Jakarta: Dosen Teknik Pertambangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Agus S Djamil mendorong audit kerugian negara dalam kasus IUP PT Timah 2015-2022. Audit melibatkan lintas sektor untuk menghitung pasti kerugian dalam kasus tersebut.
"Setahu saya, kerugian Rp271 triliun itu diperkirakan dari kuantifikasi kerusakan lingkungan. Apakah itu kerugian dari PT Timah atau kerugian dari potensi penerimaan negara atau faktor kerusakan lingkungan, ini masih belum jelas. Pemerintah perlu segera menjelaskan rincian pos kerugian, sehingga semakin jelas siapa saja yang terlibat dan harus bertanggung jawab," kata Agus, Selasa, 16 April 2024.
Agus melanjutkan kerusakan lingkungan akibat penambangan yang tidak mengikuti good mining practices di Pulau Bangka dampaknya terasa sekali. Bahkan kerusakan itu terjadi di darat dan laut.
"Kerusakan lingkungan terjadi baik di darat maupun di pantai atau pun laut. Di Pulau Bangka saja, ada lebih dari 12.500 kulong atau lubang bekas tambang. Banyak sekali. Sungai dan pantai banyak mengalami pendangkalan karena tailing atau limbah sedimen, dan itu terjadi sejak kapan pertanyaannya?," ucap Agus.
Agus juga mengatakan sebaiknya tata kelola tambang timah diatur lebih akuntable dan transparan lagi. Apalagi soal tambang ilegal, perlu dibereskan karena banyak oknum pejabat yang diduga terlibat dalam tambang timah.
"Tata niaga yg cukup rumit itu, saya dengar justru terjadi setelah era Reformasi, di mana PT Timah tidak lagi pegang monopoli/mandat mengelola utama Timah sebagai komoditas strategis. Penambang illegal itu juga tidak jelas batasannya, karena keterlibatan oknum pemegang kewenangan lintas sektor yang kolutif," katanya.
Menurutnya, timah kembali jadi komoditas sangat penting. Oleh karena itu peranan negara perlu sinergi bersama swasta untuk membangun tata kelola yang lebih baik. Apalagi, saat ini memasuki era transisi energi semakin membutuhkan timah sebagai elemen penting.
"Saat ini kita sudah komit untuk melakukan transisi Energi. Bahan Timah dan semua mineral ikutannya, seperti monasit, xenotim, dan zircon, sangat strategis dibutuhkan untuk era listrik, industri energi baru-terbarukan (EBT) untuk target Net Zero Emission 2060," katanya.
Jakarta: Dosen Teknik Pertambangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Agus S Djamil mendorong audit kerugian negara dalam kasus IUP
PT Timah 2015-2022. Audit melibatkan lintas sektor untuk menghitung pasti kerugian dalam kasus tersebut.
"Setahu saya, kerugian Rp271 triliun itu diperkirakan dari kuantifikasi
kerusakan lingkungan. Apakah itu kerugian dari PT Timah atau kerugian dari potensi penerimaan negara atau faktor kerusakan lingkungan, ini masih belum jelas. Pemerintah perlu segera menjelaskan rincian pos kerugian, sehingga semakin jelas siapa saja yang terlibat dan harus bertanggung jawab," kata Agus, Selasa, 16 April 2024.
Agus melanjutkan kerusakan lingkungan akibat penambangan yang tidak mengikuti
good mining practices di Pulau Bangka dampaknya terasa sekali. Bahkan kerusakan itu terjadi di darat dan laut.
"Kerusakan lingkungan terjadi baik di darat maupun di pantai atau pun laut. Di Pulau Bangka saja, ada lebih dari 12.500 kulong atau lubang bekas tambang. Banyak sekali. Sungai dan pantai banyak mengalami pendangkalan karena
tailing atau limbah sedimen, dan itu terjadi sejak kapan pertanyaannya?," ucap Agus.
Agus juga mengatakan sebaiknya tata kelola tambang timah diatur lebih akuntable dan transparan lagi. Apalagi soal tambang ilegal, perlu dibereskan karena banyak oknum pejabat yang diduga terlibat dalam tambang timah.
"Tata niaga yg cukup rumit itu, saya dengar justru terjadi setelah era Reformasi, di mana PT Timah tidak lagi pegang monopoli/mandat mengelola utama Timah sebagai komoditas strategis. Penambang illegal itu juga tidak jelas batasannya, karena keterlibatan oknum pemegang kewenangan lintas sektor yang kolutif," katanya.
Menurutnya, timah kembali jadi komoditas sangat penting. Oleh karena itu peranan negara perlu sinergi bersama swasta untuk membangun tata kelola yang lebih baik. Apalagi, saat ini memasuki era transisi energi semakin membutuhkan timah sebagai elemen penting.
"Saat ini kita sudah komit untuk melakukan transisi Energi. Bahan Timah dan semua mineral ikutannya, seperti monasit, xenotim, dan zircon, sangat strategis dibutuhkan untuk era listrik, industri energi baru-terbarukan (EBT) untuk target Net Zero Emission 2060," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(WHS)