Hasil Laut Maluku Mencapai 3,9 Juta Ton
Antara • 06 Februari 2022 09:24
Maluku: Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyebut potensi hasil laut dari Maluku yang berada di zona 3 mencapai 3,9 juta ton. Nilainya mencapai Rp117 triliun.
"Potensinya (Provinsi Maluku) sangat besar, jadi kalau dihitung dari ikan yang diperbolehkan untuk diambil itu kira-kira Rp117 triliun," ungkap Sakti dilansir dari Antara, Minggu, 6 Februari 2022.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui kebijakan penangkapan terukur berbasis kuota membagi perairan Indonesia ke dalam enam zona. Salah satunya ialah zona 3 yang terdiri dari sembilan provinsi.
Kesembilan provinsi tersebut, yakni Maluku, sebagian Maluku Utara, Papua Barat, Papua, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Nusa Tenggara Timur.
"Ini akan mendukung Maluku menjadi lumbung ikan nasional. Saya berharap Rp117 triliun potensi perikanan ini benar-benar dilaksanakan di wilayah tersebut, jadi Maluku nanti menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari sektor tenaga kerja dan lainnya," ujar Sakti.
Baca: 117 Kasus Pencurian Ikan Terjadi di Indonesia Sepanjang 2021
Ia mengemukakan dengan potensi laut yang besar, KKP telah membagi kuota ikan yang disiapkan para investor hingga nelayan lokal. Kuota ikan yang akan diberikan kepada investor dalam dan luar negeri, yaitu 2,6 juta ton per tahun dan 268.800 ton per tahun untuk nelayan lokal.
Pada zona 3 terdapat wilayah yang dikhususkan bagi nelayan tradisional sebagai zona penangkapan ikan terbatas. KKP memberikan kuota kepada nelayan lokal sebesar 168.700 ton per tahun.
"Kuota hanya akan diberikan kepada nelayan, jadi pada perairan ini ikan-ikannya hanya bisa diambil oleh nelayan tradisional, investor tidak bisa masuk karena bisa saja menggunakan kapal besar sementara daerah itu untuk ikan beranak pinak," tutur dia.
Sakti menyebut pasar dunia dalam sektor perikanan dan kelautan tahun 2020 mencapai USD150 miliar. Sementara nilai ekspor hasil perikanan Indonesia baru mencapai USD5,2 miliar atau 3,5 persen dari pangsa pasar.
"Maka ini merupakan tantangan dan peluang yang dinilai Sakti harus segera diisi produk perikanan Indonesia," katanya.
Sementara pada Kawasan Timur Indonesia memiliki potensi besar. Adapun komoditas bernilai ekonomis yang dapat kita kembangkan seperti udang, tuna, tongkol, cakalang, cumi, gurita, kepiting rajungan, lobster, dan rumput laut.
Maluku: Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyebut potensi hasil laut dari Maluku yang berada di zona 3 mencapai 3,9 juta ton. Nilainya mencapai Rp117 triliun.
"Potensinya (Provinsi Maluku) sangat besar, jadi kalau dihitung dari ikan yang diperbolehkan untuk diambil itu kira-kira Rp117 triliun," ungkap Sakti dilansir dari Antara, Minggu, 6 Februari 2022.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui kebijakan penangkapan terukur berbasis kuota membagi perairan Indonesia ke dalam enam zona. Salah satunya ialah zona 3 yang terdiri dari sembilan provinsi.
Kesembilan provinsi tersebut, yakni Maluku, sebagian Maluku Utara, Papua Barat, Papua, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Nusa Tenggara Timur.
"Ini akan mendukung Maluku menjadi lumbung ikan nasional. Saya berharap Rp117 triliun potensi perikanan ini benar-benar dilaksanakan di wilayah tersebut, jadi Maluku nanti menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari sektor tenaga kerja dan lainnya," ujar Sakti.
Baca:
117 Kasus Pencurian Ikan Terjadi di Indonesia Sepanjang 2021
Ia mengemukakan dengan potensi laut yang besar, KKP telah membagi kuota ikan yang disiapkan para investor hingga nelayan lokal. Kuota ikan yang akan diberikan kepada investor dalam dan luar negeri, yaitu 2,6 juta ton per tahun dan 268.800 ton per tahun untuk nelayan lokal.
Pada zona 3 terdapat wilayah yang dikhususkan bagi nelayan tradisional sebagai zona penangkapan ikan terbatas. KKP memberikan kuota kepada nelayan lokal sebesar 168.700 ton per tahun.
"Kuota hanya akan diberikan kepada nelayan, jadi pada perairan ini ikan-ikannya hanya bisa diambil oleh nelayan tradisional, investor tidak bisa masuk karena bisa saja menggunakan kapal besar sementara daerah itu untuk ikan beranak pinak," tutur dia.
Sakti menyebut pasar dunia dalam sektor perikanan dan kelautan tahun 2020 mencapai USD150 miliar. Sementara nilai ekspor hasil perikanan Indonesia baru mencapai USD5,2 miliar atau 3,5 persen dari pangsa pasar.
"Maka ini merupakan tantangan dan peluang yang dinilai Sakti harus segera diisi produk perikanan Indonesia," katanya.
Sementara pada Kawasan Timur Indonesia memiliki potensi besar. Adapun komoditas bernilai ekonomis yang dapat kita kembangkan seperti udang, tuna, tongkol, cakalang, cumi, gurita, kepiting rajungan, lobster, dan rumput laut. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)