Yogyakarta: Sebuah penerbit buku indie di Yogyakarta, diduga melakukan penipuan. Kejadian ini dialami oleh penulis berinisial A.
A telah mentransfer uang namun naskah bukunya tak kunjung dicetak. Sang penulis menuliskan pengalamannya dan viral di media sosial Twitter.
Lewat media sosial twitter, penulis berinisial A mengaku mencari penerbit pada Juni 2022. Ia sempat mengirimkan ke penerbit mayor namun tidak naskahnya tidak lolos seleksi.
"Terus saya cari penerbit indie," tulis A yang dikutip media sosial Twitter, Jumat, 11 November 2022.
Pikiran A tertuju pada penerbit bernama Indie Book Corner (IBC). Ia mendapat informasi itu melalui media sosial instagram. Diketahui, IBC merupakan milik Irwan Bajang.
A kemudian berkomunikasi dengan admin IBC untuk menanyakan rencananya. Ia mengatakan admin cukup komunikatif saat awal komunikasi.
"Saya sudah mulai tapi uang saya belum mencukupi saya minta waktu dulu," kata A.
Sebulan berselang, A baru yakin dan mengambil keputusan. Tawaran harga cetak buku disebut menarik dan bersaing. Ia juga berpedoman pengikut IBC sudah puluhan ribu.
A lantas mentransfer uang Rp1,5 juta untuk biaya cetak. Setelah uang ditransfer, A menyebut admin IBC sulit untuk dihubungi.
"Ya lagi-lagi kesalahan saya percaya saja. Ya saya tahu hal sepertinya harus ini ada MoU-nya," ujarnya.
Karena berdomisili di Surabaya, A meminta bantuan saudaranya di Yogyakarta mengecek kantor IBC. Hasilnya, alamat yang didapati hanya bangunan yang telah kosong.
Mulai curiga, A menelusuri di media sosial. Ia menduga ada yang bernasib sama. A kemudian membuat twit di twitter. Namun, tak selang lama ia dihubungi Irwan Bajang.
"Habis bikin twit itu besok paginya Irwan menghubungi saya. Bilangnya minta nomor rekening nanti akan dikembalikan uangnya," ucap dia.
A sempat ingin melaporkan dugaan penipuan itu ke kepolisian agar bisa jadi pembelajaran, termasuk korban yang lain. Akan tetapi, ia beralasan sedang ada pekerjaan yang tak bisa ditinggal.
"Ternyata saya ketemu korban yang lain-lain kebetulan ada di Jogja," ungkapnya.
Dihubungi terpisah, Irwan Bajang membantah jika IBC melakukan penipuan. Menurut dia, persoalan itu terjadi karena ada sejumlah pekerjaan yang belum terselesaikan. Pihak mengakui bersalah.
"Posisinya timku (IBC) banyak yang keluar, jadi aku nanganinya sendirian untuk beberapa hal itu. Itu yang membuat aku merespons hal-hal yang harus diselesaikan tetapi tidak tepat waktu," ujar Irwan.
Irwan menyatakan ada sekitar 4 hingga 5 orang yang telah ia hubungi dalam persoalan itu. Ia mengatakan akan merampungkan masalah itu dengan mengembalikan uang yang telanjur ditransfer. Ia juga mengonfirmasi sempat ada masalah pada alamat surat elektronik (surel) dan nomor whatsapp IBC.
"Bahwa ada proses-proses yang berjalan tidak lancar yang coba diselesaikan sesegera mungkin," jelasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id.
Yogyakarta: Sebuah
penerbit buku indie di
Yogyakarta, diduga melakukan penipuan. Kejadian ini dialami oleh penulis berinisial A.
A telah mentransfer uang namun naskah bukunya tak kunjung dicetak. Sang penulis menuliskan pengalamannya dan
viral di media sosial Twitter.
Lewat media sosial twitter, penulis berinisial A mengaku mencari penerbit pada Juni 2022. Ia sempat mengirimkan ke penerbit mayor namun tidak naskahnya tidak lolos seleksi.
"Terus saya cari penerbit indie," tulis A yang dikutip media sosial Twitter, Jumat, 11 November 2022.
Pikiran A tertuju pada penerbit bernama Indie Book Corner (IBC). Ia mendapat informasi itu melalui media sosial instagram. Diketahui, IBC merupakan milik Irwan Bajang.
A kemudian berkomunikasi dengan admin IBC untuk menanyakan rencananya. Ia mengatakan admin cukup komunikatif saat awal komunikasi.
"Saya sudah mulai tapi uang saya belum mencukupi saya minta waktu dulu," kata A.
Sebulan berselang, A baru yakin dan mengambil keputusan. Tawaran harga cetak buku disebut menarik dan bersaing. Ia juga berpedoman pengikut IBC sudah puluhan ribu.
A lantas mentransfer uang Rp1,5 juta untuk biaya cetak. Setelah uang ditransfer, A menyebut admin IBC sulit untuk dihubungi.
"Ya lagi-lagi kesalahan saya percaya saja. Ya saya tahu hal sepertinya harus ini ada MoU-nya," ujarnya.
Karena berdomisili di Surabaya, A meminta bantuan saudaranya di Yogyakarta mengecek kantor IBC. Hasilnya, alamat yang didapati hanya bangunan yang telah kosong.
Mulai curiga, A menelusuri di media sosial. Ia menduga ada yang bernasib sama. A kemudian membuat twit di twitter. Namun, tak selang lama ia dihubungi Irwan Bajang.
"Habis bikin twit itu besok paginya Irwan menghubungi saya. Bilangnya minta nomor rekening nanti akan dikembalikan uangnya," ucap dia.
A sempat ingin melaporkan dugaan penipuan itu ke kepolisian agar bisa jadi pembelajaran, termasuk korban yang lain. Akan tetapi, ia beralasan sedang ada pekerjaan yang tak bisa ditinggal.
"Ternyata saya ketemu korban yang lain-lain kebetulan ada di Jogja," ungkapnya.
Dihubungi terpisah, Irwan Bajang membantah jika IBC melakukan penipuan. Menurut dia, persoalan itu terjadi karena ada sejumlah pekerjaan yang belum terselesaikan. Pihak mengakui bersalah.
"Posisinya timku (IBC) banyak yang keluar, jadi aku nanganinya sendirian untuk beberapa hal itu. Itu yang membuat aku merespons hal-hal yang harus diselesaikan tetapi tidak tepat waktu," ujar Irwan.
Irwan menyatakan ada sekitar 4 hingga 5 orang yang telah ia hubungi dalam persoalan itu. Ia mengatakan akan merampungkan masalah itu dengan mengembalikan uang yang telanjur ditransfer. Ia juga mengonfirmasi sempat ada masalah pada alamat surat elektronik (surel) dan nomor whatsapp IBC.
"Bahwa ada proses-proses yang berjalan tidak lancar yang coba diselesaikan sesegera mungkin," jelasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)