Semarang: Penderita demam berdarah dengue (DBD) di Provinsi Jawa Tengah mencapai 1.043 orang sepanjang 2020. Sementara hingga Maret ini jumlah korban meninggal akibat DBD di Jateng mencapai 15 orang.
"Sampai 2020, jumlah penderita DBD 1.043 orang dengan jumlah kematian 15 orang. Ada peningkatan, tapi saya rasa lebih rendah dari tahun lalu," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Tatik Muharyati, saat dikonfirmasi, Senin, 9 Maret 2020.
Baca: DBD di Tengah Heboh Korona
Tatik tidak mengungkap data pembanding untuk jumlah penderita dan angka kematian akibat DBD di Jateng pada 2019. Tatik menyebut sejauh ini Jateng terus berupaya mengendalikan jumlah penderita DBD. "Kondisinya ada peningkatan tapi masih bisa dikendalikan," jelas Tatik.
Untuk menekan angka penderita dan kematian DBD, Dinas Kesehatan Jateng sudah melakukan sosialiasi gerakan satu remaja satu juru pemantau jentik (jumantik). Meski begitu menurut Tatik periode Januari hingga Maret merupakan musim paling produktif bagi nyamuk aedes aegypti.
"Demam berdarah dengan cara mengendalikan jentik. Kita punya strategi jumatik yang selalu kita gerakkan. Kita sudah sosialisasikan ke Kabupaten atau Kota dan masyarakat untuk gerakan satu remaja satu jumatik," ungkap Tatik.
Baca: 21 Warga NTT Meninggal Akibat DBD
Semarang: Penderita demam berdarah dengue (DBD) di Provinsi Jawa Tengah mencapai 1.043 orang sepanjang 2020. Sementara hingga Maret ini jumlah korban meninggal akibat DBD di Jateng mencapai 15 orang.
"Sampai 2020, jumlah penderita DBD 1.043 orang dengan jumlah kematian 15 orang. Ada peningkatan, tapi saya rasa lebih rendah dari tahun lalu," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Tatik Muharyati, saat dikonfirmasi, Senin, 9 Maret 2020.
Baca:
DBD di Tengah Heboh Korona
Tatik tidak mengungkap data pembanding untuk jumlah penderita dan angka kematian akibat DBD di Jateng pada 2019. Tatik menyebut sejauh ini Jateng terus berupaya mengendalikan jumlah penderita DBD. "Kondisinya ada peningkatan tapi masih bisa dikendalikan," jelas Tatik.
Untuk menekan angka penderita dan kematian DBD, Dinas Kesehatan Jateng sudah melakukan sosialiasi gerakan satu remaja satu juru pemantau jentik (jumantik). Meski begitu menurut Tatik periode Januari hingga Maret merupakan musim paling produktif bagi nyamuk aedes aegypti.
"Demam berdarah dengan cara mengendalikan jentik. Kita punya strategi jumatik yang selalu kita gerakkan. Kita sudah sosialisasikan ke Kabupaten atau Kota dan masyarakat untuk gerakan satu remaja satu jumatik," ungkap Tatik.
Baca:
21 Warga NTT Meninggal Akibat DBD Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)