Lumajang: Seluas 20 hektare lahan pertanian di Desa Supiturang, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, terdampak material vulkanis Gunung Semeru. Total lahan pertanian di Desa Supiturang yakni 57 hektare.
"Total areal persawahan seluas 57 hektare, yang terdampak 20 hektare atau hampir separuhnya," kata Kepala Desa Supiturang Nurul Yaqin Pribadi di Kabupaten Lumajang, Rabu, 8 Desember 2021.
Nurul menjelaskan, sebelum terjadi awan panas guguran Gunung Semeru, pada areal persawahan di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, mengalir Sungai Umbulan yang hanya memiliki lebar 1,5 meter.
Baca: Update 8 Desember, 4 Korban Semeru Ditemukan, Total 39 Tewas
Namun, akibat terjangan banjir lahar dan material vulkanis Gunung Semeru, sungai tersebut tidak lagi terlihat. Material vulkanis menyebabkan adanya aliran lahar dengan lebar hingga ratusan meter.
"Di situ ada sungai, tapi tidak lebar, hanya sekitar 1,5 meter. Itu Sungai Umbulan. Setelah dialiri lahar jadi besar, lebarnya kini mencapai ratusan meter," tuturnya.
Ia menambahkan, lahan pertanian seluas 20 hektare yang rusak seluruhnya memiliki sertifikat tanah. Ada kurang lebih 50 orang yang memiliki areal tersebut.
Baca: 7 Jenazah Korban Semeru Teridentifikasi, Ini Identitasnya
"Ke depan, saat sudah dingin, akan dikelola oleh masyarakat. Itu keinginan mereka, supaya bisa mendapatkan hasil atau ada ganti dari yang awalnya lahan pertanian," ujarnya.
Saat ini, Pemerintah Desa Supiturang masih terus melakukan pendataan terkait dampak kerusakan akibat letusan Gunung Semeru. Pendataan akan dilakukan dari rumah ke rumah, termasuk pada tempat-tempat pengungsian.
Gunung Semeru mengeluarkan awan panas pada 4 Desember 2021 yang mengarah ke Besuk Kobokan, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, pukul 15.20 WIB. Akibat bencana itu, puluhan orang meninggal.
Lumajang: Seluas 20 hektare lahan pertanian di Desa Supiturang, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, terdampak material vulkanis
Gunung Semeru. Total lahan pertanian di Desa Supiturang yakni 57 hektare.
"Total areal persawahan seluas 57 hektare, yang terdampak 20 hektare atau hampir separuhnya," kata Kepala Desa Supiturang Nurul Yaqin Pribadi di Kabupaten Lumajang, Rabu, 8 Desember 2021.
Nurul menjelaskan, sebelum terjadi awan panas guguran Gunung Semeru, pada areal persawahan di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, mengalir Sungai Umbulan yang hanya memiliki lebar 1,5 meter.
Baca: Update 8 Desember, 4 Korban Semeru Ditemukan, Total 39 Tewas
Namun, akibat terjangan banjir lahar dan material vulkanis Gunung Semeru, sungai tersebut tidak lagi terlihat. Material vulkanis menyebabkan adanya aliran lahar dengan lebar hingga ratusan meter.
"Di situ ada sungai, tapi tidak lebar, hanya sekitar 1,5 meter. Itu Sungai Umbulan. Setelah dialiri lahar jadi besar, lebarnya kini mencapai ratusan meter," tuturnya.
Ia menambahkan, lahan pertanian seluas 20 hektare yang rusak seluruhnya memiliki sertifikat tanah. Ada kurang lebih 50 orang yang memiliki areal tersebut.
Baca: 7 Jenazah Korban Semeru Teridentifikasi, Ini Identitasnya
"Ke depan, saat sudah dingin, akan dikelola oleh masyarakat. Itu keinginan mereka, supaya bisa mendapatkan hasil atau ada ganti dari yang awalnya lahan pertanian," ujarnya.
Saat ini, Pemerintah Desa Supiturang masih terus melakukan pendataan terkait dampak kerusakan akibat letusan Gunung Semeru. Pendataan akan dilakukan dari rumah ke rumah, termasuk pada tempat-tempat pengungsian.
Gunung Semeru mengeluarkan awan panas pada 4 Desember 2021 yang mengarah ke Besuk Kobokan, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, pukul 15.20 WIB. Akibat bencana itu, puluhan orang meninggal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)