Bogor: Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyebut ketidakcocokan data kasus covid-19 setempat dengan sistem BLC (Bersatu Lawan Covid-19), menjadi sebab Kota Hujan masih berada di zona merah penyebaran.
"Di situs BLC dengan data yang didapatkan dari sistem new all record yang kemudian diverifikasi Public Health Emergency Operating Center (PHEOC), tidak sinkron dengan data Satgas Covid-19 Kota Bogor," ungkap Bima, Selasa, 9 Februari 2021.
Ia menyatakan akan mensinkronikan data kasus covid-19 di Kota Bogor, dengan berkomunikasi kepada Satgas covid-19 pusat dan situs BLC.
"Karena ada data yang terakumulasi dan baru dimasukkan oleh BLC, ini harus segera di sinkronisasi," tegasnya.
Baca juga: Tol Cipali Kilometer 122 Arah Jakarta Ambles
Bima juga menjelaskan, tingginya angka kasus covid-19 di Kota Bogor, karena adanya data harian yang disimpan dan tidak muncul pada sistem new all record. Kemudian data yang tersimpan itu, digabungkan pada hari atau minggu berikutnya dan dimasukkan ke situs BLC.
"Akibatnya terjadilah lonjakan kasus covid-19 di Kota Bogor, karena data yang terakumulasi oleh sistem," terang Bima.
Ia menambahkan hal itulah penyebab Kota Bogor masih dinyatakan sebagai zona merah di Jawa Barat. Padahal saat rapat secara daring, Gubernur Jabar, kang Emil memaparkan Kota Bogor nomor tiga, dalam hal kota paling patuh menggunakan masker di Jabar. Kota Bogor juga masuk ke dalam tingkat ketersediaan tempat tidur pasien covid-19 membaik untuk saat ini.
"Nanti kami minta kepada Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) dan Bintara Pembina Desa (Babinsa), koordinasi dengan lurah untuk meng-update secara real time. Jangan sampai ada data yang tidak sinkron," sebutnya.
Bogor: Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyebut ketidakcocokan data kasus covid-19 setempat dengan sistem BLC (Bersatu Lawan Covid-19), menjadi sebab
Kota Hujan masih berada di zona merah penyebaran.
"Di situs BLC dengan data yang didapatkan dari sistem
new all record yang kemudian diverifikasi Public Health Emergency Operating Center (PHEOC), tidak sinkron dengan data Satgas Covid-19 Kota Bogor," ungkap Bima, Selasa, 9 Februari 2021.
Ia menyatakan akan mensinkronikan data kasus covid-19 di Kota Bogor, dengan berkomunikasi kepada Satgas covid-19 pusat dan situs BLC.
"Karena ada data yang terakumulasi dan baru dimasukkan oleh BLC, ini harus segera di sinkronisasi," tegasnya.
Baca juga: T
ol Cipali Kilometer 122 Arah Jakarta Ambles
Bima juga menjelaskan, tingginya angka kasus covid-19 di Kota Bogor, karena adanya data harian yang disimpan dan tidak muncul pada sistem
new all record. Kemudian data yang tersimpan itu, digabungkan pada hari atau minggu berikutnya dan dimasukkan ke situs BLC.
"Akibatnya terjadilah lonjakan kasus covid-19 di Kota Bogor, karena data yang terakumulasi oleh sistem," terang Bima.
Ia menambahkan hal itulah penyebab Kota Bogor masih dinyatakan sebagai zona merah di Jawa Barat. Padahal saat rapat secara daring, Gubernur Jabar, kang Emil memaparkan Kota Bogor nomor tiga, dalam hal kota paling patuh menggunakan masker di Jabar. Kota Bogor juga masuk ke dalam tingkat ketersediaan tempat tidur pasien covid-19 membaik untuk saat ini.
"Nanti kami minta kepada Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) dan Bintara Pembina Desa (Babinsa), koordinasi dengan lurah untuk meng-
update secara
real time. Jangan sampai ada data yang tidak sinkron," sebutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)