KH Masjkur lahir di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, pada 30 Desember 1900. Ia wafat pada 19 Desember 1992 dan dimakamkan di komplek pemakaman keluarga di area Pondok Pesantren Miftahul Falah Bungkuk, Pagentan, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Falah Bungkuk, KH Moensif Nachrowi Thohir, menceritakan, KH Masjkur wafat di Jakarta. Ketika itu, Presiden Soeharto merekomendasikan agar almarhum dimakamkan di Taman Makam Nasional Kalibata, DKI Jakarta, sebagai bentuk penghormatan negara.
"Tapi beliau sudah pesan ke keluarganya, memang ada wasiat untuk dikuburkan di Bungkuk ini," katanya saat ditemui Medcom.id, Kamis 9 November 2023.
KH Masjkur menghabiskan masa kecilnya di Singosari, Malang. Moensif menceritakan bahwa Masjkur semasa kecil sering bermain di sekitar Pondok Pesantren Miftahul Falah Bungkuk, bersama ayahnya, KH Nachrowi Thohir.
"Masjkur muda memang mainnya di sini jaman kecilnya. Dia itu punya temen disini itu putranya Kiai Thohir, yaitu Kiai Nachrowi, selisih dua tahun usianya. Sampai mereka mulai sekolah ya mondok disini," ujarnya.
Baca: Mengenal KH Masjkur, Pahlawan Nasional yang Berjasa pada Perkembangan Haji Indonesia |
Setelah dari Pondok Pesantren Miftahul Falah Bungkuk Singosari Malang, KH Masjkur kemudian mulai menyantren ke beberapa pesantren lainnya. Mulai dari Pesantren Bangkalan, Madura; Pesantren Jamsaren Solo, Jawa Tengah, dan sejumlah pesantren lainnya.
Setelah berpetualang di beberapa pesantren, Masjkur kemudian kembali ke tanah kelahirannya di Singosari Malang. Pada 1923, Masjkur kemudian menikah dengan Fatmah, cucu KH Thohir, gurunya di pesantren Bungkuk, Malang.
"Setelah menikah dengan Fatmah ini, Masjkur sudah masuk ke keluarga Bungkuk. Tapi belum sampai punya anak, istrinya sudah meninggal," ungkap Moensif.
Kemudian, KH Masjkur menikahi adik istrinya yang bernama Fatimah. Sejak saat itulah, pasangan dari keluarga pesantren ini kemudian bersama-sama mengabdi dan berjuang untuk syiar Islam.
Moensif menerangkan KH Masjkur merupakan salah satu sosok penting dalam menggerakkan pemuda untuk berjuang pada periode revolusi kemerdekaan. Ia merupakan Komandan dari Laskar Sabilillah, yang merupakan titik jaringan pejuang pesantren dari level kiai dan pengasuh pesantren.
Laskar Sabilillah, berkoordinasi dengan Laskar Hibzullah pimpinan Kiai Zainul Arifin (1909-1963) untuk berjuang menjemput kemerdekaan. Pada 10 November 1945, KH Masjkur terlibat pertempuran di Wonokromo, Surabaya.
Baca: Ini Daftar 6 Tokoh Penerima Gelar Pahlawan Nasional di Hari Pahlawan 10 November 2023 |
Ketika Indonesia merdeka, KH Masjkur termasuk salah satu dari sekian kader santri yang ikut membantu perjuangan di pemerintahan. Ia diangkat menjadi Menteri Agama dalam Kabinet Amir Syarifudin II (reshuffle). Namun, pada Januari 1948, Kabinet Amir jatuh.
Meskipun cuma menjabat selama 2,5 bulan, Masjkur berhasil membuat Peraturan Menteri Agama yang sangat penting, yaitu biaya Pengadilan Agama disetor ke Kas Negara.
Pada Kabinet berikutnya, Masjkur kembali terpilih menjadi Menteri Agama. Masjkur memberlakukan peraturan perkara perdata di kalangan umat Islam diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Agama.
Masjkur atas perintah Bung Hatta juga membentuk misi haji ke Saudi. Dengan misi ini, dunia internasional menjadi tahu ada negara baru bernama Republik Indonesia yang telah merdeka dan mayoritas penduduknya beragama Islam.
Masykur menjabat sebagai Menteri Agama RI pada empat periode, yaitu Kabinet Amir Syarifuddin II (11 November 1947 sampai 29 Januari 1948), Kabinet Hatta I (29 Januari 1948 sampai 4 Agustus 1949), Kabinet Hatta II (4 Agustus 1949 sampai 20 Desember 1949), dan Kabinet Ali Sastroamijoyo (30 Juli 1953 sampai 12 Agustus 1955)
Dia pernah terpilih menjadi Ketua Sarekat Buruh Muslimin Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru. Berkat kemajuan lembaga yang dipimpinnya, lembaga ini diundang berkunjung ke Uni Soviet dalam peninjauan kegiatan kaum buruh sekaligus perkembangan Islam pada negara komunis.
Masjkur juga pernah menjabat sebagai Ketua fraksi PPP DPR pada masa pembahasan RUU tentang perkawinan. Dia juga dipilih sebagai Ketua Dewan Presidium Pengurus Besar NU pada 1952.
Kontribusi terbesarnya merupakan proyek prestisius Al-Qur'an raksasa yang menjadi Al-Qur'an pusaka dan saat ini tersimpan di Masjid Baiturrahim, Istana Negara, Jakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id