Aceh: Dinas Kesehatan Aceh meminta masyarakat mewaspadai penyebaran penyakit Tuberkulosis atau TBC yang telah mencapai ribuan kasus di daerah itu.
“Hingga triwulan ketiga kemarin, yaitu September 2022, sudah mencapai 6.900 kasus TBC di Aceh, ini sudah lumayan tinggi,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Aceh Iman Murahman di Banda Aceh, Sabtu, 26 November 2022.
Iman menjelaskan kasus TBC di Aceh bisa mencapai 7.000 hingga 7.500 kasus per tahun. Sebab itu, pihaknya memperkirakan kasus TBC bisa mencapai 8.000 kasus hingga akhir tahun.
Daerah paling banyak ditemukan kasus TBC ada di Kabupaten Pidie, Bireuen, dan Banda Aceh. Saat ini, 49 unit alat tes cepat molekuler untuk TBC sudah tersedia di rumah sakit umum daerah hingga Puskesmas.
“Satu minggu sekali pasti ada kasus TBC pada anak. Jadi penularan TBC di Aceh cukup tinggi. Penanganan kita lakukan terapi pencegahan tuberkulosis, kalau satu positif TBC maka keluarga lainnya juga harus minum obat,” ujar Iman.
Hingga saat ini, petugas kesehatan di rumah sakit umum daerah dan Puskesmas terus mencari kasus-kasus TBC. Masyarakat diminta lebih sadar bahwa kuman TBC sangat berbahaya.
“Kasus ini di Aceh tidak selesai-selesai, karena masyarakat kita ini kalau enggak sakit tidak periksa, padahal kuman TBC sudah ada. Efek paling berat TBC ini meninggal dunia,” ujarnya.
Selain itu, Dinas Kesehatan Aceh mengimbau masyarakat waspada terhadap penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan campak. Akhir-akhir ini, ruang anak di rumah sakit umum rujukan daerah dipenuhi pasien anak yang umumnya menderita DBD dan campak.
“Kasus DBD sampai Oktober 2022 kemarin sekitar 1.200 kasus. Bahkan di Banda Aceh sudah empat kasus kematian, Bireuen dua kasus kematian, di Aceh Selatan satu kematian, dan itu rata-rata anak-anak,” ujar Iman.
Sedangkan kasus campak, kata Iman, hingga Oktober 2022, sudah hampir mencapai 2.000 kasus. Angka itu merupakan kasus yang tercatat, belum lagi kasus yang tidak tercatat karena tidak masuk rumah sakit, tetapi di rumah saja.
“Campak ini juga harus ditakutkan, karena begitu terkena komplikasi (penyakit) maka akan radang paru-paru dan diare berat dan ini banyak kasus di RSUD Zainoel Abidin,” ujar dia.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Aceh: Dinas Kesehatan
Aceh meminta masyarakat mewaspadai penyebaran penyakit Tuberkulosis atau
TBC yang telah mencapai ribuan kasus di daerah itu.
“Hingga triwulan ketiga kemarin, yaitu September 2022, sudah mencapai 6.900 kasus TBC di Aceh, ini sudah lumayan tinggi,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Aceh Iman Murahman di Banda Aceh, Sabtu, 26 November 2022.
Iman menjelaskan kasus TBC di Aceh bisa mencapai 7.000 hingga 7.500 kasus per tahun. Sebab itu, pihaknya memperkirakan kasus TBC bisa mencapai 8.000 kasus hingga akhir tahun.
Daerah paling banyak ditemukan kasus TBC ada di Kabupaten Pidie, Bireuen, dan Banda Aceh. Saat ini, 49 unit alat tes cepat molekuler untuk TBC sudah tersedia di rumah sakit umum daerah hingga Puskesmas.
“Satu minggu sekali pasti ada kasus TBC pada anak. Jadi penularan TBC di Aceh cukup tinggi. Penanganan kita lakukan terapi pencegahan tuberkulosis, kalau satu positif TBC maka keluarga lainnya juga harus minum obat,” ujar Iman.
Hingga saat ini, petugas kesehatan di rumah sakit umum daerah dan Puskesmas terus mencari kasus-kasus TBC. Masyarakat diminta lebih sadar bahwa kuman TBC sangat berbahaya.
“Kasus ini di Aceh tidak selesai-selesai, karena masyarakat kita ini kalau enggak sakit tidak periksa, padahal kuman TBC sudah ada. Efek paling berat TBC ini meninggal dunia,” ujarnya.
Selain itu, Dinas Kesehatan Aceh mengimbau masyarakat waspada terhadap penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan campak. Akhir-akhir ini, ruang anak di rumah sakit umum rujukan daerah dipenuhi pasien anak yang umumnya menderita DBD dan campak.
“Kasus DBD sampai Oktober 2022 kemarin sekitar 1.200 kasus. Bahkan di Banda Aceh sudah empat kasus kematian, Bireuen dua kasus kematian, di Aceh Selatan satu kematian, dan itu rata-rata anak-anak,” ujar Iman.
Sedangkan kasus campak, kata Iman, hingga Oktober 2022, sudah hampir mencapai 2.000 kasus. Angka itu merupakan kasus yang tercatat, belum lagi kasus yang tidak tercatat karena tidak masuk rumah sakit, tetapi di rumah saja.
“Campak ini juga harus ditakutkan, karena begitu terkena komplikasi (penyakit) maka akan radang paru-paru dan diare berat dan ini banyak kasus di RSUD Zainoel Abidin,” ujar dia.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)