Cilacap: Gelombang tinggi masih berpotensi terjadi di perairan selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta, meskipun saat ini tengah berlangsung masa transisi musim.
"Sekarang sedang berlangsung masa peralihan dari musim kemarau menuju musim hujan atau dari musim angin timuran menuju angin baratan," kata Kepala Kelompok Teknisi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika(BMKG) Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo, Selasa, 29 September 2020.
Ia mengatakan pada masa transisi dari musim angin timuran menuju angin baratan, pola arah angin di wilayah perairan selatan Jabar, Jateng, dan DIY cenderung bervariasi, yakni dari arah tenggara hingga barat daya.
Baca juga: Situasi Keamanan di Intan Jaya Berangsur Normal
Dengan pola tersebut, gelombang di wilayah perairan selatan Jabar-DIY maupun Samudra Hindia selatan Jabar-DIY secara umum lebih kondusif ketimbag saat musim angin timuran maupun musim angin baratan.
Akan tetapi, hal itu bukan berarti gelombang tinggi tidak berpotensi terjadi saat masa transisi dari musim angin timuran menuju musim angin baratan maupun sebaliknya.
"Gelombang tinggi masih berpotensi saat masa transisi namun tidak setinggi ketika musim angin timuran maupun angin baratan yang sering kali mencapai lebih dari empat meter atau sangat tinggi," beber dia.
Teguh pun mengimbau nelayan dan pengguna jasa kelautan lainnya maupun masyarakat yang bermukim atau beraktivitas di pesisir selatan Jabar-DIY untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gelombang tinggi yang berkisar 2,5-4 meter.
Menurut dia, hal itu disebabkan tinggi gelombang lebih dari 1,25 meter dan kecepatan angin di atas 15 knot berbahaya bagi perahu nelayan.
"Selain itu tinggi gelombang lebih dari 1,5 meter dan kecepatan angin di atas 16 knot berbahaya bagi tongkang serta tinggi gelombang lebih dari 2,5 meter dan kecepatan angin di atas 21 knot berbahaya bagi kapal feri," jelasnya.
Akan tetapi, hal itu bukan berarti gelombang tinggi tidak berpotensi terjadi saat masa transisi dari musim angin timuran menuju musim angin baratan maupun sebaliknya.
"Gelombang tinggi masih berpotensi saat masa transisi namun tidak setinggi ketika musim angin timuran maupun angin baratan yang sering kali mencapai lebih dari empat meter atau sangat tinggi," beber dia.
Teguh pun mengimbau nelayan dan pengguna jasa kelautan lainnya maupun masyarakat yang bermukim atau beraktivitas di pesisir selatan Jabar-DIY untuk tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gelombang tinggi yang berkisar 2,5-4 meter.
Menurut dia, hal itu disebabkan tinggi gelombang lebih dari 1,25 meter dan kecepatan angin di atas 15 knot berbahaya bagi perahu nelayan.
"Selain itu tinggi gelombang lebih dari 1,5 meter dan kecepatan angin di atas 16 knot berbahaya bagi tongkang serta tinggi gelombang lebih dari 2,5 meter dan kecepatan angin di atas 21 knot berbahaya bagi kapal feri," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)