Jakarta: Ketua Pusat Riset Ilmu Kepolisian dan Kajian Terorisme Universitas Indonesia (UI) Benny Mamoto mengatakan terdapat perubahan strategi pengumpulan dana terorisme yang dilakukan jaringan Neo Jamaah Islamiyah (Neo JI). Kelompok tersebut berkamuflase dalam bisnis legal.
"Sekarang (melalui) bisnis legal, perkebunan, kemudian pertambangan," ujar Benny dalam program Crosscheck #FromHome by Medcom.id bertajuk "Menangkal Radikal Bertopeng Kotak Amal" Minggu, 29 Agustus 2021.
Benny mengatakan strategi tersebut tidak terlepas dari peran pemimpinnya Para Wijayanto. Para ditangkap Densus 88 Antiteror pada 29 Juni 2021 di Bekasi, Jawa Barat.
Para, kata Benny, memiliki rekam jejak pekerjaan yang menjanjikan. Para sempat bekerja di lima perusahaan, salah satunya menjadi human resource departement (HRD) di perusahaan sekuritas kertas terbesar.
"Kenapa sekian lama diburu dari bom bali satu baru ketangkap, sekian puluh tahun kemudian. Karena memang dia hebat," kata dia.
Baca: 1.122 Transkasi Keuangan Terkait Terorisme Terdeteksi Sepanjang 2020
Selain itu, pengumpulan dana melalui kontak amal merupakan strategi yang telah dilakukan sejak kepimpinan terdahulu. Ketua harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) itu meminta aparat penegak hukum selalu memperbarui informasi ihwal strategi pengumpulan dana oleh jaringan Neo JI.
"Sekarang ini bukan lagi eksklusif, mereka sudah melebur dengan masyarakat, bahkan identitasnya secara fisik susah dibedakan," kata dia.
Jakarta: Ketua Pusat Riset Ilmu Kepolisian dan Kajian
Terorisme Universitas Indonesia (UI) Benny Mamoto mengatakan terdapat perubahan strategi pengumpulan dana
terorisme yang dilakukan jaringan Neo Jamaah Islamiyah (Neo JI). Kelompok tersebut berkamuflase dalam bisnis legal.
"Sekarang (melalui) bisnis legal, perkebunan, kemudian pertambangan," ujar Benny dalam program
Crosscheck #FromHome by Medcom.id bertajuk "Menangkal Radikal Bertopeng Kotak Amal" Minggu, 29 Agustus 2021.
Benny mengatakan strategi tersebut tidak terlepas dari peran pemimpinnya Para Wijayanto. Para ditangkap
Densus 88 Antiteror pada 29 Juni 2021 di Bekasi, Jawa Barat.
Para, kata Benny, memiliki rekam jejak pekerjaan yang menjanjikan. Para sempat bekerja di lima perusahaan, salah satunya menjadi human resource departement (HRD) di perusahaan sekuritas kertas terbesar.
"Kenapa sekian lama diburu dari bom bali satu baru ketangkap, sekian puluh tahun kemudian. Karena memang dia hebat," kata dia.
Baca:
1.122 Transkasi Keuangan Terkait Terorisme Terdeteksi Sepanjang 2020
Selain itu, pengumpulan dana melalui kontak amal merupakan strategi yang telah dilakukan sejak kepimpinan terdahulu. Ketua harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) itu meminta aparat penegak hukum selalu memperbarui informasi ihwal strategi pengumpulan dana oleh jaringan Neo JI.
"Sekarang ini bukan lagi eksklusif, mereka sudah melebur dengan masyarakat, bahkan identitasnya secara fisik susah dibedakan," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)