Jakarta: Seorang pelajar SMPN 2 Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tega membunuh temannya pada Kamis, 4 Agustus 2022. Sebelumnya, pelaku juga sempat mencuri telepon genggam milik korban.
Kurang perhatian
Psikolog klinis Anggiastri Hanantyasari Utami mengatakan tindakan kriminal yang dilakukan anak di sekolah disebabkan karena kurangnya perhatian orang tua serta lingkungan terhadap anak. Menurutnya, peran orang tua dan lingkungan sangat memengaruhi tumbuh kembang mentalitas anak.
"Tidak setiap perilaku agresif itu berakhirnya pada perilaku menyakiti, bahkan sampai membunuh orang lain. Untuk menuju perilaku agresif yang sadisme, itu prosesnya panjang," terang Anggi dalam tayangan Metro Siang di Metro TV, Minggu, 7 Agustus 2022.
Tak mampu mengontrol diri
Ia mengatakan kasus pembunuhan dan pencurian yang dilakukan oleh pelajar SMPN 2 Grabag disebabkan oleh ketidakmampuan pelaku dalam mengontrol dirinya.
"Dalam proses ini dia tidak mampu untuk mengendalikan rasa malunya, rasa cemasnya (karena mencuri), sehingga manifestasinya sampai membunuh,” ujar Anggi.
Anggi menjelaskan kemampuan kontrol diri anak dipengaruhi oleh pola asuh orang tua dan lingkungan. Ia mengatakan orang tua perlu memahami perkembangan anak secara kognitif, emosi, dan perilaku sehari-hari.
Terbentuk oleh lingkungan
Lingkungan di masyarakat juga membentuk tumbuh kembang anak. Ia mengatakan bila tercipta lingkungan yang aman, anak dapat bertumbuh kembang dengan baik.
"Sistem ini yang perlu dikembangkan sehingga dapat menciptakan situasi yang aman untuk mereka. Aman secara fisik maupun psikologis,” kata Anggi.
Anggi menjelaskan maraknya kasus kriminal yang dilakukan oleh anak terjadi karena kesalahan sistemik. Ia mengatakan semua elemen yang mempengaruhi tumbuh kembang anak seharusnya berbenah agar kasus kriminal tidak lagi terjadi.
Baca: Motif Siswa SMP aniaya Teman Sekolahnya hingga Tewas
"Tidak bisa menyalahkan satu pihak saja, karena ini adalah kesalahan sistemik dan cukup besar. Seharusnya ada sistem yang dibangun untuk bisa membuat anak bisa bertumbuh dan berkembang dengan baik," ucap Anggi.
Kronologi kejadian
WS, 13, siswa SMP ditemukan meninggal dunia pada Kamis, 4 Agustus 2022. Jasadnya ditemukan penuh luka di perkebunan kopi di Desa Baleagung, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Kepala Polres Magelang AKBP Mochamad Sajarod Zakun menyatakan korban dibunuh oleh temannya sendiri. Pelaku pun sudah mengakui perbuatannya.
Dari pengakuan pelaku, dia tega menghabisi nyawa WS karena takut ketahuan mencuri ponsel korban. Sebelumnya, korban kehilangan ponsel di sekolah.
"Dugaan sementara, yang bersangkutan diduga mengambil barang milik korban berupa handphone, sehingga pelaku ketakutan karena dia yang mengambil (mencuri)," kata Sajarod.
Polisi tetap akan mendalami kasus ini. Polisi akan mengungkap apakah ada unsur kesengajaan atau perencanaan yang mengakibatkan hilangnya nyawa korban.
Korban dilaporkan hilang oleh keluarga pada Rabu, 3 Agustus 2022 sore. Korban dijemput salah satu teman sekolahnya.
Saat itu, teman korban pamit hendak mengerjakan tugas sekolah. Tapi, hingga Rabu malam korban tidak kunjung pulang. Pada Kamis, 4 Agustus 2022 pukul 14.00 WIB, korban ditemukan meninggal dunia di perkebunan warga. (Vania Augustine Dilia)
Jakarta: Seorang pelajar SMPN 2 Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tega
membunuh temannya pada Kamis, 4 Agustus 2022. Sebelumnya, pelaku juga sempat mencuri telepon genggam milik korban.
Kurang perhatian
Psikolog klinis Anggiastri Hanantyasari Utami mengatakan tindakan kriminal yang dilakukan anak di sekolah disebabkan karena kurangnya perhatian orang tua serta lingkungan terhadap anak. Menurutnya, peran orang tua dan lingkungan sangat memengaruhi tumbuh kembang mentalitas anak.
"Tidak setiap perilaku agresif itu berakhirnya pada perilaku menyakiti, bahkan sampai membunuh orang lain. Untuk menuju perilaku agresif yang sadisme, itu prosesnya panjang," terang Anggi dalam tayangan Metro Siang di
Metro TV, Minggu, 7 Agustus 2022.
Tak mampu mengontrol diri
Ia mengatakan kasus pembunuhan dan pencurian yang dilakukan oleh pelajar SMPN 2 Grabag disebabkan oleh ketidakmampuan pelaku dalam mengontrol dirinya.
"Dalam proses ini dia tidak mampu untuk mengendalikan rasa malunya, rasa cemasnya (karena mencuri), sehingga manifestasinya sampai membunuh,” ujar Anggi.
Anggi menjelaskan kemampuan kontrol diri anak dipengaruhi oleh pola asuh orang tua dan lingkungan. Ia mengatakan orang tua perlu memahami perkembangan anak secara kognitif, emosi, dan perilaku sehari-hari.
Terbentuk oleh lingkungan
Lingkungan di masyarakat juga membentuk tumbuh kembang anak. Ia mengatakan bila tercipta lingkungan yang aman, anak dapat bertumbuh kembang dengan baik.
"Sistem ini yang perlu dikembangkan sehingga dapat menciptakan situasi yang aman untuk mereka. Aman secara fisik maupun psikologis,” kata Anggi.
Anggi menjelaskan maraknya kasus kriminal yang dilakukan oleh anak terjadi karena kesalahan sistemik. Ia mengatakan semua elemen yang mempengaruhi tumbuh kembang anak seharusnya berbenah agar kasus kriminal tidak lagi terjadi.
Baca:
Motif Siswa SMP aniaya Teman Sekolahnya hingga Tewas
"Tidak bisa menyalahkan satu pihak saja, karena ini adalah kesalahan sistemik dan cukup besar. Seharusnya ada sistem yang dibangun untuk bisa membuat anak bisa bertumbuh dan berkembang dengan baik," ucap Anggi.
Kronologi kejadian
WS, 13, siswa SMP ditemukan meninggal dunia pada Kamis, 4 Agustus 2022. Jasadnya ditemukan penuh luka di perkebunan kopi di Desa Baleagung, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah