Oleh tempat kejadian perkara yang dilakukan pihak kepolisian di Bukit Bego Dusun Kedungbuweng, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri. Medcom.id/ahmad mustaqim
Oleh tempat kejadian perkara yang dilakukan pihak kepolisian di Bukit Bego Dusun Kedungbuweng, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri. Medcom.id/ahmad mustaqim

KNKT Simpulkan Kondisi Bus saat Tabrak Bukit Bego Bantul Baik

Ahmad Mustaqim • 15 Februari 2022 09:14
Bantu: Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebut kondisi bus yang menabrak bukit Bego di Dusun Kedung Buweng, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam kondisi baik. Sistem pengereman hingga roda kendaraan masih standar.
 
"Kampas (rem) tromolnya juga standar, jadi enggak ada masalah,” kata Pelaksana tugas Kepala Sub Komite Lalu Lintas dan Angkatan Jalan (LLAJ) KNKT, Ahmad Wildan, di Bantul, Senin, 14 Februari 2022.
 
KNKT lantas melakukan uji kendaraan tanpa mengerem dan menarik tuas gas di kawasan Bukit Bego. Uji dilakukan menggunakan mobil Ford Ranger Double Cabin dengan menuruni jalanan kawasan Bukit Bego dengan persneling atau gigi transmisi dua. Pada posisi itu, kata dia, kendaraan melaju dengan kecepatan 70 kilometer per jam tanpa mengerem dan gas.

Melihat medan turunan dan lika-liku jalanan, ia menilai, kendaraan seperti terus terdorong dan menyebabkan sejumlah risiko. Misalnya, kampas panas dan angin habis.
 
"Dia (sopir bus) menggunakan gigi tiga. (Saat uji kendaraan) pengemudi saya pakai gigi dua saja kecepatannya 70 (km/jam) tanpa mengerem. Berarti dia kan dipaksa harus mengerem-ngerem terus," ujarnya.
 
Baca juga: Capaian Vaksinasi Booster Kota Bekasi Baru 5%
 
Ia memperkirakan, daya gravitasi dan tekanan kendaraan lebih besar dari pada bus. Dalam posisi tersebut, lanjutnya, sopir harus terus mengerem.
 
Lebih lanjut, urai Wildan, sistem kerja rem bus ketika digas akan mengisi angin. Sedangkan saat bus direm, angin akan dibuang. 
Pada saat berjalan di medan turunan, kendaraan tidak memiliki banyak kesempatan mengisi angin karena tidak ada gas yang masuk. Artinya, pembuangan angin lebih besar dibandingkan pengisian.
 
"Bus yang kecelakaan di Bukit Bego sudah enggak bisa mengerem lagi, itu berdasarkan penjelasan dari pembantu pengemudi, karena pengemudinya meninggal," ujarnya.
 
Di sisi lain, lanjutnya, sopir bus memasang gigi tiga saat bus melaju di jalanan turunan yang mengakibatkan laju bus sangat kencang. Selain itu, lampu rem bus dalam kondisi tidak menyala yang menandakan pengereman tidak dilakukan oleh sopir.
 
"Tapi dia (sopir kalau) pakai gigi satu dan pakai exhaust brake. Dia selamat, itu yang bener. Artinya dia dari atas enggak pernah mengerem, yang nahan kendaraan itu mesin," jelasnya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan