Brebes: Kelangkaan minyak goreng di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, disusul dengan mahalnya harga kedelai berimbas pada penjual tahu tempe. Mereka terpaksa menaikan harga jual dari biasanya.
Bukan hanya itu, ukuran dan potongan tahu juga dibuat lebih kecil. Karena harga dari perajin tahu pada setiap loyangnya (nampan) sudah naik menjadi Rp32 ribu yang semula Rp31 ribu.
Seorang penjual tahu Mandra, 56, menuturkan, setiap potong tahu yang ia jual Rp500 biasanya laku. Namun kali ini ia pasrah dagangannya tak habis terjual.
"Biasanya saya habis sampai 3 loyang, sekarang satu loyang saja kadang enggak habis. Minyak gorengnya langka, kedelainya juga mahal," ujar Mandra, di rumah produksi tahunya, Kamis, 17 Februari 2022.
Baca juga: Garut Koordinasi dengan Pemprov soal Pengasuhan Anak Korban Herry Wirawan
Sementara, perajin tempe di Kelurahan Pasarbatang, Brebes, Nur Arifudin, 43, menuturkan harga kedelai saat ini Rp11 ribu per kilogram. Kenaikan harga kedelai terjadi sejak satu bulan lalu yang awalnya masih dibawah Rp10 ribu per kilogram.
"Sebelum ada kenaikan harga kedelai saya jual tempe Rp10ribu, sekarang jadi Rp11 ribu. Jadi saya tidak mengurangi ukurannya," tutur Nur Arifudin di rumah produksi tempenya.
Nur Arifudin mengaku tidak merasa kesulitan mendapatkan bahan baku untuk produksi tempe. Ia membeli bahan baku kedelai di toko, alasannya karena harga di Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Kopti) lebih tinggi ketimbang harga pasaran.
"Saya sudah lama tidak beli di Kopti lagi karena harganya lebih mahal dari harga pasaran. Kalau beli di Kopti tentu saya jual tempenya harus menaikkan harga lagi," tuturnya.
Para pedagang tahu dan tempe di Kabupaten Brebes berharap, harga kedelai di pasaran bisa stabil, sehingga mereka tetap tidak menaikan harga tempe dan tahu. Sebab saat ini banyak pembeli tempe yang terus mengeluhkan harga tempe mahal.
"Pembeli banyak yang tanya kenapa harganya naik, tidak seperti biasanya," jelas Nur Arifudin.
Brebes: Kelangkaan minyak goreng di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, disusul dengan mahalnya harga kedelai berimbas pada
penjual tahu tempe. Mereka terpaksa menaikan harga jual dari biasanya.
Bukan hanya itu, ukuran dan potongan tahu juga dibuat lebih kecil. Karena harga dari perajin tahu pada setiap loyangnya (nampan) sudah naik menjadi Rp32 ribu yang semula Rp31 ribu.
Seorang penjual tahu Mandra, 56, menuturkan, setiap potong tahu yang ia jual Rp500 biasanya laku. Namun kali ini ia pasrah dagangannya tak habis terjual.
"Biasanya saya habis sampai 3 loyang, sekarang satu loyang saja kadang enggak habis. Minyak gorengnya langka, kedelainya juga mahal," ujar Mandra, di rumah produksi tahunya, Kamis, 17 Februari 2022.
Baca juga:
Garut Koordinasi dengan Pemprov soal Pengasuhan Anak Korban Herry Wirawan
Sementara, perajin tempe di Kelurahan Pasarbatang, Brebes, Nur Arifudin, 43, menuturkan harga kedelai saat ini Rp11 ribu per kilogram. Kenaikan harga kedelai terjadi sejak satu bulan lalu yang awalnya masih dibawah Rp10 ribu per kilogram.
"Sebelum ada kenaikan harga kedelai saya jual tempe Rp10ribu, sekarang jadi Rp11 ribu. Jadi saya tidak mengurangi ukurannya," tutur Nur Arifudin di rumah produksi tempenya.
Nur Arifudin mengaku tidak merasa kesulitan mendapatkan bahan baku untuk produksi tempe. Ia membeli bahan baku kedelai di toko, alasannya karena harga di Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Kopti) lebih tinggi ketimbang harga pasaran.
"Saya sudah lama tidak beli di Kopti lagi karena harganya lebih mahal dari harga pasaran. Kalau beli di Kopti tentu saya jual tempenya harus menaikkan harga lagi," tuturnya.
Para pedagang tahu dan tempe di Kabupaten Brebes berharap, harga kedelai di pasaran bisa stabil, sehingga mereka tetap tidak menaikan harga tempe dan tahu. Sebab saat ini banyak pembeli tempe yang terus mengeluhkan harga tempe mahal.
"Pembeli banyak yang tanya kenapa harganya naik, tidak seperti biasanya," jelas Nur Arifudin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(MEL)