Banjarmasin: Lebih dari 20 ribu hektare atau sekitar 20 persen dari total luas kawasan hutan mangrove di Kalimantan Selatan dalam kondisi rusak.
Menurut Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalsel, Mahruz Aryadi, konflik tenurial di dalam kawasan konservasi hutan cagar alam dan mangrove masih tinggi.
"Luas kerusakan kawasan konservasi terutama hutan mangrove mencapai 20 persen dari 111 ribu hektare total kawasan konservasi yang ada di Kalsel," ungkapnya, Selasa, 9 Februari 2021.
Kawasan konservasi di Kalsel terdiri dari 11 resort yang tersebar di lima kabupaten meliputi Barito Kuala, Tanah Laut, Banjar, Tanah Bumbu, dan Kotabaru. Kawasan konservasi ini didominasi hutan mangrove pesisir ditambah wilayah hutan konservasi pegunungan yaitu Gunung Ketawan, Loksado, Hulu Sungai Selatan seluas 80 hektare yang merupakan pegunungan karst.
Baca juga: Polisi Usut Dugaan Penjualan Gili Tangkong
Kerusakan hutan mangrove disebabkan adanya alih fungsi atau perambahan kawasan hutan untuk kegiatan perikanan tambak, perladangan, dan penebangan liar, serta kegiatan ekonomi lainnya. Disamping itu konflik tenurial di kawasan konservasi ini masih tinggi.
"Tugas utama kita di kawasan konservasi adalah pengamanan hutan dan upaya mengatasi konflik tenurial serta konflik manusia dan satwa. Berbagai program pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi maupun kemitraan dengan masyarakat yang berada di dalam kawasan kita lakukan," ujarnya.
Tercatat ada 90 desa yang berada di sekitar kawasan konservasi. Sembilan desa di dalam hutan cagar alam serta satu desa di dalam taman wisata alam. Untuk memulihkan kondisi kerusakan kawasan konservasi, BKSDA pada 2020 melakukan rehabilitasi seluas 550 hektare kawasan mangrove di pesisir Jorong Kabupaten Tanah Laut serta Kuala Lupak dan Sungai Telan di Kabupaten Barito Kuala.
"Rehabilitasi kawasan mangrove akan dilanjutkan pada 2021 seluas 400 hektare," (Denny Susanto)
Banjarmasin: Lebih dari 20 ribu hektare atau sekitar 20 persen dari total luas kawasan hutan mangrove di Kalimantan Selatan dalam
kondisi rusak.
Menurut Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalsel, Mahruz Aryadi, konflik tenurial di dalam kawasan konservasi hutan cagar alam dan mangrove masih tinggi.
"Luas kerusakan kawasan konservasi terutama hutan mangrove mencapai 20 persen dari 111 ribu hektare total kawasan konservasi yang ada di Kalsel," ungkapnya, Selasa, 9 Februari 2021.
Kawasan konservasi di Kalsel terdiri dari 11 resort yang tersebar di lima kabupaten meliputi Barito Kuala, Tanah Laut, Banjar, Tanah Bumbu, dan Kotabaru. Kawasan konservasi ini didominasi hutan mangrove pesisir ditambah wilayah hutan konservasi pegunungan yaitu Gunung Ketawan, Loksado, Hulu Sungai Selatan seluas 80 hektare yang merupakan pegunungan karst.
Baca juga:
Polisi Usut Dugaan Penjualan Gili Tangkong
Kerusakan hutan mangrove disebabkan adanya alih fungsi atau perambahan kawasan hutan untuk kegiatan perikanan tambak, perladangan, dan penebangan liar, serta kegiatan ekonomi lainnya. Disamping itu konflik tenurial di kawasan konservasi ini masih tinggi.
"Tugas utama kita di kawasan konservasi adalah pengamanan hutan dan upaya mengatasi konflik tenurial serta konflik manusia dan satwa. Berbagai program pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi maupun kemitraan dengan masyarakat yang berada di dalam kawasan kita lakukan," ujarnya.
Tercatat ada 90 desa yang berada di sekitar kawasan konservasi. Sembilan desa di dalam hutan cagar alam serta satu desa di dalam taman wisata alam. Untuk memulihkan kondisi kerusakan kawasan konservasi, BKSDA pada 2020 melakukan rehabilitasi seluas 550 hektare kawasan mangrove di pesisir Jorong Kabupaten Tanah Laut serta Kuala Lupak dan Sungai Telan di Kabupaten Barito Kuala.
"Rehabilitasi kawasan mangrove akan dilanjutkan pada 2021 seluas 400 hektare," (Denny Susanto)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)