Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengatakan ramadan merupakan waktu terbaik mereformasi diri dan akhlak. Termasuk memperbiki spiritualitas.
"Namun, jika dilihat dalam konteks radikalisme dan terorisme yang menjadi concern dan harus diperbaiki adalah spiritualitas dalam beragama dan berbangsa," kata Direktur Pencegahan BNPT Brigjen R Ahmad Nurwakhid dikutip dari Antara, Jumat, 8 April 2022.
Menurut dia, Indonesia akan maju jika bangsa kuat dalam bidang intelektualitas dan spiritualitas. Artinya, agama akan kaffah jika didukung dengan rukun islam.
"Rukun islam dan rukun ihsan. Ihsan ini adalah aspek spiritualitas untuk membangun budi pekerti luhur serta membangun akhlak," kata dia.
Nurwakhid menjelaskan akhlak dan spiritualitas adalah vaksinasi dalam melakukan deradikalisasi. Deradikalisasi adalah proses pengembalian paham radikal menjadi moderat. Ini harus ditandai dengan berubahnya akar ideologi radikal atau ideologi takfiri dan digantikan dengan ideologi moderat.
"Seseorang bisa dikatakan moderat kalau mereka menonjol tidak hanya ritualitasnya saja, tetapi juga spiritualitasnya. Tidak hanya kehidupan keagamaannya saja, namun juga akhlak dan budi pekerti yang luhur yang sejatinya merupakan misi utama para nabi, terutama Nabi Muhammad SAW," kata Nurwakhid.
Dia berharap gerakan Indonesia optimistis berperan dalam menangkal penyebaran paham radikalisme dan terorisme yang berkembang di Indonesia. Seseorang yang memiliki spiritualitas yang menonjol diyakini selalu optimistis.
Baca: Kepala BNPT: Ramadan jadi Momentum Tingkatkan Rasa Nasionalisme
Nurwakhid menyebut optimisme membangkitkan rasa syukur sebagai bangsa yang memiliki heterogenitas sangat plural. Indonesia bahkan memiliki potensi luar biasa yang harus dibangun dalam toleransi atau 5T.
T pertama adalah tawassuth, yakni sikap moderat atau berada di tengah. Dengan di tengah, kata dia, masyarakat bisa menjadi islam yang rahmatan lil alamin.
T kedua adalah tawazun, yaitu sikap seimbang dan proposional. T ketiga adalah tasamuh, yaitu toleran. Dia menilai hal ini relevan mengingat bangsa ini dibangun di atas toleransi karena keberagaman dan heterogenitas yang sangat plural.
T keempat adalah tawasul. Dia mengatakan segala sesuatu harus menggunakan media, harus pakai protokoler, dan sistem. Tawasul artinya sistem metodelogi ataupun media.
T kelima adalah tabbayun. Kelompok radikal terorisme biasanya kurang cek dan ricek terhadap konten. Hasil survei di media sosial sebanyak 67,7 persen adalah konten-konten keagamaan yang intoleran dan radikal.
"Maka 5T sangat efektif dan bagus untuk dijadikan jargon Gerakan Indonesia Optimis. Saya yakin akan hebat," kata Nurwakhid.
Dia juga mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi munculnya aksi radikalisme dan terorisme di bulan ramadan. Apalagi, kelompok ini melakukan aksinya saat momentum hari-hari keagamaan.
"Bulan ramadan, kami di BNPT dan Densus menjadi salah satu kalender Kamtibmas dari amaliyahnya kelompok radikal terorisme. Mereka akan melakukan aksi dan amaliyah di bulan ramadan, di bulan besar keagamaan non-muslim, serta Natal, Tahun Baru," ucapnya.
Nurwakhid berpesan agar seluruh masyarakat harus siaga. Dia menilai potensi untuk melakukan aksi sangat besar, sehingga BNPT dan Densus 88 masif melakukan langkah preventif, yaitu menangkap dan menindak.
Jakarta: Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT) mengatakan ramadan merupakan waktu terbaik mereformasi diri dan akhlak. Termasuk memperbiki spiritualitas.
"Namun, jika dilihat dalam konteks
radikalisme dan terorisme yang menjadi
concern dan harus diperbaiki adalah spiritualitas dalam beragama dan berbangsa," kata Direktur Pencegahan BNPT Brigjen R Ahmad Nurwakhid dikutip dari Antara, Jumat, 8 April 2022.
Menurut dia, Indonesia akan maju jika bangsa kuat dalam bidang intelektualitas dan spiritualitas. Artinya, agama akan kaffah jika didukung dengan rukun islam.
"Rukun islam dan rukun ihsan. Ihsan ini adalah aspek spiritualitas untuk membangun budi pekerti luhur serta membangun akhlak," kata dia.
Nurwakhid menjelaskan akhlak dan spiritualitas adalah vaksinasi dalam melakukan
deradikalisasi. Deradikalisasi adalah proses pengembalian paham radikal menjadi moderat. Ini harus ditandai dengan berubahnya akar ideologi radikal atau ideologi takfiri dan digantikan dengan ideologi moderat.
"Seseorang bisa dikatakan moderat kalau mereka menonjol tidak hanya ritualitasnya saja, tetapi juga spiritualitasnya. Tidak hanya kehidupan keagamaannya saja, namun juga akhlak dan budi pekerti yang luhur yang sejatinya merupakan misi utama para nabi, terutama Nabi Muhammad SAW," kata Nurwakhid.
Dia berharap gerakan Indonesia optimistis berperan dalam menangkal penyebaran paham radikalisme dan terorisme yang berkembang di Indonesia. Seseorang yang memiliki spiritualitas yang menonjol diyakini selalu optimistis.
Baca:
Kepala BNPT: Ramadan jadi Momentum Tingkatkan Rasa Nasionalisme
Nurwakhid menyebut optimisme membangkitkan rasa syukur sebagai bangsa yang memiliki heterogenitas sangat plural. Indonesia bahkan memiliki potensi luar biasa yang harus dibangun dalam toleransi atau 5T.