Sekretaris Eksekutif TNP2K, Suprayoga Hadi (berkacamata), bersama Wagub Jatim dan Kepala BPS Jatim. Foto: Medcom/Amaluddin
Sekretaris Eksekutif TNP2K, Suprayoga Hadi (berkacamata), bersama Wagub Jatim dan Kepala BPS Jatim. Foto: Medcom/Amaluddin

TNP2K Targetkan Angka Kemiskinan di Jatim 9% pada 2022

Amaluddin • 10 Maret 2022 13:36
Surabaya: Tim Nasional Percepatan Penanganan Kemiskinan (TNP2K) mengapresiasi upaya percepatan penanganan kemiskinan yang dilakukan Pemprov Jawa Timur (Jatim) dalam tiga tahun terakhir. TNP2K berharap angka kemiskinan di Jatim kembali turun minimal satu digit dari 10,59 persen menjadi 9 persen pada 2022.
 
"Tahun ini kami berharap angka kemiskinan di Jatim bisa turun lagi 1 digit setelah disurvei BPS bulan ini," kata Sekretaris Eksekutif Tim TNP2K, Suprayoga Hadi, saat focus group discussion (FGD) Membedah Angka Kemiskinan Provinsi Jatim di Surabaya, Rabu malam, 9 Maret 2022. 
 
Menurutnya, apa yang sudah dilalukan Provinsi Jatim dengan tagline Optimistis Jatim Bangkit sudah bagus. Ia berharap upaya ini diadopsi daerah lain.

"Di Jatim kami apresiasi karena banyak inisiatif lokal didukung sumberdaya manusia dalam percepatan penanganan kemiskinan. Bisa menjasi contoh daerah lain," ujarnya. 
 
Dalam kesempatan itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Dadang Hardiawan, menyebut tagline yang diangkat Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, sangat relevan dengan capaian statistik angka penurunan kemiskinan dalam waktu beberapa tahun terakhir. Dalam indikator penurunan angka kemiskinan, Jatim mencatat rekor penurunan angka kemiskinan di tengah pandemi covid-19. 
 
Prestasi penurunan angka kemiskinan terjadi di perkotaan dan perdesaan pada periode Maret hingga September 2021. BPS mencatat di periode tersebut, penurunan angka kemiskinan di Jatim mencapai 313,13 ribu jiwa dengan jumlah tertinggi nasional.
 
Baca: Penduduk Miskin di Kota Tangerang Meningkat, DPRD Desak Program Ekonomi Dimaksimalkan
 
Disusul Jawa Barat sebesar 190,48 ribu jiwa, Jawa Tengah 175,74 ribu jiwa, Lampung 76,91 ribu jiwa, dan Sumatera Utara 70,79 ribu jiwa. Data tersebut berhasil mengoreksi angka kemiskinan Jatim dari 4,57 juta jiwa (11,40%) menjadi 4,25 juta jiwa (10,59%) atau turun 0,81 persen.
 
Capaian prestasi juga terjadi pada penurunan kemiskinan perdesaan pada periode September 2020 hingga September 2021 sebesar 1,37 persen. Penurunan ini tertinggi sepanjang dekade 10 tahun terakhir. 
 
Di perdesaan, penurunan angka kemiskinan terjadi dari 15,16 persen pada September 2020 menjadi 13,79 persen pada September 2021 atau terkoreksi minus 1,37 poin. Sedangkan pada periode yang sama di perkotaan, angka kemiskinan turun dari 8,37 persen menjadi 7,99 persen atau terkoreksi minus 0,38 persen.  
 
Dengan menurunnya angka kemiskinan di perdesaan dan perkotaan, disparitas angka kemiskinan pun semakin kecil antara kedua wilayah. Angka kemiskinan turun dari 8,24 persen pada September 2018 menjadi 5,8 persen pada September 2021.
 
 

"Tidak hanya dalam penurunan kemiskinan, statistik dalam pertumbuhan ekonomi dan pengendalian laju inflasi juga menunjukkan Jatim benar-benar bangkit dari pandemi covid-19," Kata Dadang. 
 
Sementara Wakil Gubernur Jatim Emil Elistianto Dardak, FGD digelar dalam rangka menyusun strategi tidak hanya untuk menangani kemiskinan, namun juga kemiskinan ekstrem. Poin kemiskinan ekstrem kata Ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Jawa Timur ini tidak ada dalam RPJMD kami, tapi ada dalam target Tujuan Pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs). 
 
"Karena itu akan dirumuskan bagaimana penanganan kemiskinan tidak hanya dengan bantuan sosial, namun juga dengan pendekatan pemberdayaan agar status kemiskinan ekstrem bisa dengan cepat berubah menjadi tidak miskin," kata Emil.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan