Sejumlah Prajurit Korps Marinir TNI AL Pasmar 1 Jakarta menggunakan perahu karet untuk mengevakuasi korban banjir di Desa Pekauman Ulu, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Sabtu (16/1/2021). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)
Sejumlah Prajurit Korps Marinir TNI AL Pasmar 1 Jakarta menggunakan perahu karet untuk mengevakuasi korban banjir di Desa Pekauman Ulu, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Sabtu (16/1/2021). (ANTARA FOTO/Bayu Pratama S)

Luas Banjir Kalsel Diperkirakan Capai 200 Ribu Hektare

Media Indonesia.com • 18 Januari 2021 09:51
Banjarmasin: Luas genangan bencana banjir di Provinsi Kalimantan Selatan diperkirakan mencapai 200 ribu hektare (Ha). Deforestasi dan kerusakan daerah aliran sungai (DAS) Barito menjadi salah satu penyebab banjir terparah sejak 2006 di wilayah tersebut.
 
Data yang dirilis tim tanggap darurat bencana Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) melakukan analisis penyebab banjir Kalsel dengan data satelit Himawari-8, mendapatkan hasil total luasan genangan bencana banjir mencapai 200 ribu hektare.
 
Hasil perhitungan luas genangan tertinggi terdapat di Kabupaten Barito Kuala dengan luas mencapai 60 ribu hektare, Kabupaten Banjar sekitar 40 ribu hektare, Tanah Laut sekitar 29 ribu hektare, Hulu Sungai Tengah 12 ribu hektare, Hulu Sungai Selatan sekitar 11 ribu hektare, Tapin sekitar 11 ribu hektare, dan Kabupaten Tabalong sekitar 10 ribu hektare.

Selain itu Kabupaten Balangan, Barito Selatan, Barito Timur, Barito Utara, Hulu Sungai Utara, Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Murung Raya seluas 8-10 ribu hektare.
 
"Luasan banjir sangat luas dan lebih parah dari tahun-tahun sebelumnya. Kita juga mencatat ada sekitar 18 ribu hektare areal pertanian yang rusak atau puso," tutur Kepala Dinas Pertanian Kalsel, Syamsir Rahman, Senin, 18 Januari 2021.
 
Baca juga:  Akses ke Kota Mamuju Terputus Imbas Longsor di Majene
 
LAPAN juga menganalisis perubahan tutupan lahan di DAS Barito menggunakan data mosaik Landsat untuk mendeteksi penutup lahan tahun 2010 dan 2020. Hasil yang didapat dalam kurun waktu 10 tahun tersebut menunjukkan adanya penurunan luas hutan primer 13 ribu hektare, hutan sekunder 116 ribu hektare, sawah dan semak belukar yaitu masing-masing menurun sebesar 46 ribu dan 47 ribu hektare. 
 
Sebaliknya, terjadi perluasan area perkebunan yang cukup signifikan sebesar 219 ribu hektare. Perubahan penutup lahan dalam 10 tahun ini dapat memberikan gambaran kemungkinan terjadinya banjir di DAS Barito.
 
Direktur Eksekutif Walhi Kalsel, Kisworo Dwi Cahyono kembali menegaskan tentang kondisi Kalsel yang mengalami darurat ruang dan darurat bencana ekologis. Selain tingginya curah hujan, banjir lebih disebabkan kondisi degradasi lingkungan akibat deforestasi dan ekspansi pertambangan dan perkebunan monokultur seperti kelapa sawit.
 
Banyak laporan tentang masih maraknya praktek penebangan liar di bagian hulu Pegunungan Meratus yang menyebabkan banjir bandang di kawasan tersebut seperti dialami Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Selatan. (Denny Susanto)

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan