Jepara: Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, merupakan desa tertinggi di Bumi Kartini. Berada di lereng Gunung Muria, desa dengan bentang alam yang memanjakan mata itu didukung dengan kerukunan dan toleransi warganya yang dijunjung tinggi.
Di Desa Tempur terdapat masjid dan gereja yang saling berhadap-hadapan. Kedua rumah ibadah itu hanya dipisahkan gang sempit yang cukup hanya dilalui satu mobil. Umat Muslim dan Nasrani hidup berbaur saling berdampingan.
Memasuki Ramadan tiba seperti saat ini, tolerensi antarumat dengan saling menghargai, menghormat dipegang erat-erat masyarakat Desa Tempur.
Salah satu warga, Sela, mengatakan bentuk kerukunan itu seperti saling memberi hantaran makanan. Baik itu warga umat Muslim kepada umat Nasrani atau sebaliknya. Bagi umat Muslim, hantaran makanan itu akan digunakan untuk berbuka puasa.
“Masih, sampai sekarang masih rukun. Kalau puasa gini saling memberi makanan. Kemarin malah ada yang bagi-bagi kursi juga,” ujar Sela, Jumat, 24 Maret 2023.
Bentuk toleransi lainnya, saat pelaksanaan salat Id. Berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, ketika jemaah salat Id membludak hingga tidak tertampung di masjid, warga akan memanfaatkan teras gereja untuk salat.
“Kalau salat tarawih tidak sampai membludak, karena kan di musala-musala juga ada salat tarawih. Nanti kalau pas salat Id pasti banyak, biasanya sampai teras gereja,” kata Sela.
Keberadaan Masjid Nurul Hikmah dan Gereja Injil Tanah Jawi yang berhadap-hadapan telah jadi daya tarik tersendiri di Desa Tempur. Pasalnya, banyak warga luar daerah yang datang ke Desa Tempur hanya ingin melihat dari dekat masjid dan geja yang berhadap-hadapan. Kemudian berfoto di antara masjid dan gereja.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Jepara: Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, merupakan desa tertinggi di Bumi Kartini. Berada di lereng Gunung Muria, desa dengan bentang alam yang memanjakan mata itu didukung dengan kerukunan dan
toleransi warganya yang dijunjung tinggi.
Di Desa Tempur terdapat masjid dan gereja yang saling berhadap-hadapan. Kedua rumah ibadah itu hanya dipisahkan gang sempit yang cukup hanya dilalui satu mobil. Umat
Muslim dan Nasrani hidup berbaur saling berdampingan.
Memasuki Ramadan tiba seperti saat ini, tolerensi antarumat dengan saling menghargai, menghormat dipegang erat-erat masyarakat Desa Tempur.
Salah satu warga, Sela, mengatakan bentuk kerukunan itu seperti saling memberi hantaran makanan. Baik itu warga umat Muslim kepada umat
Nasrani atau sebaliknya. Bagi umat Muslim, hantaran makanan itu akan digunakan untuk berbuka puasa.
“Masih, sampai sekarang masih rukun. Kalau puasa gini saling memberi makanan. Kemarin malah ada yang bagi-bagi kursi juga,” ujar Sela, Jumat, 24 Maret 2023.
Bentuk toleransi lainnya, saat pelaksanaan salat Id. Berkaca pada tahun-tahun sebelumnya, ketika jemaah salat Id membludak hingga tidak tertampung di masjid, warga akan memanfaatkan teras gereja untuk salat.
“Kalau salat tarawih tidak sampai membludak, karena kan di musala-musala juga ada salat tarawih. Nanti kalau pas salat Id pasti banyak, biasanya sampai teras gereja,” kata Sela.
Keberadaan Masjid Nurul Hikmah dan Gereja Injil Tanah Jawi yang berhadap-hadapan telah jadi daya tarik tersendiri di Desa Tempur. Pasalnya, banyak warga luar daerah yang datang ke Desa Tempur hanya ingin melihat dari dekat masjid dan geja yang berhadap-hadapan. Kemudian berfoto di antara masjid dan gereja.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)