Denpasar: Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Provinsi Bali Nyoman Rai Dharmadi menegaskan pihaknya tak takut untuk menurunkan baliho politik yang dipasang di ruang publik. Terlebih saat ini KPU telah menetapkan daftar calon sementara pemilihan legislatif sehingga berpotensi menambah maraknya baliho di jalan.
“Tidak ada rasa takut, apa yang ditakutkan kan ada aturan yang menjadi dasar kita menjalankan tugas. Namanya juga garda terdepan penegak peraturan daerah, jelas sudah penjaga ketentraman dan ketertiban, tidak ada alasan kawan-kawan kabupaten/kota takut,” kata dia di Denpasar, Selasa, 22 Agustus 2023.
Sebelumnya pada Senin, 21 Agustus kemarin Ketua KPU Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan meminta Satpol PP menertibkan baliho politik yang terpasang di jalan.
Saat ini yang menjadi dasar mereka menurunkan baliho politik adalah peraturan daerah di masing-masing kabupaten/kota yang berkaitan dengan ketentraman dan ketertiban masyarakat. Di mana ruang publik seperti taman kota, jalan protokol, dan fasilitas umum pemerintah semestinya tak dipasangi baliho.
Saat hendak menurunkan baliho politik juga Satpol PP Bali tak ingin sembarang, di mana menurutnya perlu dilakukan komunikasi dengan politisi terkait melalui pendekatan yang humanis.
“Ada komunikasi awal, berikan batas waktu baik-baik, kalau tidak juga direspon baru kita bongkar, bukan merusak. Kita bongkar kita amankan biar diambil oleh yang memasang itu untuk dipasang di tempat lain. Ini kan tahun politik memang harus hati-hati tapi bukan berarti mengabaikan aturan mainnya,” ujar Rai.
Adapun baliho yang berhak dicabut jajarannya adalah baliho kedaluwarsa, umumnya politisi memanfaatkan kesempatan ini untuk menyampaikan ucapan hari raya, dan siapa pun di luar unsur politik berhak ditindak serupa.
“Baliho Galungan dan Kuningan kan sudah lewat apalagi Nyepi, lalu ucapan 17 Agustus masih lah setelah Agustus harus dibongkar itu namanya baliho kedaluwarsa, siapapun yang memasang kalau sudah kedaluwarsa ya sudah harus dibongkar jangan dibiarkan sampai robek, sampai tumbang,” kata dia.
Ia juga mengingatkan Pemilu 2024 memiliki tahapan di mana saat ini baru pada penetapan daftar calon sementara. Sehingga masih ada tahapan sebelum kampanye dan penentuan lokasi kampanye.
“Kan jenjangnya daftar calon sementara, daftar calon tetap, baru keluar nanti peraturan KPU yang mengatur tata cara kampanye, baru saat itu kita lebih jauh mudah dimana boleh dimana tidak, sekarang ini yang digunakan dasar hukumnya perda ketentraman dan ketertiban,” tutur Rai Darmadi.
Denpasar: Kepala
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Provinsi Bali Nyoman Rai Dharmadi menegaskan pihaknya tak takut untuk menurunkan
baliho politik yang dipasang di ruang publik. Terlebih saat ini KPU telah menetapkan daftar calon sementara pemilihan legislatif sehingga berpotensi menambah maraknya baliho di jalan.
“Tidak ada rasa takut, apa yang ditakutkan kan ada aturan yang menjadi dasar kita menjalankan tugas. Namanya juga garda terdepan penegak peraturan daerah, jelas sudah penjaga ketentraman dan ketertiban, tidak ada alasan kawan-kawan kabupaten/kota takut,” kata dia di Denpasar, Selasa, 22 Agustus 2023.
Sebelumnya pada Senin, 21 Agustus kemarin Ketua
KPU Bali I Dewa Agung Gede Lidartawan meminta Satpol PP menertibkan baliho politik yang terpasang di jalan.
Saat ini yang menjadi dasar mereka menurunkan baliho politik adalah peraturan daerah di masing-masing kabupaten/kota yang berkaitan dengan ketentraman dan ketertiban masyarakat. Di mana ruang publik seperti taman kota, jalan protokol, dan fasilitas umum pemerintah semestinya tak dipasangi baliho.
Saat hendak menurunkan baliho politik juga Satpol PP Bali tak ingin sembarang, di mana menurutnya perlu dilakukan komunikasi dengan politisi terkait melalui pendekatan yang humanis.
“Ada komunikasi awal, berikan batas waktu baik-baik, kalau tidak juga direspon baru kita bongkar, bukan merusak. Kita bongkar kita amankan biar diambil oleh yang memasang itu untuk dipasang di tempat lain. Ini kan tahun politik memang harus hati-hati tapi bukan berarti mengabaikan aturan mainnya,” ujar Rai.
Adapun baliho yang berhak dicabut jajarannya adalah baliho kedaluwarsa, umumnya politisi memanfaatkan kesempatan ini untuk menyampaikan ucapan hari raya, dan siapa pun di luar unsur politik berhak ditindak serupa.
“Baliho Galungan dan Kuningan kan sudah lewat apalagi Nyepi, lalu ucapan 17 Agustus masih lah setelah Agustus harus dibongkar itu namanya baliho kedaluwarsa, siapapun yang memasang kalau sudah kedaluwarsa ya sudah harus dibongkar jangan dibiarkan sampai robek, sampai tumbang,” kata dia.
Ia juga mengingatkan Pemilu 2024 memiliki tahapan di mana saat ini baru pada penetapan daftar calon sementara. Sehingga masih ada tahapan sebelum kampanye dan penentuan lokasi kampanye.
“Kan jenjangnya daftar calon sementara, daftar calon tetap, baru keluar nanti peraturan KPU yang mengatur tata cara kampanye, baru saat itu kita lebih jauh mudah dimana boleh dimana tidak, sekarang ini yang digunakan dasar hukumnya perda ketentraman dan ketertiban,” tutur Rai Darmadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)