Malang: Dugaan pintu di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang terkunci saat kerusuhan terjadi usai laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya pada Sabtu malam, 1 Oktober 2022, masih terus diselidiki.
Lalu siapakah pemegang kunci pintu stadion saat tragedi yang menewaskan 131 orang tersebut?
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Malang, Nazarudin Hasan Seliant, mengatakan, Stadion Kanjuruhan merupakan salah satu aset milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang. Sedangkan, panitia pelaksana (Panpel) pertandingan Arema merupakan penyewa stadion di setiap pertandingan.
"Kalau kunci gerbang, standarnya kita pihak yang disewa ya, memang panpel Arema semua ketika Arema main itu kunci itu diamankan sama mereka semua. Terus untuk memonitor soal tiketing jadi memang begitu selama ini," katanya, Kamis, 6 Oktober 2022.
Nazarudin mengaku, pihaknya selalu menyerahkan seluruh kunci stadion kepada pihak penyewa. Pada Tragedi Stadion Kanjuruhan, kunci telah diserahkan kepada panitia pelaksana (Panpel) pertandingan Arema FC.
"Ada kuncinya. Jadi pagi, misalkan main (pertandingan sepak bola) jam 20.00 WIB malam, itu kira-kira jam 12.00 WIB siang itu, atau sebelumnya bahkan kunci itu sudah diamankan semua. Diserahkan ke Panpel," ungkapnya.
Nazarudin menegaskan, selama pertandingan sepak bola berlangsung, kunci stadion dipegang oleh pihak Panpel Arema. Hal itu diakuinya untuk pengolaan tiket masuk suporter.
"Kunci itu pas pertandingan dipegang Panpel, wajar untuk ticketing. Keterlibatan Dispora karena kantor kami disini, begitu ada penyewa, ya kami tuan rumah diserahkan semua, kita nggak ikut-ikut lagi," imbuhnya.
Kunci tersebut nantinya dikembalikan oleh pihak penyewa kepada Dispora setelah acara selesai. Contohnya, saat pertandingan sepak bola selesai, Panpel Arema FC baru mengembalikan kunci stadion kepada Dispora.
"(Dikembalikan) setelah nanti pemain dan penonton sudah kira-kira aman semua, baru itu diberikan ke Dispora untuk pembersihan, dalam lapangan, maupun kebersihan stadion luar," bebernya.
Nazarudin mengaku, pintu gerbang stadion biasanya dibuka lima menit sebelum pertandingan sepakbola selesai. Hal itu untuk mengantisipasi penonton yang ingin pulang lebih dulu.
"Lima menit sebelum bubar pintu untuk akses keluar penonton sudah dibuka. Karena banyak penonton yang mendahului pulang, untuk menghindari macet di luar," terangnya.
Sementara itu, hingga saat ini, Dispora masih belum membersihkan area di dalam Stadion Kanjuruhan. Pembersihan hanya dilakukan di area luar stadion.
"Sengaja kita biarkan apa adanya. Kalau yang di luar ini ya (dibersihkan) karena kunjungan RI 1 (Presiden). Seperti, plastik-plastik, kardus yang nggak penting itu kan dibersihkan. Kan titik permasalahan titik TKP korbannya pun kan bukan di luar, tapi di dalam," jelasnya.
Malang: Dugaan pintu di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, yang terkunci saat kerusuhan terjadi usai laga Arema FC melawan
Persebaya Surabaya pada Sabtu malam, 1 Oktober 2022, masih terus diselidiki.
Lalu siapakah pemegang kunci pintu stadion saat tragedi yang menewaskan 131 orang tersebut?
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Malang, Nazarudin Hasan Seliant, mengatakan, Stadion Kanjuruhan merupakan salah satu aset milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang. Sedangkan, panitia pelaksana (Panpel) pertandingan Arema merupakan penyewa stadion di setiap pertandingan.
"Kalau kunci gerbang, standarnya kita pihak yang disewa ya, memang panpel Arema semua ketika Arema main itu kunci itu diamankan sama mereka semua. Terus untuk memonitor soal tiketing jadi memang begitu selama ini," katanya, Kamis, 6 Oktober 2022.
Nazarudin mengaku, pihaknya selalu menyerahkan seluruh kunci stadion kepada pihak penyewa. Pada Tragedi Stadion Kanjuruhan, kunci telah diserahkan kepada panitia pelaksana (Panpel) pertandingan Arema FC.
"Ada kuncinya. Jadi pagi, misalkan main (pertandingan sepak bola) jam 20.00 WIB malam, itu kira-kira jam 12.00 WIB siang itu, atau sebelumnya bahkan kunci itu sudah diamankan semua. Diserahkan ke Panpel," ungkapnya.
Nazarudin menegaskan, selama
pertandingan sepak bola berlangsung, kunci stadion dipegang oleh pihak Panpel Arema. Hal itu diakuinya untuk pengolaan tiket masuk suporter.
"Kunci itu pas pertandingan dipegang Panpel, wajar untuk
ticketing. Keterlibatan Dispora karena kantor kami disini, begitu ada penyewa, ya kami tuan rumah diserahkan semua, kita nggak ikut-ikut lagi," imbuhnya.
Kunci tersebut nantinya dikembalikan oleh pihak penyewa kepada Dispora setelah acara selesai. Contohnya, saat pertandingan sepak bola selesai, Panpel Arema FC baru mengembalikan kunci stadion kepada Dispora.
"(Dikembalikan) setelah nanti pemain dan penonton sudah kira-kira aman semua, baru itu diberikan ke Dispora untuk pembersihan, dalam lapangan, maupun kebersihan stadion luar," bebernya.
Nazarudin mengaku, pintu gerbang stadion biasanya dibuka lima menit sebelum pertandingan sepakbola selesai. Hal itu untuk mengantisipasi penonton yang ingin pulang lebih dulu.
"Lima menit sebelum bubar pintu untuk akses keluar penonton sudah dibuka. Karena banyak penonton yang mendahului pulang, untuk
menghindari macet di luar," terangnya.
Sementara itu, hingga saat ini, Dispora masih belum membersihkan area di dalam Stadion Kanjuruhan. Pembersihan hanya dilakukan di area luar stadion.
"Sengaja kita biarkan apa adanya. Kalau yang di luar ini ya (dibersihkan) karena kunjungan RI 1 (Presiden). Seperti, plastik-plastik, kardus yang nggak penting itu kan dibersihkan. Kan titik permasalahan titik TKP korbannya pun kan bukan di luar, tapi di dalam," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)