Ilustrasi. Medcom.id
Ilustrasi. Medcom.id

Kapolda Sumbar: Polisi Seharusnya Diapresiasi karena Cegah Tawuran di Padang

Siti Yona Hukmana • 04 Juli 2024 17:12
Jakarta: Kapolda Sumatra Barat (Sumbar) Irjen Suharyono menyebut seharusnya ada apresiasi atas pencegahan tawuran remaja di Kuranji, Padang. Saat ini bukan apresiasi yang didapatkan Polda Sumbar, malah dugaan penganiayaan yang menyebabkan salah satu remaja, Afif Maulana, tewas.
 
"Apresiasi kepolisian harusnya ada, karena apa? Karena berhasil mencegah terjadinya tawuran antar geng yang membawa senjata tajam," kata Suharyono saat dikonfirmasi, Kamis, 4 Juli 2024.
 
Suharyono mengatakan ada dua tempat kejadian perkara (TKP) dalam kasus ini. Yakni di jembatan Kuranji dan di Polsek Kuranji. Kedua TKP itu disebut kasus yang terpisah. TKP pertama pencegahan tawuran dan TKP kedua dugaan pelanggaran etik 17 anggota saat memeriksa 18 remaja yang diamankan.

"Tapi kami ini kan sebenarnya awal-awalnya mencegah tawuran, itu juga harusnya sudah diapresiasi, harusnya. Kalau tidak dicegah tawuran itu kan pasti banyak korban," ungkap Suharyono.
 
Namun, dia menyadari akibat dari perilaku anggota muncul dua sisi pandangan dari tindakan kepolisian. Satu sisi berprestasi mencegah tawuran, satu sisi melanggar disiplin.
 
Suharyono memastikan 17 anggota yang melanggar disiplin di Polsek Kuranji telah ia tindak, periksa dan berkas perkaranya untuk disidang etik. Sedangkan, peristiwa Afif Maulana melompat ke sungai di jembatan Kuranji, Suharyono mengatakan jajarannya tidak pernah melihat sama sekali.
 
"Anggota kami enggak pernah menangani Afif Maulana. Afif Maulana itu sudah meloncat itu. Andai kata Afif Maulana menyerah bersama-sama yang lain, ya nggak akan mati. Andai kata Afif Maulana itu kemudian mengikuti anjuran dari Aditya berdua di situ, dibawa ke Polsek, nggak ada yang mati," ungkapnya.
 
Baca juga: Kapolda Sumbar Bantah Rekayasa Kematian Afif Maulana

Sementara itu, terkait dugaan penyiksaan dan penganiayaan di Polsek Kuranji terhadap 18 remaja yang ditangkap, Suharyono mengatakan semuanya masih mulus-mulus. Namun, dia tak memungkiri sikap penyidik bisa kasar terhadap remaja yang membawa senjata tajam.
 
"Nangkap pelaku kejahatan yang membawa sajam, klewang, begitu kok diampuni dengan dielus-elus, ya nggak mungkin. Mereka biasa dibletot," ujar mantan Direktur Intelijen dan Keamanan Polda Kepulauan Riau (Kepri) itu.
 
Hanya saja, dia menyadari apa yang dilakukan anggota di Polsek Kuranji tidak etis. Maka itu, 17 anggota dinyatakan melanggar etik dan akan dikenakan sanksi.
 
"Tapi memang ini ada hal-hal yang mungkin kurang etis, sehingga itulah yang muncul di permukaan, kemudian kami proses sesuai aturan yang berlaku di internal Polri oleh Propam," ungkapnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan