Kendal: Hari Raya Idulfitri lebih dari sekadar melakukan salat Id dan dilanjutkan dengan berkeliling bersilaturahmi bersalam-salaman. Di sejumlah daerah, ada sejumlah tradisi Lebaran seperti mentokke di masyarakat pesisir Jawa.
Salah satunya tradisi yang dilakukan di Desa Tratemulyo, Kecamatan Weleri, Kabupaten Kendal ini. Tradisi mentokke, semacam kenduri yang dilakukan di langgar terdekat, usai melakukan salat Id di masjid.
Usai terdengar suara kentongan ditabuh, berbondong-bondong, laki-laki dewasa serta anak-anak membawa makanan yang ditempatkan di atas baki. Isinya biasanya lontong, lepet, atau beras ketan yang sudah dibungkus dengan janur.
Begitu seluruh warga sudah berkumpul, pemuka agama setempat pun mulai melafalkan doa. Doa ini berisi harapan agar selalu makmur, sejahtera, dan tenteram. Warga pun memanjatkan doa kepada para leluhur yang telah meninggal.
Usai doa dipanjatkan, barulah warga mulai makan bersama. Terlihat warga saling berbagi lauk sembari berbincang-bincang. Meski begitu, biasanya warga menyantap lontong yang diberi tambahan daging ayam bumbu manis dan sayur lodeh nangka.
Baca: Suluk Ritual 10 Ramadan Terakhir Masyarakat Aceh Menjauhkan Diri dari Nafsu Duniawi
Kiai Zubaedi, tokoh agama di Langgar Al Falah yang ada di Dukuh Tiparsri menjelaskan tradisi mentokke sebenarnya berarti mengeluarkan. Maksudnya, tentu saja mengeluarkan makanan untuk disantap bersama oleh warga.
Tradisi ini adalah wujud syukur kepada Allah SWT karena warga diberi kelancaran menjalani puasa Ramadan dan bisa menjalani sedekah.
“Mentokke ini adalah selamatan demi sempurnanya ibadah puasa. Mencari keselamatan dengan cara sedekah. Jadi, mentokke ini bukan sekadar tradisi, tetapi ada syariatnya,” ungkap Zubaedi.
Usai melakukan mentokke, barulah warga mulai melakukan ujung-ujung alias saling berkunjung ke tetangga rumah dan saudaranya. Tujuannya tentu saja untuk saling meminta maaf di hari yang fitri.
Tradisi mentokke bukan hanya dilakukan saat Idulfitri saja. Di dua kesempatan lain, yakni usai salat Iduladha, tepatnya sebelum menyembelih hewan kurban dan pada Lebaran Ketupat atau Lebaran Syawal.
Kendal: Hari Raya Idulfitri lebih dari sekadar melakukan salat Id dan dilanjutkan dengan berkeliling bersilaturahmi bersalam-salaman. Di sejumlah daerah, ada sejumlah
tradisi Lebaran seperti
mentokke di masyarakat pesisir Jawa.
Salah satunya tradisi yang dilakukan di Desa Tratemulyo, Kecamatan Weleri, Kabupaten Kendal ini. Tradisi mentokke, semacam kenduri yang dilakukan di langgar terdekat, usai melakukan salat Id di masjid.
Usai terdengar suara kentongan ditabuh, berbondong-bondong, laki-laki dewasa serta anak-anak membawa makanan yang ditempatkan di atas baki. Isinya biasanya lontong, lepet, atau beras ketan yang sudah dibungkus dengan janur.
Begitu seluruh warga sudah berkumpul, pemuka agama setempat pun mulai melafalkan doa. Doa ini berisi harapan agar selalu makmur, sejahtera, dan tenteram. Warga pun memanjatkan doa kepada para leluhur yang telah meninggal.
Usai doa dipanjatkan, barulah warga mulai makan bersama. Terlihat warga saling berbagi lauk sembari berbincang-bincang. Meski begitu, biasanya warga menyantap lontong yang diberi tambahan daging ayam bumbu manis dan sayur lodeh nangka.
Baca: Suluk Ritual 10 Ramadan Terakhir Masyarakat Aceh Menjauhkan Diri dari Nafsu Duniawi
Kiai Zubaedi, tokoh agama di Langgar Al Falah yang ada di Dukuh Tiparsri menjelaskan tradisi
mentokke sebenarnya berarti mengeluarkan. Maksudnya, tentu saja mengeluarkan makanan untuk disantap bersama oleh warga.
Tradisi ini adalah wujud syukur kepada Allah SWT karena warga diberi kelancaran menjalani puasa Ramadan dan bisa menjalani sedekah.
“
Mentokke ini adalah selamatan demi sempurnanya ibadah puasa. Mencari keselamatan dengan cara sedekah. Jadi,
mentokke ini bukan sekadar tradisi, tetapi ada syariatnya,” ungkap Zubaedi.
Usai melakukan
mentokke, barulah warga mulai melakukan
ujung-ujung alias saling berkunjung ke tetangga rumah dan saudaranya. Tujuannya tentu saja untuk saling meminta maaf di hari yang fitri.
Tradisi
mentokke bukan hanya dilakukan saat Idulfitri saja. Di dua kesempatan lain, yakni usai salat Iduladha, tepatnya sebelum menyembelih hewan kurban dan pada Lebaran Ketupat atau Lebaran Syawal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)