Jakarta: Kebijakan Pemerintah Jepang membuang limbah nuklir Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke Laut pasifik banyak dikecam banyak negara. Kebijakan ini banyak dikecam para aktivis lingkungan.
Sekelompok massa yang mengatasnamakan Gerakan Aktivis Mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, pada Senin, 30 oktober 2023. Massa memprotes dengan membentangkan spanduk bertuliskan 'Laut bukan tempat sampah Jepang' dan 'Kami menentang pembuangan air limbah'.
Dalam aksi itu, masa berusaha memasuki kantor kedutaan sekitar pukul 13.00 waktu setempat, sembari meneriakkan slogan-slogan yang mengecam pembuangan air radioaktif. Aksi damai ini sebagai bentuk protes terhadap tindakan pembuangan air limbah PLTN Fukushima ke Samudra Pasifik oleh Jepang.
Para peserta demo itu menyampaikan sejumlah tuntutan mereka. Pertama, mendesak Kedutaan Jepang segera mengintruksikan kepada pemerintah Jepang untuk membantalkan pelaksanaan pelepasan air olahan yang terkena radiasi.
Kedua, meminta pemerintah Indonesia untuk segera mendesak pemerintah Jepang menyikapi masalah pelepasan air limbah radioaktif ke Samudra pasifik. Ketiga, menolak seluruh barang produksi milik Jepang yang tercemar dan masuk ke Indonesia.
Selain itu, massa juga mengkritik tindakan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk memberikan dukungan terhadap rencana pelepasan air radioaktif Jepang.
"IAEA gagal menyelidiki pengoperasian ALPS, dan mengabaikan sepenuhnya puing-puing bahan bakar radioaktif tinggi yang mencair dan terus mencemari air tanah setiap hari dengan volume hampir 1.000 meter kubik setiap sepuluh hari," ujar salah satu koordinator aksi.
Jepang mulai proses gelombang kedua melepaskan air limbah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima pada Kamis 5 Oktober 2023. Seperti pada pelepasan pertama, sekitar 7.800 ton air diperkirakan akan dibuang pada tahap kedua.
“Pembuangan air dimulai pada pukul 10:18 pagi (waktu setempat),” kata Juru Bicara TEPCO kepada AFP.
Pembuangan pertama kali dilakukan pada 24 Agustus, ketika Jepang mulai membuang sebagian dari 1,34 juta ton air limbah yang dihasilkan sejak tsunami melanda fasilitas tersebut pada tahun 2011.
Jakarta: Kebijakan Pemerintah Jepang membuang
limbah nuklir Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke Laut pasifik banyak dikecam banyak negara. Kebijakan ini banyak dikecam para aktivis lingkungan.
Sekelompok massa yang mengatasnamakan Gerakan Aktivis Mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa di depan Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, pada Senin, 30 oktober 2023. Massa memprotes dengan membentangkan spanduk bertuliskan '
Laut bukan tempat sampah Jepang' dan 'Kami menentang pembuangan air limbah'.
Dalam aksi itu, masa berusaha memasuki kantor kedutaan sekitar pukul 13.00 waktu setempat, sembari meneriakkan slogan-slogan yang mengecam pembuangan air radioaktif. Aksi damai ini sebagai bentuk protes terhadap tindakan pembuangan air limbah
PLTN Fukushima ke Samudra Pasifik oleh Jepang.
Para peserta demo itu menyampaikan sejumlah tuntutan mereka. Pertama, mendesak Kedutaan Jepang segera mengintruksikan kepada pemerintah Jepang untuk membantalkan pelaksanaan pelepasan air olahan yang terkena radiasi.
Kedua, meminta pemerintah Indonesia untuk segera mendesak pemerintah Jepang menyikapi masalah pelepasan air limbah radioaktif ke Samudra pasifik. Ketiga, menolak seluruh barang produksi milik Jepang yang tercemar dan masuk ke Indonesia.
Selain itu, massa juga mengkritik tindakan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) untuk memberikan dukungan terhadap rencana pelepasan air radioaktif Jepang.
"IAEA gagal menyelidiki pengoperasian ALPS, dan mengabaikan sepenuhnya puing-puing bahan bakar radioaktif tinggi yang mencair dan terus mencemari air tanah setiap hari dengan volume hampir 1.000 meter kubik setiap sepuluh hari," ujar salah satu koordinator aksi.
Jepang mulai proses gelombang kedua melepaskan air limbah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima pada Kamis 5 Oktober 2023. Seperti pada pelepasan pertama, sekitar 7.800 ton air diperkirakan akan dibuang pada tahap kedua.
“Pembuangan air dimulai pada pukul 10:18 pagi (waktu setempat),” kata Juru Bicara TEPCO kepada AFP.
Pembuangan pertama kali dilakukan pada 24 Agustus, ketika Jepang mulai membuang sebagian dari 1,34 juta ton air limbah yang dihasilkan sejak tsunami melanda fasilitas tersebut pada tahun 2011.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)