medcom.id, Mekkah: Satu dari tiga gelombang haji asal Indonesia yang tengah berbahagia itu adalah kami. Tiba waktunya kaki ini harus melangkah ke Arafah. Menunaikan wukuf sebagai jantung ibadah haji.
Mulai 8 Zulhijah 1437 H atau 10 September kemarin, ribuan jemaah haji asal Indonesia berbondong-bondong menuju Mina dan Arafah. Kami kenakan kain ihram kebanggaan dan bergegas dari masing-masing penginapan. Sebagian berjalan kaki, sementara lainnya memilih memakai bus.
Baca: Jemaah Haji Indonesia Mulai Bergerak ke Arafah
Di tengah perjalanan, kami terus bertalbiah dan mengagungkan asma Allah. Labbaik Allahumma Labbaik. Kami datang, Ya Allah. Dengan penghayatan dan kekhusyukan, tak terasa air mata mengalir di kedua pipi. Bersyukur tiada henti, sebab panggilan mulia ini bisa kami penuhi.
Haji kami anggap sebagai ibadah teristimewa. Ia menguras banyak tenaga. Namun siapapun yang telah memiliki niat tulus dalam berhaji, tak akan ada kata mundur. Inilah bagian dari jihad. Kenikmatan tiada tara yang dikaruniakan Tuhan.
Bagi rombongan yang hendak ke Mina, mereka bertanazul untuk bertarwiyah di sana. Yakni mabit alias bermalam pada hari ke delapan Zulhijah, lalu menyiapkan diri menuju Arafah selepas salat Subuh.
Selayak yang dicontohkan Rasulullah Muhammad, mereka pun bermalam dengan menempati tenda-tenda yang disiapkan penyelenggara haji. Di Mina ini, lagi-lagi jemaah mengisi waktu dengan bertalbiah, berzikir, juga membaca Alquran.
Jemaah asal Indonesia saat bermalam di Mina/Ismail Fahmi/Metro TV
Di sela-sela waktu, sebagian dari mereka juga ada yang berbincang dengan sesamanya. Menyambung dan memupuk silaturahmi. Sementara sesekali tampak petugas haji sibuk bergerak. Semenjak kami hendak berangkat, mereka dengan sigap mengecek keperluan jemaah haji mulai dari logistik hingga sarana kesehatan.
Dari setiap maktab yang rata-rata terdiri dari 2.800 sampai 3.000 orang itu, kami meneruskan perjalanan ke Arafah dengan tetap dibarengi zikir dan talbiah. Dalam sekali gelombang yang diangkut dengan 21 - 22 bus, kalimat agung itu tiada henti; menggetarkan tanah Mekkah Al-Mukaramah.
medcom.id, Mekkah: Satu dari tiga gelombang haji asal Indonesia yang tengah berbahagia itu adalah kami. Tiba waktunya kaki ini harus melangkah ke Arafah. Menunaikan wukuf sebagai jantung ibadah haji.
Mulai 8 Zulhijah 1437 H atau 10 September kemarin, ribuan jemaah haji asal Indonesia berbondong-bondong menuju Mina dan Arafah. Kami kenakan kain ihram kebanggaan dan bergegas dari masing-masing penginapan. Sebagian berjalan kaki, sementara lainnya memilih memakai bus.
Baca: Jemaah Haji Indonesia Mulai Bergerak ke Arafah
Di tengah perjalanan, kami terus bertalbiah dan mengagungkan asma Allah.
Labbaik Allahumma Labbaik. Kami datang, Ya Allah. Dengan penghayatan dan kekhusyukan, tak terasa air mata mengalir di kedua pipi. Bersyukur tiada henti, sebab panggilan mulia ini bisa kami penuhi.
Haji kami anggap sebagai ibadah teristimewa. Ia menguras banyak tenaga. Namun siapapun yang telah memiliki niat tulus dalam berhaji, tak akan ada kata mundur. Inilah bagian dari jihad. Kenikmatan tiada tara yang dikaruniakan Tuhan.
Bagi rombongan yang hendak ke Mina, mereka ber
tanazul untuk ber
tarwiyah di sana. Yakni
mabit alias bermalam pada hari ke delapan Zulhijah, lalu menyiapkan diri menuju Arafah selepas salat Subuh.
Selayak yang dicontohkan Rasulullah Muhammad, mereka pun bermalam dengan menempati tenda-tenda yang disiapkan penyelenggara haji. Di Mina ini, lagi-lagi jemaah mengisi waktu dengan bertalbiah, berzikir, juga membaca Alquran.
Jemaah asal Indonesia saat bermalam di Mina/Ismail Fahmi/Metro TV
Di sela-sela waktu, sebagian dari mereka juga ada yang berbincang dengan sesamanya. Menyambung dan memupuk silaturahmi. Sementara sesekali tampak petugas haji sibuk bergerak. Semenjak kami hendak berangkat, mereka dengan sigap mengecek keperluan jemaah haji mulai dari logistik hingga sarana kesehatan.
Dari setiap maktab yang rata-rata terdiri dari 2.800 sampai 3.000 orang itu, kami meneruskan perjalanan ke Arafah dengan tetap dibarengi zikir dan talbiah. Dalam sekali gelombang yang diangkut dengan 21 - 22 bus, kalimat agung itu tiada henti; menggetarkan tanah Mekkah
Al-Mukaramah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SBH)