Direktur Penyidikan KPK Brigjen Pol Aris Budiman di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (29/8/2017). Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Direktur Penyidikan KPK Brigjen Pol Aris Budiman di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (29/8/2017). Foto: Antara/Rivan Awal Lingga

Adegan Saat Aris Menyebut Novel Baswedan Biang Masalah

Astri Novaria, Ilham wibowo • 30 Agustus 2017 08:51
medcom.id, Jakarta: Anggota Pansus Hak Angket KPK dari Fraksi Partai Golkar, Bambang Soesatyo, mengaku sudah lama mendengar adanya friksi di dalam tubuh KPK. Adanya friksi baru terang saat Direktur Penyidik KPK Brigjen Pol Aris Budiman memenuhi panggilan Pansus.
 
Bambang lantas mencecar Aris, "Setajam apa (friksi) antara Anda dengan Novel (Novel Baswedan, red.)? Apa yang membuat friksi itu tajam? Apa perebutan kasus? Soal pribadi? Soal jabatan atau soal kenyamanan?" ujarnya dalam Rapat dengar pendapat (RDP) di ruang Pansus Hak Angket DPR, Kompleks Parlemen, Senayan Jakarta, Selasa malam, 29 Agustus 2017.
 
Aris menjawab tak ada yang disembunyikannya sepanjang tak berkaitan dengan perkara. Aris pun menyatakan ada dua faksi di dalam tubuh penyidik. Dua faksi tersebut yakni penyidik yang berasal dari anggota kepolisian dan penyidik internal KPK.

Selaku Direktur Penyidikan KPK, Aris menegaskan ingin melakukan tugas dengan sebaik-baiknya. Namun, ia mengaku ada salah satu penyidik senior yang kerap menolak usulan rekrutmen penyidik dari kepolisian karena dinilai mengganggu kinerja KPK secara keseluruhan.
 
"Itu ditentang oleh kelompok yang tidak setuju dengan kebijakan saya. Ada penyidik yang keras dan menentang apa yang saya usulkan. Bagi saya yang penting adalah penyidik punya profesionalisme bagus. Alasan yang sering dikemukakan kepada saya, pangkat Kompol tidak terlalu efektif dalam bekerja. Kalau Kompol ini masuk, mengganggu stabilitas kerja," kata dia.
Adegan Saat Aris Menyebut Novel Baswedan Biang Masalah
Penyidik senior KPK Novel Baswedan. Foto: Tangkapan gambar Mata Najwa
 
Baca: Tidak Senada Antara Direktur Penyidik KPK dengan Pimpinan
 
Aris kemudian menyebutkan ada sosok powerfull yang berpengaruh di tubuh KPK. Pernyataan itulah yang membuat para anggota Pansus Hak Angket KPK penasaran dan terus menanyakan kepada Aris terkait sosok 'kuat' yang dimaksudnya. Kendati demikian, Aris enggan menyebutkan nama penyidik senior tersebut.
 
"Selama orang-orang yang ada seperti ini, susah, Pak. Kebijakan organisasi itu sepanjang tidak seide dengan orang-orang ini tidak akan bisa berjalan efektif. Saya tidak akan menyebutkan nama. Tapi, bapak bisa mencari tahu lebih lanjut. Sudah bisa memahami itu," paparnya.
 
Anggota Pansus Angket KPK dari Fraksi PDI Perjuangan, Junimart Girsang, menanyakan apakah penyidik senior yang dimaksud ialah Novel Baswedan, Aris pun membenarkannya.
 
"Kalau saudara tidak mau menyampaikan nama, saya yang menyebut nama. Karena ini kan sudah menjadi faktor rahasia umum. Kalau disebut orang yang sudah pernah mendapatkan surat teguran atau peringatan orang sudah tahu itu adalah Novel, apakah betul?" tanya Junimart.
 
"Betul," jawab Aris singkat.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan