Surabaya: Pemerintah Kota Surabaya menyebut sebaran covid-19 di Surabaya terbagi 16 kluster.
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, mengatakan, klaster di antaranya luar negeri, area publik, klaster Jakarta, tempat kerja, klaster seminar, pelatihan, asrama dan perkantoran.
"Ketika ada warga yang positif maka belum tentu orang tersebut masuk dalam kategori klaster baru," ujar Risma dalam siaran persnya, Minggu malam, 10 Mei 2020.
Dia mencontohkan, dari klaster luar negeri, petugas akan menelusuri kontak orang yang terkonfirmasi positif. Jika dalam tracing ditemukan adanya terkonfirmasi positif, maka orang tersebut menjadi bagian dari klaster luar negeri.
"Seperti yang terjadi di PT HM Sampoerna itu bukan lah klaster baru," jelasnya.
Baca: Infeksi Korona di Sidoarjo Bertambah Jadi 186
Saat ini, sebaran pasien terkonfirmasi positif per 10 mei 2020 mencapai 708 orang. Sebanyak 106 orang dinyatakan sembuh dan 84 orang dari terkonfirmasi positif dinyatakan meninggal.
Sedangkan untuk orang dalam pemantauan (ODP) total 2.957, terdiri dari 153 rawat inap dan 587 rawat jalan. Kemudian yang sudah selesai dipantau sebanyak 2.217.
"Kalau pasien dalam pengawasan (PDP) berjumlah 1.540 dari situ terbagi rawat jalan 273 dan rawat inap 663. Sudah terpantau 601 dan meninggal 3 orang," terangnya.
Sementara, orang dalam resiko (ODR) mencapai 4.818, terdiri dari 210 masih dipantau, selesai dipantau 4.548, Penduduk Migran Indonesia (PMI) selesai dipantau 11 orang dan PMI masih dipantau 49 orang.
"Kita telusuri terus. Misal si A ini kemana, A berjabat tangan dengan B, lalu kemana lagi itu terus kita cari. Makanya ada jumlah 4.818 itu. Kita terus awasi," tandasnya.
Surabaya: Pemerintah Kota Surabaya menyebut sebaran covid-19 di Surabaya terbagi 16 kluster.
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, mengatakan, klaster di antaranya luar negeri, area publik, klaster Jakarta, tempat kerja, klaster seminar, pelatihan, asrama dan perkantoran.
"Ketika ada warga yang positif maka belum tentu orang tersebut masuk dalam kategori klaster baru," ujar Risma dalam siaran persnya, Minggu malam, 10 Mei 2020.
Dia mencontohkan, dari klaster luar negeri, petugas akan menelusuri kontak orang yang terkonfirmasi positif. Jika dalam tracing ditemukan adanya terkonfirmasi positif, maka orang tersebut menjadi bagian dari klaster luar negeri.
"Seperti yang terjadi di PT HM Sampoerna itu bukan lah klaster baru," jelasnya.
Baca: Infeksi Korona di Sidoarjo Bertambah Jadi 186
Saat ini, sebaran pasien terkonfirmasi positif per 10 mei 2020 mencapai 708 orang. Sebanyak 106 orang dinyatakan sembuh dan 84 orang dari terkonfirmasi positif dinyatakan meninggal.
Sedangkan untuk orang dalam pemantauan (ODP) total 2.957, terdiri dari 153 rawat inap dan 587 rawat jalan. Kemudian yang sudah selesai dipantau sebanyak 2.217.
"Kalau pasien dalam pengawasan (PDP) berjumlah 1.540 dari situ terbagi rawat jalan 273 dan rawat inap 663. Sudah terpantau 601 dan meninggal 3 orang," terangnya.
Sementara, orang dalam resiko (ODR) mencapai 4.818, terdiri dari 210 masih dipantau, selesai dipantau 4.548, Penduduk Migran Indonesia (PMI) selesai dipantau 11 orang dan PMI masih dipantau 49 orang.
"Kita telusuri terus. Misal si A ini kemana, A berjabat tangan dengan B, lalu kemana lagi itu terus kita cari. Makanya ada jumlah 4.818 itu. Kita terus awasi," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)