Solo: Sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) membuat sejumlah sekolah kekurangan murid baru. Salah satunya adalah SDN Sriwedari 197 di Solo, Jawa Tengah yang hanya mendapat satu murid baru untuk tahun ajaran 2022/2023.
Azzam nama murid baru berusia enam tahun itu, hanya ditemani oleh Diyan Alfian gurunya di dalam ruang kelas di hari pertama masuk sekolah Senin, 11 Juli. Meski berada di sekolah, aktivitas belajar mengajar di kelas 1 itu pun terkesan seperti homeschooling.
“Hari pertama belum mulai pembelajaran baru perkenalan sekolah. Perkenalan bapak ibu guru terus baru berkenalan anaknya sendiri. Tadi diselingi membuat kartu nama lalu menyanyi lagu ‘Pergi Belajar’,” jelas Diyan.
Menariknya, Azzam tidak masalah jadi satu-satunya murid baru di sekolah tersebut. Dia tetap bersemangat. Sang guru juga melihat Azzam tetap ceria dan mau berkomunikasi dengannya sehingga aktivitas belajar mengajar bisa berlangsung dengan baik.
Untungnya, Azzam tidak bakal sendirian. Soalnya, ada satu murid dari tahun ajaran sebelumnya yang tidak naik kelas. Namun, temannya itu bangun kesiangan dan belum mau berangkat sekolah, jadilah Azzam sendirian di hari pertamanya.
“Sebelumnya kebetulan 5 siswa. Jadi sudah terbiasa dan beradaptasi. Kesulitannya mungkin kalau ada kegiatan berkelompok. Tapi, kami akan memodifikasi pembelajaran atau memakai model yang lain,” lanjut Diyan.
SDN Sriwedari 197 adalah satu dari setidaknya 152 sekolah yang mengalami kekurangan murid baru di Solo untuk tahun ajaran 2022/2023. Padahal, kapasitas kelas I yang disediakan adalah 28 kursi.
Jumlah murid kelas lain juga tidak banyak. Kelas II hanya diisi tiga siswa, kelas III hanya lima, dan kelas IV hanya delapan. Sementara itu, kelas V diisi 17 siswa dan kelas VI ada 19 siswa.
“Di sini penduduknya sudah berkurang dan apalagi ada sistem zonasi. Kelurahan Sriwedari bagian utara itu sebenarnya masuk Sriwedari. Tapi banyak orang tua yang tidak mau ke sini karena takut menyeberang jalan (Slamet Riyadi),” jelas Kepala Sekolah Bambang Suryoriyadi.
Bukannya ke SDN Sriwedari 197, sebagian besar orang tua di sekitar sekolah justru memasukkan anaknya ke SDN Tumenggungan dan SDN Kestalan. Selain itu, ada juga yang memasukkan anaknya ke sekolah swasta favorit meski biayanya lebih mahal.
Solo: Sistem zonasi dalam
penerimaan peserta didik baru (PPDB) membuat sejumlah sekolah kekurangan murid baru. Salah satunya adalah SDN Sriwedari 197 di Solo, Jawa Tengah yang hanya mendapat satu murid baru untuk tahun ajaran 2022/2023.
Azzam nama murid baru berusia enam tahun itu, hanya ditemani oleh Diyan Alfian gurunya di dalam ruang kelas di hari pertama masuk sekolah Senin, 11 Juli. Meski berada di
sekolah, aktivitas belajar mengajar di kelas 1 itu pun terkesan seperti
homeschooling.
“Hari pertama belum mulai pembelajaran baru perkenalan sekolah. Perkenalan bapak ibu guru terus baru berkenalan anaknya sendiri. Tadi diselingi membuat kartu nama lalu menyanyi lagu ‘Pergi Belajar’,” jelas Diyan.
Menariknya, Azzam tidak masalah jadi satu-satunya
murid baru di sekolah tersebut. Dia tetap bersemangat. Sang guru juga melihat Azzam tetap ceria dan mau berkomunikasi dengannya sehingga aktivitas belajar mengajar bisa berlangsung dengan baik.
Untungnya, Azzam tidak bakal sendirian. Soalnya, ada satu murid dari tahun ajaran sebelumnya yang tidak naik kelas. Namun, temannya itu bangun kesiangan dan belum mau berangkat sekolah, jadilah Azzam sendirian di hari pertamanya.
“Sebelumnya kebetulan 5 siswa. Jadi sudah terbiasa dan beradaptasi. Kesulitannya mungkin kalau ada kegiatan berkelompok. Tapi, kami akan memodifikasi pembelajaran atau memakai model yang lain,” lanjut Diyan.
SDN Sriwedari 197 adalah satu dari setidaknya 152 sekolah yang mengalami kekurangan murid baru di Solo untuk tahun ajaran 2022/2023. Padahal, kapasitas kelas I yang disediakan adalah 28 kursi.
Jumlah murid kelas lain juga tidak banyak. Kelas II hanya diisi tiga siswa, kelas III hanya lima, dan kelas IV hanya delapan. Sementara itu, kelas V diisi 17 siswa dan kelas VI ada 19 siswa.
“Di sini penduduknya sudah berkurang dan apalagi ada sistem zonasi. Kelurahan Sriwedari bagian utara itu sebenarnya masuk Sriwedari. Tapi banyak orang tua yang tidak mau ke sini karena takut menyeberang jalan (Slamet Riyadi),” jelas Kepala Sekolah Bambang Suryoriyadi.
Bukannya ke SDN Sriwedari 197, sebagian besar orang tua di sekitar sekolah justru memasukkan anaknya ke SDN Tumenggungan dan SDN Kestalan. Selain itu, ada juga yang memasukkan anaknya ke sekolah swasta favorit meski biayanya lebih mahal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)