dia menyebut KPK telah bekerja maksimal selama 2020. Pencapaian itu bakal segera disampaikan ke publik.
"Pada akhir Tahun 2020 ini akan kami sampaikan secara utuh kinerja KPK selama setahun. Dan saat itu tentu akan disampaikan data terkait capaian hasil kerja KPK tersebut," ujar Ali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)