Tiga pengelola grup penebar kebencian Saracen ditangkap Direktorat Tindak Pidana Siber Polri. (Foto: Metrotvnews.com/Lukman Diah Sari)
Tiga pengelola grup penebar kebencian Saracen ditangkap Direktorat Tindak Pidana Siber Polri. (Foto: Metrotvnews.com/Lukman Diah Sari)

Saracen Dinilai Kurang Ahli di Bidang IT

25 Agustus 2017 08:15
medcom.id, Jakarta: Pakar Digital Forensik Rubi Alamsyah melihat admin grup penebar kebencian Saracen cukup ahli dalam mengelola akun-akun di media sosial. Terbukti sudah ribuan akun dikelola dengan baik hingga menghasilkan produk ujaran kebencian yang mampu memengaruhi warganet lainnya.
 
Namun, jika dilihat dari kemampuan IT security untuk memastikan bahwa aktivitas mereka aman, Saracen kurang mumpuni. Bagi Ruby, aktivitas yang dilakukan kelompok Saracen bisa dilakukan siapa saja dengan mudah.
 
"Menurut Saya (kemampuan IT) mereka tak terlalu advance, karena itu umum bisa dibuat siapa saja tinggal kenekatannya saja siapa yang mau melakukan," ungkap Ruby, dalam Prime Talk, Kamis 24 Agustus 2017.

Kelompok Saracen diketahui sudah mulai beroperasi sejak 2015 namun baru pada Agustus 2017 kepolisian berhasil mengungkapnya. Banyak anggapan bahwa polisi kesulitan mengungkap jaringan ini, namun tidak demikian dengan Ruby.
 
Baca juga: TB Hasannudin Duga Ada Tokoh Senior di Balik Grup Saracen
 
Menurut Ruby, polisi selama ini mungkin sudah melakukan penyelidikan dan mencari unsur-unsur yang bisa ditarik ke pelanggaran pidana. Belakangan baru diketahui bahwa satu domain website berita yang dimiliki Saracen baru dibuat pada pertengahan 2016 dan mulai diisi konten pada November 2016.
 
"Pengungkapan ini enggak terlalu sulit, polisi hanya menunggu timing-nya saja," katanya.
 
Ruby mengatakan pengungkapan kasus Saracen ini akan berdampak besar di masyarakat. Sebab ada bukti bahwa masyarakat terutama pengguna internet harus berhati-hati dalam menerima informasi yang beredar di media sosial, apalagi yang tidak jelas sumber dan pertanggungjawabannya.
 
"Dengan adanya ini masyarakat bisa melihat jaringan atau kelompok-kelompok yang menyebarkan berita hoaks. Sehingga kedepannya masyarakat bisa lebih aware bahwa berita yang masuk atau di-broadcast itu belum tentu benar," jelasnya.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan